Selamat membaca!*******
'Tak perlu banyak bicara, ketulusan, kepedulian dan pengorbanan sudah bisa menunjukkan semua, sekalipun dengan lantang kau bilang tak tahu apa itu cinta. lucu padahal itulah cinta sesungguhnya'
********
"Aku tidak tahu apa-apa" jawab Reno. Rick tentu saja berdecak tidak percaya.
"Jangan berbohong!"
"Kau tahu bagaimana Rena" Reno menjawab bentakan Rick dengan nada datar. Rick mengusap wajahnya, frustasi.
"Ayolah, aku yakin kau mengetahui sesuatu" Rick masih tidak menyerah untuk membujuk Reno.
"Lakukan apa yang dia minta, aku yakin dia sudah memikirkannya baik-baik" ujar Reno. Melihat Rick yang masih ragu, Reno melanjutkan ucapannya.
"Dia gadis gila yang terlalu baik" Rick memikirkan apa yang diucapkan Reno. Ia benar Rena sudah membuktikannya saat mereka melawan Alex, gadis itu memang gila, tak peduli dengan nyawanya, namun dia terlalu peduli pada nyawa orang yang disayanginya. Gadis itu mengemban tugas berat tanpa mengeluh, ia tidak akan meminta bantuan selama ia bisa melakukannya sendiri, meskipun mungkin nyawanya akan melayang. Dan sekarang Rena meminta bantuannya, Rick rasa dia harus diam kali ini, ia cuma bisa berharap bahwa apapun rencana Rena bisa berhasil. Reno tersenyum kecil, sepertinya Rick sudah memahami yang disampaikannya.
"Jika dia tidak memberitahumu, itu demi kebaikanmu. Kau tahu bagaimana dia melindungi kalian semua, setidaknya balas dia dengan kepercayaan kalian" Rick mengangguk, ia segera pamit pada Reno sebelum laki-laki itu mengusirnya. Sepertinya ia akan mampir ke kantor irvin sebentar.
Rick sebenarnya masih penasaran dengan apa yang direncanakan Rena, namun ia tahu ia tak akan mendapatkan apapun dari gadis itu dan sepupunya. Lagipula mungkin ini kesempatannya untuk membalas budi.
********
Irvin melirik Diana yang terlihat gelisah selama rapat berlangsung, ia juga terlihat takut semenjak menerima panggilan telepon dari seseorang.
"Sekarang katakan apa yang mengganggumu?" tanya Irvin saat para klien sudah keluar dari ruang meeting. Sekarang hanya ada dirinya dan Diana di ruangan ini. Diana masih menunduk, tak berani menatap wajah Irvin, ia meremas tangannya sendiri. 'Bagaimana ini?!' batin Diana kalut.
"Ti...tidak apa-apa, pak" Irvin mendengus tidak percaya. Ia terus menatap Diana dengan intens. Diana bergerak tak nyaman di kursinya, ia menggigit bibirnya karena gugup dengan tatapan Irvin.
"Sa...saya suka sama bapak" hanya itu yang bisa Diana pikirkan, meskipun pernyataannya tidak seratus persen salah. Ia memang punya rasa terhadap Irvin, namun bukan itu yang membuat dia gugup seperti ini.
"Maaf kalau perasaan saya salah, pak" Irvin masih terdiam, ia yakin kalau bukan itu alasan sebenarnya Diana menjadi seperti ini.
"Angkat wajahmu, tatap mataku saat mengungkapkan perasaanmu" Diana tak menyangka kalau akan mendapat respon seperti ini dari Irvin. Dengan perlahan Diana mengangkat wajahnya, menatap wajah tampan dia hadapannya. Selama beberapa detik ia hanya terpaku pada wajah itu.
"Saya suka sama bapak" ucap Diana dengan berani. Ia sudah memantapkan hatinya untuk mengungkapkan perasaannya sekarang. Irvin menghela nafasnya, ia bisa melihat kesungguhan di mata wanita itu.
"Aku tahu kalau bukan itu alasanmu gelisah sedari tadi, aku tidak akan memaksamu berbicara. Dan soal perasaanmu, apa kau serius?" Diana menahan nafasnya saat mendengar Irvin mengatakan tak percaya padanya, namun kemudian ia lega karena Irvin tak memaksanya.
"Terimakasih dan saya serius, pak, maaf kalau perasaan saya salah" Diana menunduk kembali, ia tak bisa berlama-lama menatap mata tajam Irvin.
"Terimakasih atas perasaanmu...."
******
Rick membuka pintu ruang meeting tanpa mengetuk pintu, ia tidak kaget melihat Irvin dan wanita penghianat itu berada disana. Ia memang sengaja mengganggu mereka berdua.
"Hai, Bro" sapa Rick dengan keras. Diana segera pamit keluar, merasa bahwa Rick tak menginginkan dia disana. Rick bahkan meliriknya dengan tajam saat Diana melewatinya.
"Ada apa?"
"Aku baru saja dari rumah sepupu Rena dan dia tidak ada disana" Terdapat sedikit nada kesal di suara Rick.
"Tentu saja dia tidak ada disana" Irvin memasukkan tangannya ke saku celana, tubuhnya bersandar pada meja.
"Tunggu, kau tahu keberadaannya?"
"Aku tahu, tapi aku tidak akan membiarkanmu menemuinya" jawab Irvin, Rick menyodorkan satu bungkus rokok yang ditolak oleh Irvin.
"Apa kau berhenti merokok? Aku tidak pernah lagi melihatmu melakukannya" Irvin malah tersenyum ditanya seperti itu, ia ingat Rena yang pernah melakukan razia besar-besaran di kamarnya, membakar rokok dan kondom miliknya.
"Kau mau aku dipenggal?" Rick tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan sahabatnya.
"Ayolah, dia tidak melihatnya" Irvin mendelik.
"Akan ku bilang kalau kau mengatakannya, kebetulan senjataku tak terpakai, mungkin nanti aku bisa meminjamkannya" Rick melempar sebatang rokok ke arah Irvin.
"Wanita itu menakutkan, kau ingat apa yang dilakukannya pada Claudia?" Irvin hanya terkekeh, namun pandangan sendu itu kembali. Rick menyadari perubahan raut wajah Irvin, dan ia yakin kalau ini ada hubungannya dengan Rena.
"Ada apa? Apa gadis itu menolakmu?"
"Mungkin, dia menyuruhku untuk bersama Diana" Rick mendengus tak suka, tapi ia menjadi semakin bingung, sebenarnya apa yang ingin dilakukan oleh Rena, Bahkan dia menyuruh Irvin untuk bersama wanita penghianat itu.
"Jika kau tahu dimana dia kita temui dia sekarang, aku tidak mau menjadi boneka seperti ini" Irvin mengernyit, jangan-jangan Rick sudah tahu kalau Diana itu....
Andrew membuka pintu ruang meeting dengan terburu-buru, ada informasi yang harus disampaikan kepada bosnya.
"Bos, Gita kecelakaan"
******
Diana menempelkan ponselnya di telinga, orang itu menelponnya lagi.
'Terlalu lama jika membuat Irvin jatuh cinta pada wanita bodoh sepertimu, goda saja dia dengan tubuhmu itu' Diana memegang hpnya dengan kuat, tangan kirinya yang tidak memegang apapun, terkepal.
'Apa kau seorang perawan? Mungkin aku harus mengajarimu memuaskan...' Diana mematikan teleponnya, ia sudah tidak kuat mendengar laki-laki itu merendahkan dirinya.
"Diana, batalkan semua agendaku hari ini, aku harus pergi. Dan kau bisa pulang setelah semua pekerjaan mu selesai" ucap Irvin dengan buru-buru, bahkan ia tidak melihat mata Diana yang memerah karena menahan air mata.
"Baik, pak" Irvin pergi begitu saja, namun Rick masih menyempatkan diri untuk melempar tatapan tajam pada Diana.
Berusaha tak mempedulikannya, Diana kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda akibat telfon tadi.
Sebuah pesan masuk di hpnya membuat fokus Diana kembali teralih. Dia langsung menuju toilet setelah menerima pesan itu. Diana memilih bilik paling ujung.
"Saatnya pertunjukan dimulai"
******
Ferdinan tak menyadari bahaya apa yang menimpanya saat melukai orang terdekat Rena. Namun itu tak berlangsung lama hanya butuh satu malam untuk membuktikan kekejaman seorang 'the breaker'.
Istrinya tewas, sebuah pisau menancap di dada wanita itu. Sebuah kertas tergeletak di samping mayat istrinya.
Aku sebenarnya tak suka membunuh, tapi wanita ini menjengkelkan, dia begitu cerewet dan gila harta, apa kau tahu dia sudah berselingkuh dengan salah satu anak buahmu? aku pikir neraka sudah merindukan wanita sepertinya. Tunggu giliranmu, tenang saja, kau tak perlu menunggu lama.
With love
R
******
Tuh, mulai tebak-tebakan lagi kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Gun
Action'Aku tak menyesal sudah mengangkat senjata untuk menyadarkanmu' -Rena Wijaya- Action-romance Cover by: @_FleurLuna