chap 17

7.4K 734 12
                                    

*******

Keempat orang itu masih terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Di depan mereka terdapat 4 lembar kertas yang berisi ancaman kepada mereka semua. Sebenarnya isinya sangat sederhana dan singkat tapi begitu penting karena berisi tentang identitas dan peran mereka semua.

The shadow

The sniper

The hacker

The fighter, and where is ur leader?

Masing-masing dari mereka mendapatkan 1 kertas, mereka masih belum bisa memastikan siapa yang melakukannya. Pelakunya begitu cerdik hingga keempat orang itu sama sekali tak punya bukti dan petunjuk.

"Mereka mencari Rena" ucap Mike memecah keheningan diantara mereka. Mike mengambil salah satu kertas yang ada di meja. The hacker...

"Wah gue terkenal sekarang" Mike tertawa kecil, berusaha mencairkan ketegangan yang terjadi. Ketiga orang disana akhirnya mengikuti apa yang dilakukan Mike, masing-masing mengambil satu kertas dan membacanya dengan keras.

"The sniper, i know i'm cool" ucap Gita dengan keras. Dimas melempar bantal ke arah Gita yang terlihat begitu bangga.

"Kerenan juga gue, the fighter" sahut Dimas. Lex masih menatap kertas itu dengan seksama, berbagai pertanyaan timbul di otaknya. Bagaimana orang ini bisa tahu tentang mereka? Kenapa mereka mencari Rena? Kenapa orang ini seolah ingin melibatkan mereka semua? Dimana Rena? Kenapa dia masih tidak muncul? Dan apa yang begitu penting dari Rena sehingga mereka mencarinya sampai seperti ini?

"Hey Lex, mikir apa sih lo? Kita bawa santai aja lah" ucap Dimas berusaha menenangkan Lex yang terlihat berpikir keras.

"Ini membingungkan" jawab Lex singkat.

"Menurut gue ini sederhana, kata kuncinya ada disini" Dimas menunjuk ke arah kertas yang dipegangnya.

"Where is ur leader?" Dimas membacanya dengan keras. Menatap satu persatu temannya. Suasana kembali serius, tak ada lagi senyum atau tawa di wajah mereka.

"Ya, mereka mencari Rena dengan melibatkan kita semua" ucap Lex menyimpulkan.

"Tapi dimana Rena? Dan kenapa dia belum muncul juga, aku yakin dia masih hidup dan tetap mengawasi semuanya" ujar Gita dengan nada yang terdengar cukup frustasi. Dia sudah pusing saat mendapati kertas sialan itu berada di lokernya. Siapapun orang itu, jelas dia tahu tempat sekolah Gita dan itu membuat Gita sedikit panik, semua orang tahu dia hanya murid SMA biasa, tanpa dunia berbahaya apalagi mafia.

"Itu dia masalahnya, Rena" ucap Mike memberi penekanan.

"Gadis itu sudah misterius sejak awal" ucap Lex dingin. Mike tiba-tiba tertawa membuat semua orang menatapnya dengan aneh.

"Apa? Aku cuma berpikir, kita adalah rahasianya tapi dia juga merahasiakan sesuatu dari kita" itu benar, gadis itu seperti lukisan Monalisa yang terlalu sulit untuk diungkap, dia hanya sosok biasa bagi orang kebanyakan, tapi semakin kau mempelajarinya semakin kau terjebak dalam rahasia dan misterinya.

"Baiklah, kita cari Rena, ungkap rahasianya dan selesaikan semuanya" mereka semua mengangguk dengan apa yang diucapkan Dimas.

Sebuah dering telfon membuat mereka mengalihkan perhatiannya pada Gita.

"Ya? Apa?! Baiklah aku segera kesana" ucap Gita dengan panik membuat semua orang disana melihatnya dengan penasaran.

"Temen gue kecelakaan" usai mengatakannya, Gita segera bergegas keluar dari tempat berkumpul mereka. Namun saat melihat mobilnya ia langsung berteriak memanggil teman-temannya.

"Ada apa?" tanya Mike yang juga keluar karena mendengar teriakan Gita. Tak perlu jawaban dari Gita untuk mengetahui jawabannya. Keempat orang itu memandang mobil Gita dengan dingin, ya disana terdapat sebuah tulisan yang membuat mereka semua terdiam.

Destruction

********

Irvin terdiam di kantornya setelah baru saja ia memimpin rapat pemegang saham. Rapat itu berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa orang yang masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Alex, tapi bukti-bukti yang diberikan Irvin memang tak terbantahkan sehingga mempermudahnya untuk mengakuisisi perusahaan tanpa terjadi adu mulut atau pertengkaran diantara para pemegang saham.

Irvin menatap foto yang berada di meja kerjanya. Ia merindukan gadis itu, tatapan matanya yang begitu tenang dan dingin, bibirnya yang selalu mengucapkan kata-kata tajam, dan sentuhannya yang selalu membuat Irvin panas dingin.

"Kau dimana? Aku merindukanmu" sebuah ketukan di pintu membuat Irvin mengalihkan perhatiannya dari foto Rena.

"Masuk" pintu terbuka, menampilkan sekretarisnya dan seorang wanita cantik berkaca mata yang Irvin sendiri tak tahu siapa.

"Maaf, pak saya mau memperkenalkan sekretaris bapak yang baru, pak Andrew sudah menginterview nya sesuai permintaan bapak" Irvin menghela nafasnya, ia sampai lupa kalau sekretarisnya akan mengundurkan diri. Irvin kembali melihat wanita yang akan menjadi sekretarisnya, ia begitu tertarik dengan mata coklat itu, mengingatkannya pada seseorang yang ia rindukan. Irvin terus menelusuri wajah cantik itu dan entah kenapa tatapannya berhenti di bibir wanita itu, bibir merah yang sangat ingin ia lumat saat ini. Entah sadar atau tidak wanita itu justru membasahi bibirnya dengan lidahnya.

"Sial, bawa wanita itu keluar!" Kate begitu terkejut dengan bentakan bosnya. Ia segera menarik sekretaris baru itu keluar.

"Aku tak mengerti apa yang terjadi dengannya, dia bahkan tidak menanyakan namamu" ucap Kate begitu ia sudah keluar dari ruangan Irvin, wanita yang berada di hadapan Kate hanya tersenyum.

"Tak apa, mungkin dia ada masalah, aku akan memperkenalkan diriku nanti" Kate menatap wanita dihadapannya dengan senyum prihatin.

"Semoga kau betah bekerja dengannya" ucap Kate dengan tulus.

Sementara di ruangannya Irvin memukul mejanya dengan geram, bagaimana ia bisa berpikir seperti itu? Rena bahkan belum ada dua minggu menghilang dan dia sudah memikirkan bibir wanita lain.

"Sial!" umpat Irvin menyadari bahwa dia akan melihat wanita itu setiap hari. Sebuah dering telpon membuat Irvin mengalihkan perhatiannya pada HP yang tergeletak di meja.

"Ya?"

"Aku ingin bertemu" jawab seseorang yang menelponnya.

"Besok datang ke rumahku" ucap Irvin sebelum ia mematikan sambungan telponnya.

*******

"Lakukan tugasmu dengan benar"

"Aku tidak suka diperintah" ucap wanita itu dengan tegas, saat ini ia sedang berada di toilet kantor barunya. Kondisi toilet yang sepi memudahkannya untuk bicara dengan leluasa.

"Aku tak mau kau gagal"

"Kau tahu aku tak pernah gagal" dan wanita itu langsung mematikan teleponnya begitu mendengar seseorang masuk ke dalam toilet.

"Hey, aku tak pernah melihatmu disini, apa kau karyawan baru?" tanya seorang wanita yang baru saja masuk itu.

"Iya, aku sekretaris CEO, yang baru" jawabnya sambil tersenyum tipis.

*******

Broken GunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang