Rena tersenyum lega ketika melihat kedua orang tuanya yang sepertinya sedang mencari seseorang.
"Ma, pa..." panggil Rena kepada kedua orangtuanya yang masih belum menyadari keberadaan anak mereka di belakangnya.
"Astaga, Rena, Mama cari dari tadi, darimana coba? Ini Mama sama papa mau pulang, gimana kalau kamu ketinggalan disini? Gimana sih dica..."
"Ma"
"Sayang" Rena dan papanya memotong ucapan Mama Rena yang udah kelewat panjang. Bella menghembuskan nafasnya keras, melihat suami dan anaknya yang memotong ucapannya begitu saja. Padahal apa yang diucapkannya merupakan hal yang penting, bagaimana kalau Rena hilang? Bagaimana kalau Rena terlibat masalah? Bagaimana kalau Rena ketemu sama orang jahat? Anaknya itu kan seperti trouble magnet, belum lagi sifat Rena yang mudah membuat orang naik darah saat berbicara dengannya. Bella heran dapat darimana sifat dingin dan misterius anaknya itu."Ayo pulang" ajak papa Rena, ia mengulum senyumnya saat dua orang wanita terpenting di hidupnya ini mengangguk secara bersamaan.
"Maaf pak Bram, bisakah kami berbicara dengan nona Rena sebentar?" seorang laki-laki tiba-tiba menghadang langkah mereka yang sudah hampir mencapai pintu keluar.
"Maaf, sepertinya tidak bisa, kami akan pulang sekarang" Bram melihat orang didepannya dengan curiga, apa yang ingin dikatakan orang ini dengan anaknya?
"Maaf saya rasa saya tidak punya urusan dengan Anda, bahkan saya tidak tahu siapa Anda" ucap Rena dibelakang ayahnya.
"Maaf pak Bram kali ini saya harus memaksa, ini perintah dari bos saya" Bram sudah siap menghalangi orang tersebut untuk meraih Rena, saat Alex menghampiri mereka.
"Chris, biar aku yang menangani ini" Chris mengangguk pada Alex.
"Apa maksudnya ini, pak Alex?" tanya papa Rena yang tidak mengerti dengan situasi saat ini, apalagi hal ini melibatkan putrinya.
"Biarkan saya bicara dengan Putri Anda sebentar" Bram semakin mengeratkan pegangan tangannya pada Rena. Firasatnya buruk, ia bisa melihat tatapan Alex pada Rena, itu bukanlah tatapan bersahabat apalagi ramah. Ada apa ini sebenarnya?
"Sudahlah, pa biar aku bicara dengan Om Alex sebentar" ucap Rena pada akhirnya, ia tak mau gara-gara dia, ayahnya harus berhadapan dengan orang licik seperti Alex.
"Tapi, sayang..." Mama Rena yang dari tadi diam, akhirnya berbicara, dia tidak mau putrinya terlibat masalah.
"Aku bisa menjaga diriku" kata Rena dengan senyum menenangkan kepada kedua orang tuanya. Bram semakin khawatir saat melihat punggung Alex dan Rena semakin menjauh, tapi dia juga tidak mungkin mencegah putrinya yang keras kepala itu.
Rena menatap kondisi di ruangan kerja Alex, meja berantakan, vas yang pecah dan bahkan ada tetesan darah di lantai.
"Apa yang ingin Anda bicarakan?" tanya Rena to the point. Dia tidak betah berlama-lama dengan pria ini apalagi dengan kondisi ruangan Alex yang seperti TKP pembunuhan.
"Kemana kau setelah meninggalkan Ben?" tanya Alex menatap tajam mata Rena.
"Ke toilet, kemudian aku melihat taman di samping rumah ini, jadi aku kesana"
"Ada saksi?" Rena tertawa mendengar pertanyaan Alex.
"Kau seperti seorang polisi yang menginterogasi seorang tersangka" ucap Rena sambil duduk di hadapan Alex.
"Heels sialan ini membuat kakiku sakit" gerutu Rena. Alex yang melihat Rena begitu santai menjadi semakin geram.
"Jawab, bodoh! aku tidak punya urusan dengan heels bodohmu itu dan kenapa kakimu tidak patah sekalian"
Rena mendengus menanggapi ucapan kasar Alex."Siapa yang kau bilang bodoh? Kalau kau mau mengintrogasiku mengenai apapun yang terjadi di ruangan ini, percuma aku tidak tahu apa-apa"
"Seingatku, aku tidak pernah mengatakan kalau terjadi 'sesuatu' di ruangan ini, bagaimana kau bisa tahu?" Alex menyeringai, dia tahu bahwa Rena merupakan orang yang patut dicurigai atas hilangnya file itu, dan dengan ucapan Rena barusan ia semakin yakin dengan dugaannya itu. Tapi lagi-lagi Alex dibuat terkejut dengan respon Rena atas pertanyaan menjebak itu.
"Apa saya kelihatan sebodoh itu? Melihat kondisi ruangan ini saja sudah menunjukkan bahwa terjadi 'sesuatu' disini, tidak perlu seorang ahli untuk menyimpulkan hal seperti ini" Alex masih menatap Rena dengan tajam, mencari kebohongan disetiap ucapan Rena. Dan sialnya, Alex tidak menemukan itu semua, entah Rena yang memang pandai berbohong atau Alex yang kehilangan sedikit kemampuannya.
"Sudahlah, saya ngantuk, mau pulang, sampaikan salam saya pada siapapun yang membobol ruangan ini, good job" Alex semakin murka saat Rena dengan seenaknya akan pergi begitu saja. Dengan kasar, Alex meraih leher Rena, mencengkram nya sehingga Rena kesulitan bernafas.
"Aku tahu kau tahu sesuatu, cepat katakan!" cengkraman dileher Rena semakin menguat, bahkan Rena sudah bisa melihat titik hitam yang akan menjemput kesadarannya. Rena berusaha menggerakkan kakinya untuk menendang laki-laki itu, namun tangan Alex juga cukup gesit untuk menangkisnya, dengan kedua tangan Alex yang mencengkeram leher dan kakinya, membuat kondisi Rena semakin sulit.
Dor
Sebuah suara tembakan berhasil membuat perhatian Alex teralih dari manusia ditangannya. Alex menghempaskan Rena begitu saja, hingga tubuhnya menabrak ke dinding.
Tanpa Alex sadari, seseorang masuk melalui jendela dan melemparkan sebuah bom asap ke dalam ruangan itu. Rena yang sudah hampir kehilangan kesadarannya, merasakan seseorang mengangkat tubuhnya.
"Jangan tidur, love" suara itu membuat Rena tersenyum tipis.
"Hero" gumam Rena pelan.
*****
Orang-orang di pesta itu berteriak histeris saat mendengar suara tembakan, kedua orang tua Rena juga semakin panik.
Bram yang melihat Chris berjalan ke sebuah ruangan, segera mengikuti laki-laki itu, mungkin saja putrinya ada disana. Dan saat Chris membuka pintu ruangan itu, Bram tidak bisa melihat apapun didalam, entah kenapa ada asap di dalam ruangan itu, dn hal itu menganggu penglihatan Bram.
"Bos!" seruan Chris yang panik, membuat Bram kembali mengikuti langkah Chris untuk masuk ke ruangan itu. Asap yang semakin menipis, membuat Bram akhirnya bisa melihat semuanya dengan cukup jelas. Ruangannya begitu berantakan dan Alex terlihat memegangi kepala belakangnya. Tapi yang paling membuat Bram takut dan panik adalah sebuah bekas darah di dinding, 'Alex tidak terlihat berdarah, lalu darah siapa itu?' pikir Bram dengan bingung dan khawatir.
"Chris, cepat cari wanita itu dan yang membantunya kabur!" perintah Alex.
"Dimana Rena?" pertanyaan Bram membuat perhatian kedua orang itu tertuju padanya. Alex menyeringai melihat Bram.
"Kita manfaatkan dia"
*****
Sementara di ruangan pesta itu, Bella begitu kebingungan mencari suaminya yang pergi begitu saja, apalagi pesta sudah dibubarkan dengan tiba-tiba. Bella ingin menangis sekarang, putrinya belum ketemu dan sekarang suaminya ikut menghilang.
"Nyonya Bella, mari ikut saya, suami dan putri anda sudah menunggu" tanpa curiga sedikitpun Bella mengikuti wanita itu. Hatinya begitu lega akan bertemu dengan suaminya dan juga rena. Namun kelegaan dan kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, panik, takut dan khawatir menggantikan perasaan yang tadi dirasakannya. Air matanya jatuh begitu saja.
"Papa"
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Gun
Action'Aku tak menyesal sudah mengangkat senjata untuk menyadarkanmu' -Rena Wijaya- Action-romance Cover by: @_FleurLuna