Selamat membaca!
*******
Diana merapikan kemejanya, ia begitu gugup dengan apa yang akan dilakukannya hari ini. Kalimat bos mafia itu masih terngiang di kepalanya.
'Jangan sampai gagal, atau kepalamu akan hilang saat itu juga'
Siapa wanita yang tidak takut dengan ancaman seperti itu, ia menggenggam kamera kecil itu dengan tangan bergetar. Menghembuskan nafasnya perlahan, ia mencoba menguatkan dirinya sendiri, ia pasti bisa, dia tak mau mati ditangan ketua mafia itu.
Langkahnya terasa berat begitu ia memasuki gedung kantor yang baru ditempatinya satu mingguan ini. Ia memejamkan matanya sebentar, mencari kekuatan dalam dirinya.
"Diana, kenapa berdiri di situ?" Diana langsung membuka matanya, di depannya seorang Irvin sedang berdiri dengan raut wajah heran. Mencoba memaksakan senyum, Diana menggeleng menandakan bahwa tidak ada apa-apa.
Mata Diana tertuju pada leher Irvin yang terlihat membiru, ia menelan ludahnya memahami bahwa itu adalah sebuah kissmark. Irvin meninggalkan Diana yang masih terpaku di tempatnya, dia tersenyum kecil mengingat tatapan Diana yang tertuju pada lehernya.
Andrew ternyata sudah menunggu di ruangannya, ia memang meminta Andrew untuk menyelidiki aset the Scorpions hari ini. Irvin duduk di kursinya, membuka dokumen yang sudah tersedia di hadapannya. Ternyata aset Alex sudah menjadi milik pamannya itu dan DM corp yang dulu membatalkan kerja sama dengannya ternyata adalah milik Ferdinan. Irvin mendongak setelah membaca informasi itu, Andrew masih berdiri dihadapannya, menunggu instruksi dari Irvin.
"Suruh orang-orang kita untuk mengawasi mereka, jangan sampai kita lengah" Andrew mengangguk, sebelum pergi ia ingin menanyakan hal yang sedari tadi mengganggu pikirannya.
"Apa nona Rena akan kembali?" belum sempat Irvin menjawab sudah ada ketukan pintu yang membuatnya mempunyai alasan untuk tidak menjawab pertanyaan dari tangan kanannya itu.
"Masuk" melihat Diana yang masuk, Andrew segera keluar sebelum di usir oleh bosnya.
"Jangan lupa kerjakan tugasmu" ucap Irvin mengingatkan Andrew. Andrew berharap bahwa Irvin segera memutus hubungan dengan wanita itu apalagi sekarang Rena sudah kembali.
"Ini dokumen untuk meeting siang ini pak" Diana menyerahkan sebuah map dihadapan Irvin, Irvin mengangguk, ia sedikit bingung dengan tingkah Diana yang bergerak gelisah.
"Kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa pak" jawab Diana dengan nada yang sedikit meninggi, Irvin semakin curiga melihat tingkah laku Diana.
Sebuah suara telfon membuat Irvin kembali mengalihkan perhatiannya dari Diana. Diana yang melihat Irvin berdiri dan membelakanginya memanfaatkan kesempatan itu untuk meletakkan kamera kecil yang tadi digenggamnya di sudut ruangan yang sedikit tertutup oleh tanaman hias.
"Apa yang kau lakukan disana?" Diana terlonjak kaget dengan pertanyaan Irvin.
"Ah, tidak, tanaman ini terlihat bagus jadi aku ingin melihatnya lebih dekat" Irvin memicingkan matanya, sama sekali tak percaya dengan alasan Diana.
"Ehm, pak, apa bapak tidak mau menutupi tanda yang ada di leher bapak?" tanya Diana berusaha mengalihkan perhatian Irvin dari keanehan tingkahnya. Meskipun ada alasan lainnya yang membuat ia ingin menanyakan hal itu.
"Aku menyukainya, sayang sekali dia tidak menandaiku lebih banyak" Diana terdiam melihat sebuah senyum di wajah Irvin, laki-laki itu terlihat bahagia. Namun kemudian senyum laki-laki itu hilang digantikan tatapan sedih.
"Dia tak akan kembali" gumam Irvin yang masih di dengar oleh Diana, meskipun bingung, Diana segera pamit keluar dari ruangan Irvin, ia tak bisa melihat Irvin seperti ini, Irvin terlihat begitu mencintai wanita itu bahkan dengan mudahnya Irvin menunjukkan ekspresi senang dan sedihnya saat mengingat wanita yang entah siapa namanya. Selama ini Diana mengenal Irvin yang begitu dingin dan datar, bukan seorang yang mudah untuk menunjukkan ekspresinya, tapi sepertinya ia salah ada seorang wanita yang mampu mengubah sosok itu menjadi sedikit terbuka.
******
Di ruangannya, Ferdinan tersenyum puas saat bisa melihat ruangan Irvin dari layar laptopnya. Ternyata wanita itu berhasil memasangkan kamera di ruangan Irvin.
Sekarang tinggal bagaimana memancing wanita itu keluar. Tidak mudah untuk membuat 'the breaker' keluar. Ferdinan kemudian tersenyum, ia ingat wanita itu selalu keluar saat orang-orang terdekatnya disakiti.
"Greg, celakai salah satu dari keempat orang itu" perintah Ferdinan pada Greg yang kini sedang berada di depannya.
Ferdinan mengambil ponselnya, menghubungi wanita yang baru saja melakukan tugasnya dengan baik.
"Kerja bagus, Diana" Ferdinan tersenyum miring saat tak ada balasan apapun dari wanita itu.
"Sekarang, katakan padaku ada informasi apa?"
"Jangan bohong! Katakan atau aku akan membuka penghianatan mu kepada Irvin, bisa kau bayangkan apa yang akan dilakukannya padamu?" wajahnya berubah menjadi datar saat mendengar laporan Diana.
"Sekarang kau punya tugas baru, rayu Irvin dan buat laki-laki itu jatuh cinta padamu, ini kesempatanmu jika wanita itu memang tidak kembali" Ferdinan mematikan sambungan itu begitu saja. Ia tak percaya kalau Rena tidak akan kembali, pasti ada yang di rencanakan oleh wanita licik itu dan mungkin saja Irvin sudah bekerja sama dengannya.
Jika Irvin mencintai Diana, maka Ferdinan bisa memanfaat wanita itu untuk menghancurkan Irvin dan Rena sekaligus.
******
Diana terlihat bingung dengan apa yang akan dilakukannya, Ferdinan mengancamnya akan memberitahukan penghianatannya pada Irvin, ia merasa dijebak sekarang, ia begitu bodoh. Air mata frustasi pun keluar dari matanya, ia merasa sangat bersalah pada Irvin, laki-laki yang dicintainya itu.
Diana sudah tertarik dengan Irvin saat pertama kali melihatnya. Dan saat Irvin terlihat memberi respon dengan mudahnya Diana memberikan hatinya. Namun kini dia bingung, bagaimana caranya membuat laki-laki itu membalas perasaannya?
"Diana, kenapa kau menangis?" ia tak menyadari bahwa bosnya sedari tadi memperhatikannya. Diana langsung mengambil tisu dan menghapus air matanya. Ia mencoba tersenyum, meyakinkan Irvin bahwa dia tidak apa-apa.
"Cepat rapikan dirimu, kita ada meeting 15 menit lagi"
******
Rick mengumpat saat menyadari foto penghianatan Diana hilang dari ponselnya. Ia ingin menghubungi Rena namun ia tidak memiliki nomor gadis itu. Satu-satunya cara adalah mendatangi rumah sepupunya, Rick yakin bahwa Rena lah yang menghapus foto itu, apalagi ia teringat permintaan Rena.
"Antarkan aku ke alamat ini" untung Rick sudah mencatat alamat rumah yang kemarin dikunjunginya itu. Ia benar-benar tak mengerti dengan rencana Rena. Gadis itu terlalu menyimpan banyak rahasia menurut Rick. Dia yakin Rena sedang merencanakan sesuatu, seorang yang cerdik seperti dirinya, tak mungkin menyerah begitu saja.
Rick memencet bel dengan tidak sabar, berharap penghuni rumah segera keluar.
"Kau?! Kenapa kau kesini? Rena tidak ada, jadi pergilah" usir Reno yang terlihat baru bangun tidur.
"Aku tidak percaya padamu, biarkan aku masuk"
"Terserah" Reno meninggalkan Rick begitu saja. Rick melempar batu ke kaca depan rumah Reno, membuat Reno berbalik dengan marah.
"Kau berani-beraninya!"
"Aku akan menggantinya, biarkan aku masuk" menyadari masih ada satu batu di tangan Rick, Reno membuka gerbang rumahnya dengan kesal.
"Terimakasih" ucap Rick tanpa rasa bersalah.
"Sekarang, beritahu aku tentang rencana Rena"
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Gun
Action'Aku tak menyesal sudah mengangkat senjata untuk menyadarkanmu' -Rena Wijaya- Action-romance Cover by: @_FleurLuna