Suara desingan peluru mewarnai malam di sebuah gudang kertas yang sudah tak terpakai.
Kawanan mafia yang sedang bertransaksi narkoba pun dibuat panik oleh serangan tak terduga tersebut. Tapi mereka juga bukan orang yang tidak menyiapkan untuk hal tak terduga seperti ini.
Jual beli narkoba berubah menjadi jual beli tembakan. Orang-orang yang mengepung mereka semakin gencar untuk melumpuhkan targetnya. Orang yang diserang pun juga tak mau mengalah, mereka terus membalas tembakan itu.
Menembak, sembunyi, berpindah tempat dan menembak lagi. Tak ada yang mau menyerah, tapi dalam sebuah pertarungan selalu ada sang pemenang.
Satu persatu anggota mafia itu tumbang, tewas dengan tembakan di kepala, dada atau bagian tubuh lain. Tak ada yang bisa kabur, gudang itu sudah benar-benar terkepung dari sisi kanan, kiri, depan maupun belakang.
"Sialan, aku benci ini" Bau anyir begitu menganggu hidung seorang wanita yang ikut dalam penggerebekan itu. Lelaki yang berada di sebelahnya tertawa mendengar gerutuan wanita tersebut.
"Dulu, kau menyukainya" wanita itu mendelik begitu mendapat balasan mengejek dari partner sekaligus kekasihnya. Wanita itu mendekati para anggota mafia yang sudah tergeletak di lantai, memastikan tak ada yang masih hidup dan membahayakan.
"Bukankah kau dulu juga menyukai transaksi seperti ini?" tanya wanita itu retoris, matanya tetap jeli melihat setiap manusia yang tergelatak tanpa nyawa di lantai.
Anggota tim yang lain sedang menyita bukti transaksi narkoba yang baru saja mereka gagalkan ini.
"Memang, tapi ada seorang wanita yang menginginkanku untuk berubah, aku bisa apa kalau dipaksa?" wanita itu mendengus mendengar nada arogan dari kekasihnya.
"Rena, aku tahu kau sangat mencintaiku" Rena menginjak kaki Irvin dengan keras. Lelaki itu sudah membuat Rena malu dihadapan timnya yang kini sedang melihat kelakuan mereka berdua.
"Bersikaplah profesional, Irvin"
"Baiklah, kalau itu maumu" jawab Irvin misterius. Rena curiga dengan seringaian Irvin, namun ia tak perlu menunggu lama saat ada beberapa orang yang datang dan mengacungkan senjata pada Rena dan timnya.
"Apa ini Irvin?" tanya Rena menatap Irvin yang tersenyum miring. Lelaki itu mengacungkan senjatanya pada kepala Rena.
"Sekarang kau tahu apa artinya penghianatan" Rena menggertakkan giginya, kedua tangannya terkepal. Ternyata ketakutannya selama dua tahun ini terbukti, perjuangannya untuk mendampingi Irvin selama 2 tahun lebih seperti tak ada artinya bagi lelaki itu.
Rena sudah mengkhianati Irvin, melukai ego lelaki itu hingga membuat Irvin melakukan ini semua. Setelah bebas, dia membantu Rena yang kembali menjadi the breaker, selama dua tahun lebih dia menjadi lelaki yang mencintai kekasihnya. Namun entahlah mungkin laki-laki itu memang hanya pura-pura mencinta.
Dor
Rupanya pertarungan sudah di mulai. Irvin melirik ke arah Andrew yang sudah menembak ke arah Dimas.
"Aku memang mencintaimu tapi aku tidak kehilangan kekejamanku" ucap Rena. Seringaian Irvin dibalas dengan tatapan dingin oleh Rena.
"Jika ini akhirnya..." Rena menendang tangan Irvin yang memegang senjata. Kecepatan Rena benar-benar tak diduga oleh Irvin. Senjata itu terpental, kini tinggallah mereka, bertarung menggunakan tangan kosong, saling memukul, menendang bahkan mencekik. Suara desingan peluru seolah menjadi iringan musik.
Tangan Irvin berhasil meraih leher Rena, menghambat jalannya oksigen yang akan masuk ke dalam tubuh wanita itu.
Rena menendang perut Irvin dengan keras, mengakibatkan cekikan itu terlepas. Rena mengelus lehernya yang pasti memerah karena cekikan Irvin.
Irvin meraih senjata yang tergeletak di lantai, mengarahkannya pada wanita yang sudah menjadi musuhnya sejak penghianatan 5 tahun lalu.
Rena tersenyum kecil saat bisa menghindari tembakan Irvin. Tapi tembakan Irvin tentu tak hanya sampai disitu, membuat Rena harus selalu menghindar dan bersembunyi.
Rena mengambil pisau lipat yang ada di sakunya. Melempar pisau itu ke arah tangan Irvin.
'Sial, meleset!' pikir Rena dengan kesal. Irvin tersenyum puas saat melihat darah yang keluar dari tangan Rena. Dia berhasil melukai wanita itu.
Bukannya mengaduh kesakitan, Rena justru tersenyum. "Kau baru saja mengundang malaikat pencabut nyawa, Tuan"
Rena berlari ke arah Irvin, ditangannya sudah ada batang besi yang siap untuk memukul Irvin. Sambil menghindari tembakan irvin, Rena terus mendekat ke arah Irvin.
Rena tersenyum licik saat melihat Irvin sudah tak bisa menembak karena pelurunya habis. Jarak mereka sudah terlalu dekat untuk Irvin menghindar dari pukulan batang besi yang diayunkan Rena.
"Inilah akhirnya" Rena menjatuhkan Batang besi yang sudah berlumuran darah itu. Kepala Irvin sudah penuh dengan darah, itu wajar jika mengingat tenaga yang dikeluarkan Rena untuk memukul kepala lelaki itu.
Rena melihat sebuah pistol yang tergeletak. Dia meraih senjata itu dan mengarahkannya pada dada irvin, Rena menarik pelatuk pistol itu dengan penuh rasa benci.
"Matilah bersama egomu" ucap Rena mengakhiri seluruh drama yang berlangsung bertahun-tahun ini.
Rena menatap teman-temannya yang ternyata juga sudah berhasil menaklukkan musuh mereka. Dia tersenyum melihat musuh yang sudah habis. Matanya kembali pada jasad Irvin.
"Selamat tinggal" ucap Rena mengakhiri semuanya. Pistol yang dipegangnya seolah menjadi saksi bagaimana kisah sepasang kekasih yang saling menyakiti. Darah Rena yang menempel di pistol tersebut semakin menjadi bukti bahwa cinta tak hanya bisa membuatmu bahagia, dia juga bisa mengirimmu ke neraka. Luka di tangan Rena menjadi saksi penghianatan Irvin dan pistol di tangan Rena menjadi saksi meregangnya nyawa pria itu ditangan sang kekasih.
Inilah kisah mereka, bertemu karena kekerasan dan berakhir dengan pembunuhan.
Inilah kisah dua orang yang saling mencinta tapi harus terpisah karena ego mereka.
Memang tak bahagia, tapi mereka juga pernah merasakan rasa itu. Bahagia itu pilihan kan?
*******
Done
Nggak ada ekspart kecuali kalian mau cerita siksa kubur👊✋✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Gun
Action'Aku tak menyesal sudah mengangkat senjata untuk menyadarkanmu' -Rena Wijaya- Action-romance Cover by: @_FleurLuna