Selamat membaca!
********
"Jadi mereka menyandera orang tuaku, ya?" Irvin tak bisa membaca pikiran rena. Tatapan matanya menerawang, ekspresi wajahnya begitu dingin. Gadis itu seolah semakin sulit untuk terjangkau olehnya. Irvin mengangkat tangannya, membelai pipi Rena dengan lembut. Rena memejamkan matanya sebentar, tangannya meraih tangan Irvin yang masih menelusuri wajahnya. Tatapan mereka bertemu, Irvin ingin Rena membuka diri untuknya, mengenal setiap jengkal pikiran dan hati wanita dihadapannya ini. Hati? Irvin tertawa dengan pikirannya sendiri, sejak kapan dia semelankoli ini.
Rena tersenyum tipis saat Irvin masih tidak menyadari bahwa bibirnya sudah sangat dekat dengan bibir Irvin, entah apa yang menyita pikiran lelaki itu saat ini. Rena menyapukan bibirnya sekilas, dan tidak membutuhkan waktu 1 detik untuk tubuh Irvin bereaksi. Nafasnya tercekat, otot-otot ditubuhnya menegang, dan begitu Rena menggigit bibir bawah Irvin dengan pelan, hancur sudah pertahanannya. Dengan kasar Irvin menyatukan bibirnya dengan bibir Rena, tangannya menahan tengkuk Rena untuk semakin mendekat padanya, lidah mereka saling membelit, membelai satu sama lain. Dan saat kebutuhan akan oksigen semakin mendesak, barulah mereka melepaskan kuncian bibir mereka.
Irvin yang pulih lebih cepat, segera menyerang leher Rena, menghujami nya dengan ciuman dan gigitan kecil.
"Jangan menandaiku, Irvin!" ucap Rena saat menyadari apa yang dilakukan Irvin saat ini.
"Kau milikku" dengan kalimat singkat itu, Irvin menghisap leher Rena dengan kuat dan kasar.
Irvin begitu puas ketika melihat tanda yang dibuatnya di leher Rena. Sementara Rena menatap Irvin dengan marah.
"Kau gila Irvin!" umpat Rena, dengan kesal Rena berjalan ke kamar mandi, dirinya semakin kesal saat melihat lehernya yang sudah seperti polkadot. Ingatkan Rena untuk tidak menggoda laki-laki itu lagi.
Saat kekesalan itu mulai memudar, ia kembali teringat pada kedua orangtuanya. Sebuah senyum licik terukir diwajahnya."Tunggu kehancuranmu, Alex"
******
Saat keluar dari kamar mandi, Rena menemukan sebuah catatan di tempat tidurnya tadi.
'Aku ada meeting, makanlah sup yang ada di meja'
Rena tersenyum melihat sup yang disediakan Irvin untuknya. Rena memakannya dengan cepat, masih banyak yang harus dilakukannya hari ini.
Rena membuka hpnya, menghubungi seseorang yang bisa membantunya.
"Lacak posisiku" ucap Rena begitu sambungan telfon tersambung.
"Baiklah" jawab orang diseberang sana. Rena mematikan telfonnya dan membuka pintu kamar yang ditempatinya.
"Maaf, nona, Anda tidak boleh keluar" itulah kata sambutan yang Rena dapatkan begitu ia membuka pintu keramat itu. Rena memberikan sebuah senyum manis pada Andrew, kakinya menendang kemaluan Andrew, hingga laki-laki itu tersungkur.
"Maaf!" teriak Rena sambil berlari menuju pintu masuk. Dua orang penjaga kembali menghadang langkahnya saat dia sudah berada di hadapan pintu gerbang. Dengan cepat, Rena mengarahkan sebuah pukulan ke wajah salah satu dari mereka, dengan itu dimulailah pertarungan dua lawan satu. Dengan gerakan terlatih Rena menangkis serangan-serangan itu dengan tangan dan kakinya. Dan saat sebuah klakson terdengar, itulah tanda bagi Rena, untuk segera menyelesaikan pertarungannya. Kini giliran Rena yang menyerang, ia mengarahkan pukulan dan tendangan pada dua penjaga yang sepertinya sudah kehabisan tenaga.
"Kalian butuh olahraga lebih" ucap Rena meninggalkan dua orang penjaga yang masih meringis menahan sakit.
Rena membuka pintu mobil yang sudah menunggunya.
"Bersenang-senang?" tanya seorang laki-laki yang mengemudikan mobil itu."Tentu saja" jawab Rena dengan tersenyum.
******
Irvin menatap 3 orang di depannya dengan tidak percaya.
"Jadi, Rena kabur?" tanya Irvin dengan tenang. Andrew menelan ludahnya, inilah yang disebut tenang sebelum badai. Semakin tenang Irvin, semakin berbahaya bosnya itu. Dan Andrew tahu persis apa yang selanjutnya akan terjadi.
Sebuah pukulan mendarat di wajah Andrew dan kedua orang disampingnya.
"Kalian hanya aku tugaskan untuk menjaga SEORANG WANITA, dan kalian gagal?" Irvin kembali memukuli ketiga orang dihadapannya. Rick yang menyadari sahabatnya sudah kehilangan kendali, segera menahan tangan Irvin. Tatapan tajam Irvin kini tertuju ke arah Rick.
"Man, tenanglah, kita akan mencarinya, kau hanya membuang-buang waktu kalau seperti ini" Irvin menghembuskan nafasnya kasar, Irvin tertawa melihat ketiga orang dihadapannya.
"God, aku tidak percaya ini, kalian kalah oleh seorang wanita?" Rick dan ketiga orang di ruangan itu, menghembuskan nafasnya lega melihat Irvin yang sudah tenang.
"Dia wanitamu, apa lagi yang kau harapkan?" tanya Rick. Sepertinya sahabatnya sudah menemukan wanita yang sepadan kali ini. Irvin tersenyum, dia tidak bisa berbohong kalau sebenarnya dia juga sedikit bangga dengan apa yang dilakukan wanitanya itu. Tapi dia juga tidak senang mendengar informasi dari anak buahnya kalau Rena dijemput oleh seseorang. Dan parahnya, dia tidak tahu wanita itu ada dimana sekarang.
"Ya, seharusnya aku menduganya" ucap Irvin. 'Dan tunggu hukumanmu, singa kecil' tambah Irvin dalam hati.
******
"Apa kau sudah mengirim peringatan kepada wanita itu?" tanya Alex pada Chris.
"Aku sudah mengiriminya pesan, dan aku juga baru mendapat kabar kalau dia kabur dari rumah Irvin" Alex menyeringai, 'sepertinya permainan akan semakin menarik'
"Kemana gadis itu pergi?" tanya Alex.
"Kami kehilangan jejaknya, dan Irvin juga sedang mencarinya sekarang"
"Bagus sekali, jadi gadis itu bermain sendiri? Aku kira dia akan berlindung di belakang Irvin" Alex tidak mengerti, antara gadis itu terlalu berani atau memang bodoh, 'bermain' sendiri dalam urusan gank seperti ini merupakan hal yang sangat berbahaya.
"Ada yang membantunya untuk kabur" tambah Chris.
"Ah, jadi dia punya teman ya?" Chris mengangguk.
"Tetap cari dokumen itu, kita tidak tahu siapa yang memegangnya saat ini, jangan hanya terfokus pada gadis itu, bisa saja ini semua jebakan" Chris mengangguk, tanda mengerti. Alex terdiam di kursinya, matanya menerawang, melihat ke arah luar.
"Gadis gila yang menarik" ucapnya.
******
"So, rencananya gimana?" tanya seorang laki-laki yang duduk di samping Rena. Rena tersenyum pada 4 orang yang ada di ruangan itu.
"Saatnya menyulut api"
*********
Tuhkan, baru juga kemarin update, udah muncul lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Gun
Action'Aku tak menyesal sudah mengangkat senjata untuk menyadarkanmu' -Rena Wijaya- Action-romance Cover by: @_FleurLuna