"Bos, pihak DM Corp membatalkan kerjasamanya" Irvin mengepalkan tangannya begitu mendengar laporan dari asistennya. Pihak DM Corp sebelumnya sudah setuju untuk bekerja sama dengan perusahaannya namun entah karena alasan apa mereka membatalkannya begitu saja.
"Jangan emosi Irvin, masih banyak yang harus kita urus" Irvin menyuruh asistennya untuk keluar ruangan. Dia mendekati Rena yang duduk di sofa.
Irvin menghela nafasnya, ia begitu lelah hari ini, masalah gangnya belum selesai dan sekarang perusahaan pun punya masalah yang cukup besar. Rencana awalnya, perusahaannya dan DM Corp akan membangun sebuah hotel dalam waktu dekat, jika mereka mundur begitu saja maka mau tidak mau proyek itupun juga akan mundur atau bahkan terbengkalai.
"Aku punya seorang teman yang memiliki usaha di bidang konstruksi, perusahaannya memang tak sebesar DM Corp namun aku bisa menjamin kualitas mereka" Irvin membuka matanya, memandang Rena yang berada disampingnya.
"Aku pastikan dia tidak akan mundur seperti ini" lanjut Rena.
"Kau yakin?"
"Sangat yakin, percaya padaku" mereka saling menatap, mencoba saling percaya meskipun tanpa kata yang terucap. Rena segera menghubungi seseorang saat mendapat anggukan dari Irvin.
"Aku punya double big job untukmu" ucap Rena pada seseorang yang ditelfonnya.
******
Alex tersenyum puas di ruangannya, rencana pertama mereka berhasil, tinggal menunggu waktu sebelum serangan beruntun itu terjadi.
"Chris, lanjutkan rencana kita, jangan beri mereka waktu untuk berpikir"
*******
Rena tahu ini belum selesai, dia dan Irvin masih harus siaga dengan rencana-rencana Alex.
Dimas yang baru masuk ke ruangan kerja Irvin sudah langsung disuguhi pemandangan yang cukup erotis. Irvin sedang mencium Rena dengan kasar, dua kancing kemeja Rena bahkan sudah terbuka.
"Apa menonton kalian merupakan salah satu tugas besarku?" Irvin langsung menutupi dada Rena yang terbuka. Ia melihat seorang OB yang membawa secangkir kopi.
"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu!" bentak Irvin pada Dimas yang ia kira sebagai karyawannya.
"Tenanglah Irvin, dia teman yang aku maksud" Dimas tersenyum pada Irvin. Tanpa di persilahkan, dia duduk dihadapan Rena dan Irvin.
"So?" tanya Dimas pada Rena.
"Kau akan bekerjasama dengan perusahaannya" Rena menunjuk Irvin yang masih menatap Dimas dengan heran.
"Ini baru proyek kakap, sepertinya aku akan jadi jutawan sebentar lagi" ujar Dimas.
"Kenapa kau menyamar?" tanya Irvin pada akhirnya.
"Dinding pun bisa berbicara, bos" Irvin tersenyum, ia menatap Rena untuk mengkonfirmasi apa yang dipikirkannya.
"Dia temanku" kalimat singkat itu sudah cukup menjelaskan semuanya bagi Irvin.
"Jadi, apa kau benar punya perusahaan konstruksi?" tanya Irvin kembali ke mode bisnis.
"Ya, aku baru memulainya, jadi masih belum terkenal" jawab Dimas dengan serius.
"Tak masalah, sesuai kata Rena, kau akan punya pekerjaan ganda" ketiga orang itu tersenyum. Saling memahami pikiran masing-masing.
'Kadang kita harus pura-pura kalah untuk memenangkan pertarungan, biarkan musuh bersenang-senang dengan kemenangan semunya, mereka tak tahu kejutan apa yang hadir setelah pesta'
Sebuah dering telepon membuat ketiga orang itu menatap benda persegi yang ada di atas meja.
"Ya?" tanya Irvin mengangkat telponnya.
"Brengsek!" umpatan Irvin membuat Rena dan Dimas saling pandang. Apapun berita yang disampaikan oleh penelepon itu mereka tahu bahwa hal itu bukan berita bagus.
"Suruh 2 atau 3 tracker kita untuk mengetahui lokasinya, jangan terpaku pada hal ini, tetap waspada dan perkuat pertahanan" Irvin kembali menghela nafasnya saat mengakhiri panggilan itu. Ia memijit pelipisnya untuk mengurangi pening dikepalanya.
'Aku tidak bisa terus bertahan' pikir Irvin. Irvin meraih laptopnya, ia membuka sebuah file yang bisa menghancurkan karir bisnis Alex.
"Belum saatnya, Irvin"
"Ini tidak mudah Rena, dia baru saja menggagalkan transaksi senjata itu, bahkan aku sudah tak tahu dimana mobil yang membawa senjatanya"
"Maksudmu mereka merampoknya ditengah jalan begitu?" Dimas ikut angkat suara. Irvin menghela nafasnya sebelum mengangguk.
"Apa kau siap untuk berduel, Irvin?" Irvin mengangguk, ia sadar, ini sudah bukan permainan otak dan strategi, jika harus selongsong peluru berjatuhan maka biarlah, kata kalah bukanlah sebuah pilihan.
Irvin menghubungi Andrew untuk segera mengadakan rapat di markas mereka, sementara Rena mengkopi file milik Irvin.
"Aku butuh pelapis, Dim" Dimas mengangguk, dia mengerti apa maksud Rena.
"Tetap berada di kegelapan, meskipun nyawaku nanti taruhannya" bisik Rena pada Dimas, dia memberikan flashdisk padanya. Rena tak akan membiarkan identitas teman-temannya terbongkar, mempunyai banyak musuh memang sangat menarik untuk memacu adrenalin tapi ia tahu bahwa tidak hanya diri mereka yang dalam bahaya namun juga keluarga mereka yang tidak tahu apa-apa. Dimas tahu apa yang diucapkan Rena adalah kenyataan, kematian begitu mudah menghampiri mereka.
"Ya?" Rena mengangkat telponnya yang berdering.
"Aku mengerti" Dimas bisa melihat dengan jelas kemarahan di mata Rena setelah menerima telepon tadi.
"Dia mengembalikan serangan kita" ucap Rena pada Dimas.
"Api" Rena mengangguk mengiyakan tebakan Dimas.
"Dia membakar butik mamaku"
*******
"Apa kau yakin Rena?" gadis itu mengangguk, tersenyum pada Irvin untuk menenangkannya. Irvin tahu Rena sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, namun sebenarnya ia juga tak rela kalau Rena membahayakan dirinya.
"Sudahlah, Irvin, tak usah takut, kematian pasti akan datang, cepat atau lambat" Irvin sama sekali tak menyukai perkataan Rena, sekalipun itu merupakan kebenaran yang tak bisa disangkal.
Rena mendaratkan sebuah kecupan di bibir Irvin.
"Aku pergi" ucap Rena. Dengan langkah yakin, wanita itu mengendarai motornya, meninggalkan Irvin yang sebentar lagi juga harus pergi ke arah berlawanan.
"Sampai jumpa kembali" janji Irvin ditengah dinginnya malam.
******
Pengamanan di mansion Alex begitu ketat. Rena tahu ini misi yang tidak mudah.
"Tembak" perintah Rena pada seorang laki-laki yang berada disampingnya. Dan melesatlah peluru itu mengenai salah satu penjaga yang berada di depan gerbang.
Tembakan itu merupakan tembakan dimulainya pertarungan, sesuai yang Rena perkiraan, Alex sudah menyiapkan anak buahnya untuk bertahan dan menyerang. Jual beli tembakan pun tak dapat dihindarkan.
Rena segera menyelinap menuju pintu masuk saat anak buah Irvin berhasil mengalihkan perhatian para penjaga bertarung cukup jauh dari gerbang masuk.
Alex tersenyum melihat tamunya yang sudah datang.
"Selamat datang kembali, nona Rena"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Gun
Action'Aku tak menyesal sudah mengangkat senjata untuk menyadarkanmu' -Rena Wijaya- Action-romance Cover by: @_FleurLuna