Hari Yang DiBencinya

197 12 0
                                    

"Nggak mungkin. Nggak mungkin ini yang namanya cinta. Perasaan ini.. Benar benar aneh. Tapi ini bukan berarti cinta. Aku.. Melarang adanya perasaan ini. Jadi... Nggak mungkin aku merasakannya. Tidak..tidak.."
"Hem... Oke lu kagak percaya kan sama yang gua omongin ini? Oke. Gua akan kasih tau sesuatu. Jika nanti lu ketemu dia. Perasaan lu bakal kagak beraturan, seperti ada gunung yang meletus didalam hati lu, lu bahkan seperti ingin menjadi anjing yang akan menguntit kemanapun tuannya pergi. Dan ketika lu melihat matanya. Terdapat binar binar seperti kilau bintang. Ketika melihatnya lagi lu bakal memastikan semua perkataan gua kan?"
"Oke oke. Gua bakal buktiin ini salah. Tapi.. Rasanya gua masih belum bisa ngeliatnya begitu saja untuk sementara"
"Terserah. Tapi.. Suatu saat lu bakal tau yang gua ucapin benar adanya!"
"Oke. Ve... Udah puas ngomongnya??"
"Haha... Kenapa nal?"
"A..anu shan... Ati ati. Cinta itu tidak selamanya indah. Suatu saat cinta itu akan membuatmu tersiksa dan itu pasti"
"Nal.. Plis.. Jangan kasih shania pikiran yang buruk"
"Nggak.. Ve itu benar kan!. Ada baiknya dia tau perasaan dimana cinta itu akan menghianatinya"
"Tapi.. Biarkan dia merasakan indahnya cinta itu dulu. Dia.. Dia sudah kehilangan cintanya lama sekali. Melihat shania yang sekarang aku lebih menyukainya saat mengenal cinta dulu. Saat ini.. Yang gua liat, shania yang sekarang hanya setengah menjalani hidup"
"A.. Apa yang kalian bicarakan?"
"Tenang shan.. Ini.. Nggak penting kok"
"Tapi.. Kenapa harus menyangkut kan nama gua?"
"Karna ini tentang permasalahan lu"
"Ah.. Kalian membuat kepala gua makin pusing. Gua akan kelas sekarang. Kalian berdua kagak bisa diandalkan" (pergi)
"Shan.. Tunggu gua. Ini semua gara gara elu ve!" (lari)
"Yayaya.. (Veranda tersenyum)"

Shania dan kinak berjalan kembali kearah kelas mereka. Tampak hening sekali disepanjang perjanan mereka. Mereka tidak berbicara apapun. Kinal yang sebenarnya ingin menanyakan sesuatu kepada shania menjadi canggung. Dan akhirnya mereka tiba dikelas. Didalam kelaspun mereka tetap diam satu sama lainnya. Kini suasana geng itu sedang buruk. Melihat kinal dan shania yang hanya diam saja membuat mereka tidak ingin merusak suasana yang terjadi. Mereka semua berlomba lomba untuk diam. Bahkan teman sekelas mereka yang lainnya merasa keheranan akan keadaan seperti ini. Hingga pelajaran ini berakhir dan saat pulang sekolah mereka masih berlomba untuk diam. Dan salah satu teman kelasnya menanyakan keadaan ini.

"Hei.. Kalian kenapa?"
"Eh? Memang ada apa je? Gab?"
"A.. Anu shan.. Kenapa kalian diam gitu?"
"Salah ya?"
"Enggak sih nal.. Tapi... Aneh aja. Kalian yang biasanya paling ribut dikelas kenapa sekarang malah keliatan pada diem dieman?. Apa ada masalah?. Kalo ada masalah silahkan diselesaikan. Karna kita gak mau ngeliat teman sekelas kita punya masalah"
"Iya ya.. Kenapa kita diam?"
"Entah beb. Malah gua pikir kita sedang main diem dieman. Jadi.. Gua ikutan. Ya.. Mungkin aja dapet hadiah. Kan lumayan"
"Bego.. Bego banget lu nab.. Gini, kita diem gara gaga ngeliat shania, kinal dan veranda udah diem dari tadi.. Gua pikir mereka ada masalah?"
"Eh.. Enggak kok mel"
"Lah terus?"
"Ya.. Anu.. Badan kita lagi kagak enak. Ya kan shan? Nal?"
"Resek (kinal bergumam dalam hati) iya kok. Kan? kan? shan?"
"Iya"
"Wah.. Nab ini gara gara lu yang beliin kita makanan nih.. Jadi mereka semua gak enak badan. Jangan jangan abis ini gua yang bakal kena nih?"
"Oh.. Gitu. Oke. Gua kagak bakal beliin kalian makanan lagi. Cukup. Sekali"
"Dih.. Ngambek"
"Tapi bener loh kalian aneh hari ini. Terlebih shania. Lu kan yang ratunya marah maah dikelas. Kenapa lu jadi 180° berbeda sekarang?"
"Iya je.. Gua gak papa bener. Ini gara gara gua kurang tidur kali mangkanya badan gua gak enak gini"
"Oh.. Kalo gitu jangan begadang lagi ya.. Kita semua khawatir"
"Cie.. Cie khawatir"
*tok (shania memukul kepala nabilah)
"E.. A.. Aduh.. Sakit.. Walaupun lagi enggak enak badan tuh tenaga masih sekuat baja aja. Apa karna gua kurang kasih racun yang banyak ya?"
*bruakkk (nabilah terjatuh karna didorong oleh shania)
"Haha.. Gini kan enak diliatnya. Kalian udah kayak biasanya. Oke. Sekarang gua ama jeje pulang dulu ya.. Dah.."
"Da...!!!"
"Berhenti (melody menghentikan mereka)"
"Kalian kenapa?"
"Enggak. Enggak ada"
"Bohong. Plis shan.. Jangan bohong"
"Kenapa gua harus bohong?"
"Karna... Gua tau lu. Lu seperti adik gua sendiri. Bagaimana mungkin gua enggak kenal lu sepenuhnya? Saat lu berisik, marah marah dan gila gua bakal tenang dan gak bakal ngomentarin apapun yang lu lakuin karna yang gua kenal ya.. Shania yang seperti ini bukannya shania yangs sekarang. Shania yang hanya bisa diem kayak gini.. malah buat gua makin cemas ama keadaan lu. Gua.. Tau elu semua. Gualah yang selalu memperhatikan kalian semua. Kalian.. Udah gua anggap kayak adik gua sendiri. Dan sebagai kakak gua gak mau ngeliat keadaan adik adiknya kayak gini. Sekarang, coba diantata kalian siapa yang mau njelasin sesuatu ke gua?"
"Gua gak ikutan"
"Ya.. Gua setuju sama nabilah setuju. Karna gua gak tau apa apa soal ini"
"Nal? Ve? Mau jelasin?"
"Gu.. Gua pergi dulu (shania lari meninggalkan mereka)"
"Tunggu shan.."
"Udah nal.. Jangan dikejar (melody menghentikan kinal). Gua pernah liat shania yang seperti ini sebelumnya makanya gua khawatir. Shania pasti sedang dalam banyak tekanan dan masalah. Jadi.. Untuk saat ini biarkan dia sendirian dan menenangkan pikirannya"
"Dia kenapa sih? Tumben tumbenan kayak gitu?"
"Nggak tau.. Tanya aja sama mereka berdua beb"
"Iya nab. Eh.. Ve.. Nal.. Kenapa dia? Apa ini ada hubungannya dengan kalian ya? Apa kalian bertengkar? Apa kalian membuat masalah lagi?. Dan nal.. Tadi kan dia baliknya sama elu? Ada apa?"
"Tauk.. Tanya aja sama si ve. Gua balik pulang dulu (pergi)"
"Sekarang tinggal elu ve.. Coba jelasin ada apa sebenarnya gak mungkin nggak terjadi apa apa dari raut wajahnya kinal tadi udah keliatan ini pasti ada apa apanya"
"(Tersenyum) suatu saat kalian pasti akan tau. Jadi.. Tunggu aja waktu itu datang ya.. Jangan terlalu terburu buru untuk mengetahuinya. Yaudah ya.. Gua juga mau balik. Kayaknya langit lagi kagak bersahabat jadi mendung kayak gini. Dah..."
"Mereka bertiga aneh"
"Ada yang enggak beres. Pasti ada sesuatu. Kita harus cari tau penyebabnya"
"Jadi.. Kita main detektif detektifan nih? Ah.. Gua sukaa.. Kita bakal nyamar, menyelidiki apa yang terjadi. Dan mengikiti kemanapun target pergi. Ini.. Akan jadi sangat seru.."
"Tega gak ya gua nyelidiki teman gua sendiri? Gua takut kehilangan shania"
"Romantis amat sih kalian-,-"
"Iyalah.. Kita teman dari orok. Jadi.. Gua tau ini akan membuat shania nggak nyaman"
"Iya. Tapi ini perlu beb.. Apa lu mau ngeliat shania kayak gini terus? Terlebih.. Lu nggak mau kan sampek lu mati penasaran gara gara hak seperti ini?"
"Iya sih.. Tapi...."
"Percayalah.. Semua keadaan ini akan membaik. Jika kita mau bekerja sama"
"Oke. Gua percaya sama kalian"

*disisi lain

Shania yang berlari itu tidak tau tujuan mana yang akan dia tuju sekarang. Dia pun memilih untuk bersembunyi taman sekolah. Dan menangis sepuasnya disana.
"Hari ini... Hari terburukku. Hari ini... Aku seperti tidak lagi hidup. Hari ini.. Hari yang sama seperti dulu saat kakak meninggalkan kita semua. Ini... Sama persis dengan itu. Tapi.. Sedikit berlawanan keadaannya. Ini... Seperti aku yang akan meninggalkan mereka. Apa aku akan mengikuti jejak kakak? Tidak.. Tidak lagi.. Aku tidak seperti kakak yang egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa melihat orang orang yang ada disekitarnya. Dia hanya berfikir bahwa tidak ada yang peduli lagi dengannya. Dia selalu berfikiran negatif. Dia tidak sadar bahwa kita ada untuknya. Kita selalu mendukungnya. Kita semua selalu memaafkan kesalahannya dan memahami dirinya. Tapi... Kenapa ia membalas ini semua seperti ini?. Dia pergi meninggalkan kita tanpa tau perasaan kita saat dia pergi. Dia pergi dan meninggalkan banyak kenangan pahit. Ini semua hanya karna satu kata yang sangat sederhana. Cinta.. Sejak saat itu.. Aku membenci ketika orang mengatakan cintanya kepadaku. Aku.. Membenci orang orang yang seperti itu. Aku membencinya...."

Beberapa saat kemudian... Langit pun mulai ikut meneteskan air matanya dan shania berlari pulang meninggalkan taman sekolah. Sesampainya digerbang sekolah ia melihat seseorang yang tak dikenalnya sedang bersandar didekat gerbang sekolah dengan menundukkan wajahnya. Seperti sedang menunggu seseorang. Tapi.. Ketika melihat wajah sampingnya shania merasa wajah itu nampak tak asing lagi...

Kakak Kelas Terindahku ShaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang