Dia Atau Dirinya

215 20 0
                                    

Budayakan meninggalkan tanda * disetiap bagian. Agar cerita tetap berlanjut

Sementara boby mengganti pakaiannya. Shania berkeliling melihat lihat rumah boby berharap dia akan menemukan foto kedua orang tua boby. Tapi.. Nyatanya foto yang dicarinya tidak ada. Malah foto foto saat boby masih kecil. Tapi anehnya, jika ada foto seorang anak pasti disampingnya ada orang tua atau orang terdekatnya disamping foto itu. tapi.. ini berbeda di foto itu dia tidak melihat satupun ada foto orang tua boby.

"Apa ini? Haha.. Foto yang lucu. Tapi... Dari sekian banyak foto yang ada. Kenapa tidak ada satupun dari foto ini ada wajah orang tuanya ataupun orang terdekatnya. kenapa hanya fotonya sendiri? aneh"
"Oh.. Hai apa yang kau lakukan? Se.. Sedang apa kau?"
"A.. Aku hanya melihat lihat saja kok. Tidak lebih. Oh ternyata kamu sudah siap?"
"Em.. Ya. Aku sudah siap. Kalau gitu ayo kita jalan menuju toko rotiku. Sepertinya hujannya sudah mulai reda"
"Iya. Baiklah."

Mereka keluar rumah.

"E.."
"Ya?"
"Engg.. Enggak kok"
"Oh"

Berbicara didalam hatinya
"Duh.. Kenapa gua canggung kayak gini sih... Gila kali. Ngak nggak... Gua nggak mau keliatan canggung didepannya ntar dia ngira kehal yang aneh aneh lagi. Em... Tapi, boleh juga sih kalo dia berfikirnya kearah situ. Gua mau mau aja.. Eh.. Apaan sik.. Nggak nggak.. (Menggeleng gelengkan kepalanya)"

"Are you okey?"
"Ya.. Ya.. It's okey.."
"Serius?"
"Ya.. Tenang aja"
"Kok aku merasa kamu..."
"Nggak.. Udah jalan aja sana!"
"Oke oke"

*hening

"Hah.. Akhirnya udah sampai juga"
"Apa...!!!"
"Kenapa kak???"
"Engg... Enggak"
"Apa ada masalah?"
"Enggak kok. Udah.. Kamu masuk aja kamu"
"Oh.. Oke"

"Apa..!!! Ini adalah toko rotinya? Tidak. Tidak mungkin. Apa dia adalah... Nggak jangan. Ini belum tentu benar miliknya dari awal dibangun kan? Mungkin aja pemilik pertamanya menjualnya kepadanya? Iya.. Ini benar mungkin aja ini benar. Enggak enggak... Argh... Udahlah. Nanti aja gua tanya kedia" berbicara didalam hati

"Ayo kak masuk.."
"Ya.. Tenang..."

Mereka masuk kedalam

"Wah.. Bagus juga ya toko rotimu"
"Hah.. Jangan suka memuji gitu. Ini mah.. Nggak ada apa apanya daripada toko roti terkenal yang lain"
"Ya.. Setidaknya toko roti yang dijalankan oleh orang seusiamu ini lebih baik daripada toko roti mereka"
"Terima kasih untuk pujiannya"
"Bagaimana caramu mendapatkan toko roti ini? Hah.. Pasti kamu orangnya kaya banget ya.. Oh.. Atau kamu adalah salah satu pewaris konglomerat?. Ya.. Tentu saja. Aku sud.."
"Nggak"
"Hah?"
"E... Maaf memotong pembicaraanmu kak. Tapi.. Aku membangun ini dengan keringatku sendiri. Saat masih smp. Aku bekerja sebagai orang panggilan yang akan menerima pekerjaan apapun itu. Dan hasil dari kerjaku aku sisihkan untuk membiayai hidupku dan menabung untuk membangun cita citaku ini. Ya.. Hasilnya lumayanlah akhirnya aku bisa membangun toko roti ini dengan keringat ku sendiri"
"Wow.. Kamu hebat ya.."
"Biasa aja kak"
"Hahahaha.. Iya iya. Ternyata kamu orangnya suka merendah ya.."

*kring.. (Suara telpon berdering)

"Dari navil? Kok bisa dia punya nomor telpon gua? Perasaan gua nggak pernah ngasih nomor telpon gua kesiapapun deh.. Kenapa dia.. Oh.. Gua tau. Pasti waktu gua ditarik ayana dia bongkar bongkar barang gua? Emang resek itu orang. Seenaknya aja buka buka tas orang. Kalo ada yang hilang kan dia yang bakal disalahin? Dan kenapa dia telpon? Nggak penting banget. Matiin ajalah. (Telpon berdering lagi) gila ini anak. Matiin lagi ajalah (telpon berdering lagi) dia ini...ngapain sih?????!!! Resek"

"Kenapa kamu matiin?"
"Nggak. Ini.. Anu..."
"Oh.. Angkat aja nggak papa"
"I.. Iya.. Permisi dulu ya kak.. Aku mau ngangkat telpon ini bentar. Kamu tunggu aja disini."
"Oke"
"Bibi... Tolong layani kakak kelasku ini. Layani dia sebaik mungkin. Aku akan segera kembali"
"Baik den boby.."
"Bibi..."
"Maaf maaf.. Baik boby"
"Nah.. Gitu bi. Anggap aku seperti anak sendiri ya.."
"Iya bob"
"hem.. Oh iya kak.. Coba aja beberapa roti disini. Aku jamin ini rasanya nggak kalah kok sama toko roti terkenal lainnya."
"Yayayaya"
"Baiklah. Aku tinggal dulu ya.. Dah.."

Kakak Kelas Terindahku ShaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang