Part 1

14.4K 202 8
                                    

Gadis belia yang belum cukup usia. Namun, selalu ingin mencoba hal-hal terlarang yang menantang. Itu aku, Sonia. Masa remaja yang kujalani dipenuhi hal-hal tabu. Banyak bergaul dengan teman sebaya yang terbilang cukup liar, serta orang-orang dewasa yang mencontohkan berbagai pengalaman di luar batas usia.

Sabtu malam, aku biasa tak pulang ke rumah. Ada alasan mengapa enggan berada di rumah. Memang di rumah tidak ada yang peduli apakah aku pulang atau tidak. Ayah sibuk bekerja dan dapat dikatakan sebulan sekali dia pulang, itu pun hanya beberapa jam. Sedangkan ibu bekerja di luar negri.

Aku merupakan anak tunggal. Sehari-hari di rumah hanya bersama asisten rumah tangga yang tidak akan memiliki keberanian untuk melarang ini dan itu. Jadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan bergaul kesana kemari dan tidak jarang menghabiskan malam di club malam.

***

Hari itu, tepatnya malam minggu. Sepulang sekolah mampir ke rumah kost salah seorang sahabat liarku. Boy, ia adalah salah seorang sahabatku yang berpenampilan sangatlah tomboy, bahkan banyak yang mengira bahwa ia benar-benar seorang anak lelaki. Sebelum pergi ke club malam kami berbincang-bincang ringan.

"Bokap lu ga jadi balik?" tanya Boy.

" Jadi sih kayaknya," jawabku santai.

"Tar nyariin."

"Biarin lah."

Boy merupakan salah seorang sahabatku yang memiliki pemikiran terbilang dewasa. Ia seringkali menasehati mengenai berbagai hal. Seperti saat ini, ketika mengingatkan agar aku tak pergi ke club bersamanya malam ini karena ayah akan pulang. Meminta agar lebih baik aku menghabiskan lebih banyak waktu bersama ayah.

"Kalo ada Bokap, mending ga usah ikut, jarang-jarang kan dia ada di rumah," saran Boy.

"Udah kayak Pak Bayu aja lu. Ga usah nasehatin lah," tanggapanku tak serius.

"Siapa yang nasehatin yeay ... tar mabok ngeluhnya ... Daddy Why Daddy ... kenapa ga pulang-pulang? I miss youuu ...," ledek Boy.

"Idih siapa yang gitu. Kata Mawar kan kalo mau binal jangan nanggung-nanggung, hahaha ...." bantahku sambil tertawa.

"Halah ... Mawar lu tiru," lanjut Boy sambil menoyor kepalaku.

"Biarin ah! Daripada niru elu," responku sambil membalas ledekannya.

***

Membonceng motor Boy menuju sebuah club malam. Bukan tanpa tujuan kami hendak kesana. Saat itu kami sedang mengincar seseorang yang ingin kami kerjai. Ia merupakan seorang om genit yang seringkali mengkhianati istrinya. Ia senang bermain-main dengan gadis-gadis di bawah umur dan oleh istrinya yang merupakan salah seorang kenalan Boy, kami dimintai tolong untuk mengerjai Om tersebut sebelum ia menandatangani surat perceraian. Tiba di sebuah club malam. Kami menyaksikan Mawar, yang juga sahabatku sedang menggoda Om yang menjadi target kami.

"Tu liat ... Mawar udah gerak," ucap Boy.

"Kebiasaan gatel," tukasku.

Boy menginstruksikanku. "Maju gih."

***

Mengamati gerak gerik Mawar yang tampak lihai memancing om genit. Mawar memang sudah terbiasa dengan hal semacam ini karena sebelum pindah ke sekolah kami, ia bekerja di club malam dan sangat tak asing dengan pergaulan malam. Kami bebas keluar masuk club pun karena banyak kenalan Mawar yang mengizinkan kami masuk meskipun usia kami masih di bawah umur. Boy mencari posisi duduk yang aman untuk mengawasi gerak gerik kami. Aku berjalan menghampiri mereka. Mawar melihatku datang menyapa.

"Hey, udah dateng," sapa Mawar.

Om yang sedang berbincang dengannya menoleh kearahku, disusul dengan senyuman nakal yang menggelikan. Mawar melanjutkan kata-katanya.

Diary Perawan (Selesai √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang