Part 4

5.2K 104 0
                                    

Saat jam istirahat, Rido menemuiku. Ia meminta maaf atas kejadian kemarin. Mengaku merasa bersalah dan tak enak karena Linda main tangan terhadapku. Tak menghiraukan ucapan permintaan maaf darinya, meski sebenarnya masih sangat kesal pada Linda yang tiba-tiba saja menampar serta melontarkan kata-kata kasar. Berusaha mengacuhkan, tapi Rido terus saja menuntut agar aku memaafkannya. Membuat emosi kembali terpancing.

"Son, serius gue ga enak sama lu. Maafin gue."

"Hei! Denger ya! Ga usah negur-negur gue lagi!" bentakku kesal.

Boy yang melihat kami saat itu segera menghampiri.

"Ada apa?"

"Ga ada apa-apa," jawabku.

"Kenapa sih?" tanya Boy sambil terus mengikuti langkah cepatku menjauhi Rido.

"Kemarin gue hampir ML sama dia, terus ketauan dan dilabrak cewe nya," kataku menjelaskan.

"Lagian ngapain sih lu main-main sama mereka? Udah gue bilang jangan gaul sama mereka," ucap Boy menyesalkan perbuatanku.

"Emangnya lu bener?" tanyaku seraya meledeknya.

"Mendingan kali ah," jawab Boy sambil tersenyum.

Beberapa langkah kami berjalan bersama. Boy mulai bertanya tentang kegiatanku beberapa hari belakangan.

"Udah nyentuh buku belom?"

"Ogaaahhh ...," sontak aku menjawab.

"Hey, Kalo ga belajar lu bisa ga naik kelas. Nilai udah paspasan gitu," ucap Boy meneruskan kata-katanya.

"Stop ... stoppp ... gue ga mau denger! Ga mau belajarrr ...."

Sambil menutup telinga aku berusaha menjauhinya. Sangat malas tiap kali Boy mulai menasehati untuk belajar, karena itu merupakan hal yang sangat tidak kusukai. Meski sering kuacuhkan tiap kali mengingatkan. Namun tak henti-hentinya Boy melancarkan niat baiknya.

***

Di sekolah maupun di rumah selalu merasa jenuh. Tak ada yang membangkitkan semangat. Selama ini yang awet berteman denganku hanyalah Boy dan Mawar. Sadar diri, aku memang seorang gadis yang menyebalkan. Mudah terpancing emosi. Tiap kali ada yang menyinggung, aku pasti langsung naik darah. Itulah mengapa teman-teman tidak suka berteman dekat denganku. Hanya Boy dan Mawar dengan cara mereka masing-masing yang tetap mau bertahan menjadi temanku.

Sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama kedua sahabatku itu. Namun mereka seringkali tidak memiliki banyak waktu luang. Boy aktif dengan berbagai kegiatan keorganisasiannya, sedangkan Mawar, selain sekolah ia sibuk bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Aku sangat membenci saat masuk musim ujian seperti ini, karena tak ada Boy dan Mawar. Mereka terlampai sibuk. Hingga terkadang aku pun merasa terabaikan.

Disela-sela kesepian, aku mulai sering bolak balik ke club malam sendiri. Mulai banyak mengenal sesama penikmat dunia malam selain Boy dan Mawar. Pada awalnya merasa canggung pergi ke club malam sendiri.
Selama ini selalu tergantung pada Boy dan Mawar, karena mereka memang lebih berani dan lebih berpengalaman. Ketika mencoba sekali, dua kali pergi sendiri. Aku mulai terbiasa. Boy dan Mawar yang sedang sibuk belajar tak tahu bila belakangan aku sering bolak balik ke club malam seorang diri.

***

Hari senin ujian kenaikan kelas sudah akan di laksanakan, tapi malam minggunya aku masih saja pergi ke club malam. Belum kusentuh sama sekali materi yang akan diujiankan, bahkan aku tak tahu mata pelajaran apa untuk hari senin. Namun tiap kali terbersit hal tersebut aku berusaha mengalihkan pikiran dan bersikap seolah tak mau peduli.

Diary Perawan (Selesai √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang