Part 2

7.8K 118 1
                                    

Melangkahkan kaki di trotoar jalan. Hiruk pikuk kendaraan berlalu lalang mengiringi canda tawa kami. Merasakan masa remaja yang menyenangkan bersama sahabat-sahabat liarku.

Hendak menaiki bus, Boy menghentikan langkahnya. Ia mengatakan bahwa motornya tertinggal di club malam tempat menggoda om genit tadi. Boy menginstruksikan agar kami pergi lebih dulu ke café dimana kami janjian dengan wanita yang meminta tolong.

Aku dan Mawar menuju ke sebuah café. Kami berdua belum pernah bertemu tante tersebut. Hanya mendengar cerita dari Boy. Boy pun mengaku mengenalnya hanya sepintas lalu ketika sedang berada di bandara untuk menjemput kerabatnya.

Boy bercerita, menyaksikan seorang wanita yang sedang bertengkar dengan suaminya hingga menangis terisak. Lalu ia memutuskan untuk menegur dan menenangkannya. Sejak saat itu beberapa kali kesempatan mereka berbincang. Meski usia terpaut jauh. Mereka tetap dapat mengakrabkan diri. Boy memang selalu dapat memposisikan diri dengan siapa ia berkomunikasi.

Itu pula yang menjadikannya ketua OSIS di sekolah. Bahkan guru-guru seringkali meminta bantuan padanya untuk menangani anak-anak nakal. Seperti diriku ini. Awal perkenalan dengan Boy adalah saat ia diminta oleh guru bimbingan konseling untuk mendekati agar kenakalanku dapat terkurangi. Terbawa arus positif darinya.

Boy juga selalu lemah dengan airmata perempuan. Jiwa pahlawannya seringkali muncul ketika melihat seseorang menangis. Berusaha membantu siapapun yang memerlukan bantuannya. Terutama bila itu adalah seorang wanita.

Tante yang baru Boy kenal mengeluhkan masalah keluarganya. Wanita itu mengaku seringkali dikhianati oleh suaminya. Tak tahan dengan perilaku teman hidupnya, ia berniat menggugat cerai. Namun ada hal yang memberatkannya, yaitu takut bila hak asuh anak tak jatuh ke dirinya.

Setelah membicarakan denganku dan Mawar, Boy menawarkan diri untuk memberi bantuan kepada tante tersebut. Ia pun menyampaikan pada tante bahwa akan menjalankan aksi bersama dua orang temannya, yaitu aku dan Mawar. Atas persetujuan tante. Jadilah kami mengerjai pria hidung belang itu.

***

Tiba di sebuah café. Langsung bertanya pada pelayan. Adakah seorang wanita yang sedang menunggu kedatangan kami. Pelayan pun menunjuk kearah seorang wanita yang menggunakan pakaian berwarna hijau. Ia duduk seorang diri.

Dari kejauhan kulihat wanita tersebut berusia sekitar empat puluhan tahun. Sebaya dengan om genit. Mawar berjalan menghampiri dan aku pun mengikutinya. Mawar menegurnya.

"Tante, kami teman Boy."

Wanita tersebut menoleh dan menjawab, "Oh kalian teman Boy? Saya sudah tunggu dari ta-."

Ucapan wanita itu terhenti ketika menatap wajahku. Mataku pun terbelalak menatapnya. Kepala tiba-tiba saja pusing, jantungku berdegub kencang, bibir kelu. Betapa terkejutnya, aku mengenali wanita itu.

"Mamahhh?!"

"Sonia?!"

Ucapku berbarengan dengan wanita itu.

"Apaaa?!"

Mawar turut terkejut ketika ketika mendengar apa yang kami ucapkan.

Ternyata wanita yang meminta tolong pada kami adalah Mamahku. Kepalaku begitu dipenuhi berbagai tanda tanya. Segala hal berkecamuk dalam benak.

"Mamah? Apa maksudnya ini?" tanyaku langsung melontarkan berbagai pertanyaan kepadanya.

"Aaah ... i- ini," jawab Mamah dengan terbata-bata.

"Bukankah Mamah kerja di luar negri?" terus kulontarkan berbagai pertanyaan.

"Kamu sendiri? Apa ini?" Mamah berusaha menghindari pertanyaan dengan balik bertanya.

Diary Perawan (Selesai √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang