Part 15

2.4K 105 1
                                    

Telah kembali bersatu. Kini kami tinggal di sebuah rumah mungil yang dipinjamkan oleh Dito. Sehari-hari Sandy kuliah sambil bekerja sebagai pengajar di sebuah tempat kursus, sedangkan aku mengasuh Mentari serta mengurus segala kubutuhan rumah tangga sambil membuka toko bahan-bahan kebutuhan pokok di depan rumah. Kehidupan tentram dan teratur kami jalani saat ini. Meski masih terbilang sederhana. Namun tak lagi kekurangan.


Pada tahun ke empat Sandy menjalani pendidikan, aku kembali hamil. Situasi tak sesulit sebelumnya. Segalanya dapat teratasi dengan baik. Anak kedua kami pun lahir sehat setelah Sandy lulus kuliah.

Setelah lulus, Sandy mulai menjalani pendidikan profesi. Mempelajari ilmu kedokteran dengan cara praktek langsung di rumah sakit. Dua tahun menjalani pendidikan profesi barulah ia dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh gelar dokter.
Waktu pendidikan cukup lama ditempuhnya. Aku pun dengan setia mengiringi tiap langkahnya menuju apa yang dicita-citakannya selama ini.

Sekitar sembilan tahun dengan segala kesulitan yang dihadapinya. Akhirnya Sandy berhasil menjadi dokter spesialis syaraf. Ia bekerja di sebuah rumah sakit di kota Jogja.

Kehidupan ekonomi semakin membaik. Sandy pun mendapat tawaran dinas di salah satu rumah sakit di Jakarta yang dapat semakin meningkatkan karirnya dalam dunia kedokteran. Sebenarnya aku enggan kembali ke Jakarta karena telah merasa nyaman tinggal di kota Jogja. Anak-anak pun harus menyesuaikan diri bila kami pindah.

Sempat terpikirkan untuk kembali menjalani hubungan jarak jauh. Namun Sandy terus membujuk agar kami ikut serta. Demi mendukung karir suami, akhirnya kuputuskan untuk ikut kemanapun ia pergi.

Merasa telah mampu, berniat mengembalikan bantuan yang telah diberikan Dito. Namun kami kehilangan jejaknya. Mencoba mendatangi cafe yang pernah dibangunnya, tapi ternyata telah berpindah kepemilikan. Tak ada seorangpun yang tahu kemana Dito pergi.

***

Kami mulai tinggal di Jakarta. Sandy menggeluti bidangnya dengan sangat serius. Tak henti dukungan kucurahkan padanya. Kini aku benar-benar telah berubah. Bukan lagi perempuan manja yang tak mampu melakukan apapun untuk diri sendiri.

Sandy sering membanggakanku di depan orang-orang yang dikenalnya. Mengatakan bahwa istrinya bagaikan malaikat rumah tangga. Berulang kali menyebut bahwa keahlianku dalam mengurus anak-anak dan dirinya tak diragukan. Anak-anak tumbuh dengan sehat dan pintar berkat perhatian serta didikan dariku.

Bila sedang dinas luar, Sandy mengatakan selalu rindu rumah karena tempat ternyaman baginya adalah dimana anak-anak tertawa riang disertai istri yang memperlakukannya bagai seorang raja.

Aku mematahkan pandangan bahwa buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Meski terlahir dari kedua orang tua yang sangat tak mempedulikan hadirku. Namun aku berhasil membuktikan bahwa tak selamanya sifat buruk akan menurun.

Seburuk apapun seseorang di masa lalu, bila lingkungan mendukung disertai niat dari lubuk hati yang terdalam. Maka segalanya akan berubah menjadi baik. Aku memang pernah menjadi orang yang buruk, tapi kini aku berubah. Semua itu karena Sandy. Ia suami tercinta yang selalu membimbingku ke arah yang tepat. Sungguh puas dengan kehidupan saat ini.

***

Suatu hari, seseorang datang berkunjung. Boy, sahabatku yang telah kuanggap bagai seorang Kakak.

"Boy?"

"Sonia."

Terkejut melihat Boy yang tampak sendu. Entah masalah apa yang sedang dihadapinya saat itu. Cukup lama tak berjumpa, terakhir tiga tahun lalu saat ia dan Mawar mengunjungi kami di Jogja. Setelahnya tak ada kabar lagi darinya.

Diary Perawan (Selesai √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang