Rara
Sarah F. (16")
Hari ini hari Senin, artinya, sekolah pagi ini akan diawali dengan upacara bendera. Di tengah- tengah keramaian saat itu, aku diam- diam mencari anak bernama Nilam itu, kali ini aku sendiri, tanpa Raka, tanpa Indro, tanpa pasukan ku. Kuperhatikan satu persatu anak baru di sana, dan terus kucari.
Dan akhirnya, kutemukan dia di salah satu barisan.
Lalu apa??
Entahlah, aku ga tau harus apa lagi, yang penting saat itu aku senang. Senang bisa melihatnya lagi.
Saat itu aku benar- benar tak tau apa motivasi ku untuk mencarinya, yang aku tau, aku merasa senang bisa melihatnya lagi.
Lalu aku kembali ke barisanku,
"dari mana??", Tanya Raka.
"pinjem topi, hehe.", jawabku dengan tersenyum padanya.
Memang pada waktu itu, kalau kita lagi ga bawa topi, biasanya kita pinjam ke cewek- cewek yang pakai jilbab. Karna cewek ber jilbab ga wajib pakai topi.
"ga bawa??", tanya Raka lagi.
"bawa,", jawabku.
"trus?? Kok pinjem?? Pinjem mana??", tanya dia.
"pinjem X- 11", jawabku.
"gila !! pinjem anak baru gitu??", tanya dia, kali ini dengan sedikit terkejut.
"he he he, iya,", aku hanya tertawa.
"pasti kelasnya Nilam ?", dia senyum.
"he he he,", aku senyum lagi.
"pantesan!! Trus ?? itu topinya Nilam??", tanya Raka,
"bukan, ga tau topi siapa, asal pinjem, hehe, tapi ada namanya sih,", jawabku sambil mengecek nama yang tertulis di topi itu.
Sarah F.
X- 11
"Siapa itu mbah??", tanya Raka.
"ga tau, tapi nanti temenin balikin, oke?", ajak ku.
"helleeeeh, giliran susah ke sini,", kata Raka ketus.
"he he he, sekali- sekali Ka,"
"iyaa,", kata Raka meng iya kan.
Lalu upacara berlangsung, dan tidak kondusif, memang tak pernah kondusif kurasa.
Dan saat upacara berakhir, aku dan Raka segera mencari pemilik topi tadi. Kami mencari di kerumunan siswa yang tak sabar untuk kembali ke kelas. Aku masih hafal wajah pemilik topi itu, putih dan tembem pipinya, kayak bakpao.
Akhirnya kami menemukan Sarah,
"Sarah!!!!", aku memanggil.
Dia membalikkan badannya.
"ini topinya, makasih ya Sarah, kok ga enak ya manggilnya?? Rara aja boleh?? Kalau engga ya, Sar gitu? ", kataku sambil mengulurkan topinya.
"iya boleh, Rara aja, he he.", jawabnya sambil menyambut uluran tanganku.
"ya udah, ke kelas dulu ya mas,", dia berpamitan.
"eh, iya iya, makasih ya dek.", jawabku.
Lalu dia pergi bersama teman- temannya, aku berharap ada Nilam di sana, tapi nyatanya tidak.
"makasiih Rara!!!", teriakku.
Dia hanya senyum, dan teman- temannya mulai tertawa, mungkin menertawakanku. Ha ha
"cantik,", tiba- tiba Raka mengatakan itu,
"apanya??", tanyaku.
"itu, Rara,", kata Raka.
"apa iya? Biasa ah", jawabku.
"matamu pancen picek mbah!!",(matamu emang rabun!!) katanya ketus, sambil meninggalkanku pergi, pergi ke kelas.
"asem,", aku berlari menyusulnya.
Semenjak hari itu, Raka selalu menceritakan tentang Rara padaku, seperti apa Rara? Sifatnya Rara, semuuuaaa tentang Rara, aku langsung bisa menyimpulkan bahwa Raka suka Rara, hehe. Tapi jujur saja, terakhir kali aku bertemu Rara di SMA, ternyata Raka benar, Rara cantik, hehe, manis dengan giginya yang gingsul, ditambah pipinya yang merah merona. Pokoknya cantik, manis, dan imut, hehe, tapi tetap biasa saja bagiku. Karna ada yang lebih, hehe.
Nilam,
Pelajaran dimulai,
Benar- benar membosankan, aku berharap bisa segera mengakhiri hari itu, bosaan sekali, satu- satunya kesenangan hari itu adalah, ketika aku bisa bertemu Nilam, saat upacara tadi,
ketika aku melihat dia tertawa, hah, rasanya sejuk di hati. Aku mulai senyum sendiri,
"senyum- senyum!! Kesurupan lagi??", tiba- tiba Raka duduk di sebelahku.
"mikirin apaan??", tambahnya, "bok*p ???"
"Ndasmu!!!", kataku pada Raka, "ga papa, ga mikir apa- apa,"
"yakiin??", tanya Raka dengan sedikit mengejek kurasa.
"yakin lah!!"
"mikirin Caca pasti !!", katanya asal.
Saat itu, aku masih ingat, mood ku yang sudah baik karna mengingat Nilam, langsung jatuh, hancur berkeping- keeping, mood ku rusak mendengar satu nama tadi.
Caca,
Jadi, Caca adalah salah satu temanku, dekat, sangat dekat. Sebenarnya aku malu, sangat malu untuk cerita tentang aku dan Caca, tapi gimana lagi?? Aku sudah berjanji di awal tadi, bahwa aku akan ceritakan semuanya.
Sebenarnya Caca bagiku adalah bagian dari kisah cinta ku, yang bisa kubilang goblok, goblok banget. Mungkin, kalau aku bukan Fauzi, aku akan menyesali saat- saat itu sampai sekarang, tapi karna aku adalah Fauzi, maka aku ga akan menyesal, aku menerima Caca, sebagai bagian dari masa laluku, sebagai bagian dari kisah cintaku yang goblok dan tolol.
"eh, maap mbah, ga sengaja, hahahahaha,", kata Raka, lalu tertawa terbahak- bahak. Aku tau dia sengaja tadi.
"ga segaja ya??? Hmmmm....", kataku sambil ku pukul kepalanya dengan penggaris yang ada di depanku.
"serius Ka!!! Awas aja kalau rahasia itu sampai bocor kemana- mana, habis kamu!!", kataku padanya lagi, kali ini serius.
"siap siap mbah, tenang.", hiburnya.
"lagian, salah sendiri milih gebetan yang udah ada sertifikat hak milik, hahahahaha", dia ketawa lagi, kali ini lebih keras, "cari itu yang halal !! hehehe,"
Oke, sebelum kalian tambah bingung karena Caca, sekarang akan kuceritakan terlebih dulu tentang aku dan Caca, tapi janji, jangan tertawa dan jangan mengejek ku!! Janji?? Oke makasih!!
nly%3B+%=i
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You -- Nilam, hanya Nilam
Romancehai, aku Fauzi, dan aku sudah mandi, hehe jadi ini adalah sebuah kisah, dimana aku sebagai pemeran utamanya, yaa, begitulah, ini adalah kisahku dulu, kisahku pada masa SMA, bagaimana aku merasakan cinta, bagaimana aku merasakan penyesala...