- Lampu Hijau -

108 9 0
                                    



Pagi itu, aku tengah di perjalanan menuju sekolah, menaiki motor matic bersejarahku itu. Jarak rumahku ke sekolah sekitar 15 km, membutuhkan waktu sekitar 20 menit kurasa,

Sepanjang perjalanan, aku memikirkan tentang Nilam, tentang hubunganku dengan Nilam,

Kurasakan hubunganku dengan Nilam semakin dekat, entah hanya perasaanku saja, atau memang itu faktanya. Aku hanya tidak ingin terlalu berharap dan bangga, mencoba biasa saja, adalah jalan yang terbaik.

Bukan karna aku takut patah hati,

Kalian harus tau, saat aku sudah memutuskan untuk jatuh cinta, maka aku juga sudah mempersiapkan diri untuk patah hati. Patah hati adalah hal biasa, tapi jangan sampai terbiasa, hehe.

Bagiku, tak ada seorangpun yang bisa menyakiti hatiku, serius. Jadi, aku tak perlu takut, hehe, masih ada sahabat- sahabatku yang selalu ada, jadi apa yang harus ditakutkan.

Aku mulai memikirkan kata- kata Raka tentang Lampu Hijau, aku mulai risih dengan kata itu.

" Arrrggghh, ungkapin, jangan???!! ",

Itu yang selalu aku katakan di sepanjang jalan. Kadang dengan sedikit berteriak.

Saat itu, aku bingung, harus bagaimana menyikapi Lampu Hijau, itu.

" Ah, bodo' , pikir nanti lah!! "

Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku, jika aku sudah merasa terpojok dan tak memiliki jalan keluar. Hehe

Sesampainya di sekolah, langsung ku parkirkan motorku. Ku gantungkan helm ku, di motor, lalu segera berlari menuju kelas. Berlari sambil merapikan bajuku, hehe. Aku berlari, bukan karna telat, tapi untuk segera bertemu si Raka, konsultan ku, ehehe.

Sesampainya di kelas, aku lega, Raka sudah di sana.

" Ka !!, woii!! ", kusapa sahabatku itu, yang sedang duduk sendiri di kursi belakang.

" Hmmmm,?? ", jawabnya malas.

" Kenapa si?? Lemes gitu?? ", tanyaku padanya.

" R ", jawabnya singkat, tanpa menatapku sedikitpun,

" R ??? ", aku berfikir sejenak,

" R???....... Rara?? ", aku menebak, dan Raka hanya mengangguk, sedikit, sedikit sekali.

" Rara kenapa?? ", tanyaku.

" target semakin jauh !! ", jawabnya singkat.

" Kok bisa?? ", tanyaku lagi,

" Ya bisa, dia itu unik, kayak udah tau semua trik cowok, ", jawabnya.

" Kereeen....", jawabku , " ......sama kayak si Nilam, hah..", tambahku.

Lalu, akhirnya kami ber dua hanya duduk melamun di kursi belakang kelas, melamunkan wanita yang kami sukai saat itu, melamunkan nasib percintaan kami.

Tapi harus kalian tau, aku sangat kagum pada Rara, kenapa??. Menurutku, Rara adalah satu- satunya wanita, yang bisa menggagalkan segala trik playboy milik Raka, keren, aku yakin Raka akan sulit untuk mendapatkan Rara, haha.

" Nilam gimana? ", tanya Raka,

" Biasa..", jawabku singkat,

" masih deket?? ", tanya Raka yang ikut- ikutan singkat,

" masih ", jawabku,

" udah nembak?? ", pertanyaan yang mengganggu sekali, hmm

" belum lah ", jawabku dengan sedikit malu dan grogi,

" udah bilang kalau suka sama Nilam?? ", tanya Raka lagi,

" beluuum Ka..... ", aku mulai bosan ditanyai seperti itu, karna Raka pasti mengejek ku, mengejek ketakukanku untuk mengatakan yang sebenarnya pada Nilam, haahhh..

" Bagus lah!! ", kata Raka

Aku terkejut, sangat terkejut. Tak biasanya Raka bilang kayak gitu, apa yang beda??

" Kok bagus?? Biasanya kamu yang nyuruh- nyuruh buruan nembak lah, ungkapin lah, sekarang kok beda??", tanya ku.

" ya bagus lah, dari pada nanti kamu yang sakit!! ", katanya.

" ??? ",

aku hanya memasang wajah bingung,

" tak kasih tau!! Ternyata, bukan cuma kamu yang deket sama Nilam! Banyak saingannya...", kata Raka,

" kata siapa??",

" kata Rara, kan satu kelas!! "

" emang siapa aja yang suka???", tanyaku,

"eh, banyak!!! Tau Agus kelas 11 itu?? ", tanya Raka,

" emm, 11 IPA itu?? Tau, tau.. dia juga suka?? "

Raka hanya diam, dengan wajah serius yang terpasang di wajahnya,

" tau Hanung?? ", tanya dia lagi,

" 11 IPS?? Juga suka?? " tanyaku,

" iya!! ", jawab Raka singkat,

" udah lah mbah, mundur aja, sebelum suka beneran,!! ", kata Raka.

Aku hanya diam, sebenarnya aku tak terlalu peduli, jika aku memiliki saingan yang banyak, aku tak peduli. Tapi entah kenapa, kata- kata Raka, bisa sampai di hati dan membuatku berfikir jutaan kali.

" Ahh, bodo'!!! pikir nanti lah Ka!! ", kataku sambil meninggalkan Raka di tempat duduknya.

Malam harinya, aku chatting dengan si Nilam, hanya basa- basi dan sedikit bercanda, kadang juga membahas organisasi, kadang membahas yang tak pasti,

Aku sangat suka, ketika aku sedang chatt dengan Nilam, rasanya lain, hehe,

Terkadang, salah satu dari kami sampai ketiduran,

Hahaha,

Dan,

Semakin hari, aku semakin nyaman dengan Nilam.

Mungkin aku suka Nilam,

Tapi, entah kenapa seperti belum cinta,

" mungkin belum terbiasa "

Aku menjawab sendiri,

Karna aku tau diriku sendiri,

Nilam itu cantik, baik, dan ramah, ga akan seorang Fauzi, tidak jatuh cinta pada Nilam, aku tau itu,

Yang kubutuhkan hanyalah waktu,

Sedikit waktu, agar terbiasa dengan Nilam,


Found You --  Nilam, hanya NilamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang