- Tesis (?) -

113 10 0
                                    


Saat ini seluruh anggota rohis kelas 11 dan 12 sudah berkumpul, semuanya sekitar 100 anak lebih, berkumpul jadi satu di masjid SMA. Masjid memang sudah menjadi markas utama kita, entah itu untuk rapat, tadarus, sholawatan, rebana, tilawah, nongkrong, baca buku, belajar, tidur, main catur, main kartu, ngerokok, eh...

Oke lanjut lagi,

Aku masih ingat ketua rohis saat itu bernama Alifi, M. Nur Alifi, dulu dia sekolah di Mts, jadi jangan ragukan pengetahuannya tentang agama, hehe. Sebagai seorang ketua, ia cukup bijaksana dan tegas, tapi, asal kalian tau, di balik sifatnya yang tegas dan bijak di depan anggota, dia memiliki berjuta sifat yang 180 drajat berbeda dari Alifi yang ku kenal saat memimpin rapat,

Emmm, seperti ini contohnya,

Kan pernah aku tidur di masjid, entah karna apa dulu, aku lupa, dan saat itu ada Alifi.

Jadi di masjid SMA itu ada satu keunikan yang mungkin belum ada di sekolah lain, di sana ada satu seksi bidang yang unik, yaitu ke takmiran, apa itu??\

Nah, jadi di masjid itu ada ruang takmirnya, tau kan takmir?? Iya betul, hehe.

Tugasnya takmir adalah menjaga, membersihkan dan memakmurkan masjid, jadi, takmir harus selalu ada penjaganya. 24 jam, dan saat itu ada 2 penjaga takmir.

Salah satunya ya Alifi itu.

Saat itu aku sedang tiduran di takmir, terus Alifi nyari- nyari buku di meja belajarnya,

"mau apa Fi...??", tanyaku.

"ha?? Oh, ini? Cari buku Fisika,", jawabnya sambil terus mencari bukunya,

"buat apa??", tanyaku lagi,

"ya buat belajar lah, hehe, baka ya roo!!", katanya, nah tadi itu salah satu sifat unik Alifi, sok- sok an jadi anime. Dia salah satu penyuka anime Jepang, tapi sayangnya, dia malah jadi kebawa anime di dunia nyata. Kadang ia merasa dirinya adalah Saitama, kadang juga Naruto, dan anime fantasi lain lah.

"tumben Fi belajar?? Ulangan??", tanyaku lagi.

"Yo I, ngehehehe,", jawabnya dengan tawa yang absurb, itu juga salah satu keunikannya, ketawa sendiri. Bayangin aja, ada kodok bunyi, dia ketawa, ada temen ngelawak garing, dia ketawa, ada temen curhat, dia ketawa, kita ga lagi apa- apa pun, dia tiba- tiba ketawa sendiri. Coba deh kalian kenal Alifi, kalian pasti akan berpikir,

"ada yaa?? Orang kayak gini???"

Setelah Alifi keluar untuk belajar, aku melanjutkan tidurku di takmir. Kira- kira aku tidur hanya 10- 15 menit, lalu aku keluar untuk cari udara segar.

Dan coba tebak apa yang kulihat...

Aku lihat Alifi yang katanya mau belajar, lagi tidur, bukan tidurnya yang jadi masalah, tapi posisi nya, haha, dia masih posisi duduk bersila, badan nya membungkuk, kepala di atas buku yang di taruh di bantal, hahaha, mungkin ia berfikir, kalau dia tidur di atas buku, maka semua materi buku bakal masuk ke kepala dia, hahaha.

Yaa, itulah ketua rohis kami, selalu bisa membuat kami heran, selalu membuat kami tertawa hebat.

Oke lanjut saat rapat,

Setelah Alifi membuka rapat dengan do'a, ia langsung melanjutkan ke inti nya,

"ya, oke, langsung aja yaa, jadi nanti ketua Tesis nya si Iwan,", kata Alifi yang langsung tunjuk ketua acara, kulihat wajah Iwan kaget bukan main, ga tau apa- apa langsung jadi ketua, haha,

"jadi nanti, rapat ini akan di pimpin langsung oleh Iwan, silahkan Iwan,", kata Alifi, sekaligus melemparkan kesempatan pada Iwan untuk bicara.

"oke terimakasih mas Alifi, tapi ini mau ada acara apa ya?? hehe", tanya Iwan dengan polosnya.

"loh, belum tak kasih tau??", tanya Alifi sedikit kaget,

"Beluuuuummm....", serempak seluruh anggota menjawab pertanyaan Alifi barusan,

"wahh, maaf maaf, lupa, hehehe..", katanya, "jadi rapat hari akan membahas tentang acara kita sebentar lagi, yaitu acara Tesis, atau Temu Siswa Muslim Sekolah, karna ini adalah acara rutin kita tiap tahun,", jelas Alifi,

Baru setelah Alifi menjelaskan, semua anggota mengerti maksud dari rapat itu, semua anggota, kecuali aku. Bagaimana tidak?? Aku adalah anggota baru, merasakan yang dinamakan Tesis pun tak pernah, apalagi membuatnya??

Tapi aku tak mau ambil pusing, aku jalani saja sebisaku.

Dan akhirnya sampai juga, di hari di mana Tesis diselenggarakan. Seluruh siswa muslim kelas 10, atau siswa baru, datang berbondong- bondong mengikuti tesis.

Mereka semua berpakaian rapi, siswa muslim terlihat rapi dengan baju koko maupun kemejanya, dan sisiwi muslimah terlihat cantik dengan Hijab mereka.

Dan yang pasti, aku mencari Nilam,

Ku harap ia datang, kuharap ia mau ikut Tesis, kuharap kali ini kami bisa resmi berkenalan, hehe.

Tesis di mulai, dan aku di tunjuk sebagai pembawa acara saat itu,

Kesempatan, kesempatan untuk sekalian kenalan,

Kutunggu waktu yang pas, momen yang pas,

Lalu tiba saat ice breaking, kami membuat game kesil di sana, bertujuan untuk mencairkan suasana saat itu,

Semua peserta terhibur, lalu tiba saat di mana aku harus menunjuk seorng peserta maju ke depan, untuk bermain bersama kami,

Aku mencari Nilam, ku lihat di penjuru bangku,

Dan akhirnya aku menemukannya, duduk di kursi barat, di tengah- tengah pesrta, mengenakan kerudung berwarna... berwarna... hadee, lupa, aku lupa, hehe. Nilam, kamu dulu pakai kerudung apa?? Kalau inget, comment yaa?? Hehe.

Aku berjalan mendekatinya,

"oke, sekarang saya mau tunjuk satu orang buat main ke depan,", kataku.

"cewek yaa?? Masak daritadi cowok terus, emansipasi katanya??", tambahku.

"yak, kamu dek,!!", kataku sambil menunjuk kea rah Nilam,

Tapi, Nilam hanya menggelengkan kepalanya, wajahnya merah, kulihat dia mengeluarkan ekspresi ketakutan, dan teman- temannya hanya tertawa, aku juga.

Aku tertawa melihat ekspresinya, aku tertawa melihat wajahnya yang berubah merah seketika,

Oke, mungkin aku tidak bisa mengajaknya berkenalan saat itu, tapi yang pasti aku sudah senang, untuk pertama kalinya aku mengajaknya bicara.

Satu hal yang pasti, dapat kupastikan ia sudah tau namaku dan siapa aku,

Jadi, apa gunanya kenalan, kalau kita sudah saling kenal, walaupun ga sengaja.

Aku pun kembali pada acara, sedikit gagal fokus, tapi dapat ku atasi.

Aku semakin yakin saat itu, bahwa Nilam memang sebuah kertas polos, kertas polos yang menunggu untuk di tuliskan puisi indah, dan kisah- kisah yang bahagia.

"aku bukan peramal, tapi aku ingin meramal,Hai kertas polos !! aku meramalmu, aku meramalmu, dan aku lihat, kamu akan jadi pacarku, dan aku yang akan menulis puisi dan kisah bahagia padamu, itu ramalanku."

Entah apa yang akan dikatakan teman- temanku saat itu, jika mengetahui aku menyukai seorang siswi baru. Tapi, apa peduliku,

Menjadi pacarmu, adalah prioritasku saat itu,


Found You --  Nilam, hanya NilamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang