• 1 . Balloon

532 42 22
                                    

Vera berlari begitu cepat ketika ditemukannya seorang tukang balon keliling yang menggunakan sepeda. Tukang balon itu sudah lanjut usia mungkin pendengarannya sudah kurang. Vera sudah berteriak sekencang mungkin tetapi tidak ada respon dari sang tukang balon.

Karena lelah Vera memutuskan untuk tidak mengejar sang tukang balon tetapi karena sang dewi penyelamat tengah berpihak pada Vera entah mengapa tiba-tiba sang tukang balon memberentikan sepedanya.

"Pak, astaga saya panggilin dari tadi." Vera berjalan mendekati sang tukang balon dan berbicara dengan ngos-ngosan.

"Si yadi manggil saya neng?" Dengan muka yang serius sang tukang balon bertanya kepada Vera.

"Eh gila budeg beneran." Omong Vera seorang diri

"BANG INI BALON SAYA BORONG SEMUANYA." Vera setengah teriak dan langsung ke tujuannya karena tidak mau melayani omongan tukang balon yang tidak akan mungkin selesai.

"Woi, enak aja lo." Sahut seseorang yang suaranya begitu berat

Sontak Vera menengok ke arah sumber suara.

"Pak ini saya borong semuanya." Tiba-tiba cowo itu mengeluarkan dompetnya dan mengambil selembar uang berwarna biru.

"Masnya mau beli sorong?" Sahut sang tukang balon.

"Lah kenapa dah ini orang?" Umpat si cowo

"SAYA BORONG INI SEMUANYA PAK, SAYA BAYAR DUA KALI LIPAT!" Vera berteriak dengan keras tanpa meperdulikan si cowo tadi.

"Eh gila lo ya? kaya ngomong sama orang budeg aja." Sahut si cowo karena merasa telinganya panas.

"Emang abangnya budeg ngapa?" Sahut Vera sewot.

"BANG INI SAYA BAYAR BALONYA SEMUANYA TIGA KALI LIPAT" Teriak sang cowo kepada sang tukang balon.

"Yaudah nih dek, ambil, sebentar bapak copot dulu." Sahut sang tukang balon lembut.

Setelah balon itu semuanya diberikan kepada si cowo kemudian si cowo membayar dengan mengeluarkan satu lagi uang berwarna biru dan setelah itu dengan enaknya si cowo meniggalkan Vera yang sudah bersusah payah mengejar sang tukang balon.

Berjalan dengan langkah yang susah di samakan dengan langkah Vera membuat Vera sedikit berlari mengejar si cowo.

"Woi!" teriak Vera sambil mensejajarkan langkahnya.

Si cowo tetap tidak menghentikan langkahnya, ia tetap berjalan tanpa memperdulikan seseorang yang dari tadi mengejarnya.

Sampai pada tempat yang di tuju si cowo berhenti dan duduk disebuah kursi taman berwarna putih dan disana ada seorang anak kecil berambut ikal yang menggunakan baju berwarna pink pastel lengkap dengan pita berwarna pink yang dipadukan dengan hitam.

Vera yang tadi mengejar kini langkahnya terhenti dan mematung ditempat karena melihat si cowo tadi memberikan balon sebanyak itu kepada seorang anak kecil, kini jarak antara Vera dan mereka hanya sekitar tiga meter.

"Kak Vero?" Suara anak kecil itu terdengar ketika ia mendapatkan Vero sudah ada disampingnya.

"Ini, kamu tadi mau ini kan?" Ledek Vero dengan lembut.

"Kakak kok beneran beliin aku balon sebanyak ini, kan percuma juga kak, janjiku gak akan bisa aku tepatin." jawab si anak kecil.

"Aca, Aca gak boleh ngomong gitu, kakak yakin kok Aca pasti bisa sembuh." Sahut Vero menahan tangisnya.

"Tapi kak, Aca gak bisa janji sama kak Vero." Sahut si anak kecil yang kira-kira umurnya sekitar delapan tahun.

"Percaya sama kakak, Aca harus banyak berdoa." jawab Vero sambil mengusap rambut anak kecil tersebut  lembut.

Dari jarak tiga meter Vera menyaksikan kejadian yang benar-benar membuat Vera menangis mendengarnya,Vera tidak mengerti apa pokok dari masalah anak kecil yang di panggil Aca itu tetapi Vera sangat tau apa maksud dari percakapan meraka berdua.

***

Pagi-pagi sekali Vera sudah berada di dalam kelas dan sedang menikmati novel milik Tere Liye, setelah memberikan catatan biologinya kepada Sarah ia langsung mengambil novel kesayanganya dari laci mejanya.

Hari ini jam pertama adalah pelajaran biologi yang akan di ajarkan oleh Bu Tika,guru yang amat sangat cantik dan sabar adalah guru favorit Vera,Bu Tika adalah motivasi untuk Vera.

Sedang serius membaca novel tiba-tiba Vera terbayang dengan kejadian kemarin sore saat ia bertemu dengan laki-laki yang sangat menyebalkan tetapi berhati baik.

"Sar." Vera memanggil nama Sarah sambil menutup novelnya.

"Hhmm?" Sarah menjawab tetapi berfokus pada catatannya.

"Gue mau cerita nih."

"Bentar satu baris lagi" setelah selesai menyelesaikan catatanya Sarah memberi aba-aba kepada sahabatnya untuk silahkan bercerita.

"Gue kan kemarin beli balon, gue udah susah payah ngejar tuh tukang balon, mana tukang balonya budeg parah, terus masa tiba-tiba ada cowo dateng langsung bayar gitu aja, kan kesel gue." Vera menceritakan semuanya dengan mimik wajah yang sangat amat kesal.

"Trus?trus?" Sahut Sarah penasaran.

"Tapi tuh cowo baik banget sumpah, dia rela-relain beli balon buat cewe--," Belum selesai Vera berbicara sudah di potong oleh Sarah.

"Yaiyalah orang buat cewenya ya rela lah dia, orang kalo udah cinta mau ngelakuin apaan aja, makanya istilah cinta itu buta masih kepake sampe sekarang." Sahut Sarah memotong omongan Vera.

"Ih bukan cewenya, orang itu anak kecil."

"Oooohhhh." Sahut Sarah malu.

Obrolan mereka terhenti ketika segerombolan anak paling gila dikelas datang. Mereka mendapat julukan segerombolan anak paling gila karena biang rusuh, suka bikin onar.

Segerombolan anak gila julukan yang lucu dan aneh,adalah julukan dari Reni yang spontan pada waktu itu mengeluarkan kata-kata kurang lebih seperti ini "dasar anak gila" dan akhirnya kata anak gila itu digunakan sampai sekarang dan melegendaris di sekitaran kelas Vera.

Tak lama sang ketua kelas datang dengan setumpuk kertas tebal yang kemungkinan itu adalah kertas tugas latihan dari Bu Tika, biasanya jika meberikan tugas latihan Bu Tika tidak masuk kelas karena alasana tertentu.

"Zara, tolong bagiin kebelakang." kemudian Fikri berjalan ke meja satu lagi dan seterusnya untuk membagikan kertas tersebut.

"Fik, Bu Tika kemana?" Tanya Dani salah satu dari gerombolan anak gila atau lebih tepatnya ketua membuat kerusuhan dan keonaran .

"Bu Tika ada acara, lo semha di kasih tugas untuk ngerjain ini, nanti di kumpulin." jawab Fikri tegas tetapi khas anak SMA.

"O aja ya kan." sahut Tiyo salah satu anggota dari Dani.

"Gila lo ya?" Sahut Derin.

"Nyambung aja lu ya kan." Sahut Tiyo kembali.

Tiyo sangat suka menirukan gaya Young Lex sampe-sampe guru bahasa pernah ia kasih rep asal-asalnya yang akhirnya membuat Tiyo harus berdiri di lapangan sampai istirahat.

"Wah gila beneran nih orang." Sahut Sintya.

Karena salah satu teman Tiyo tidak ingin melihat peraduan mulut antara Tiyo dengan kaum hawa akhirnya ia menarik pundak Tiyo untuk duduk kembali.

Lanjut?....

Vero & VeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang