Sudah empat minggu terakhir sejak Vera jalan bersama Vero, Vero terus bersikap manis, entah apa yang Vero maksud dengan perlakuannya kali ini kepada Vera, nyatanya sudah tiga kali dalam seminggu ini Vera terus kedapatan menemukan Vero sedang berdua bersama Okta, bukan sekadar berbincang namun dalam tiga kali pertemuan yang Vera lihat, Okta selalu meletakan kepalanya di atas pundak Vero, sebaliknya Vero pun mengelus lembut rambut Okta.
Pertama, Vera melihat Vero sedang bersama Okta di depan halte sekolah SMA Harapan, letaknya dekat dengan komplek rumah Vera.
Kedua, Vera melihat Vero sedang bersama Okta di dalam Cafe Java, letaknya di dekat kampus Daffa.
Ketiga, Vera melihat Vero sedang bersama Okta di samping Toko Coklat, letaknya di dekat rumah Sarah.
Bukan masalah bagi Vera jika keduanya menjalin hubungan, toh Vera bukan siapa-siapa Vero. Vera juga masih belum berniat untuk membuka hatinya kembali. Sejak kejadian 25 Juni 2015 Vera memutuskan menutup hatinya entah untuk siapapun itu, hatinya telah hancur, setelah kemanisan di balas dengan kepahitan Vera sudah tidak lagi percaya dengan cinta sejati. Hatinya telah mati dan mungkin akan dilahirkan kembali oleh seseorang yang baru ,namun terlalu pahit jika harus dimatikan kembali oleh seseorang yang terlihat manis.
Di depan gerbang sekolah Vera sedang menunggu ojek online, sudah lima belas menit namun tidak kunjung datang dan tidak ada konfirmasi apapun. Lelah menunggu dengan berdiri, gadis itu memutuskan untuk duduk di atas bangku tua yang terdapat di depan sekolahnya.
"Ra," Vera menoleh dengan suara seseorang yang ia kenali. "Balik bareng gue, batalin pesanan lo." Kata Vero langsung mengulurkan helm berwarna hijau kepada Vera.
Vera merasakan Dejavu, entah kenapa kejadian yang sama terulang dua kali, tapi kali ini laki-laki itu langsung ke point tidak bertanya seperti dahulu. Vera buru-buru membatalkan pesanannya dan meraih helm yang berada di tangan Vero. Setelah gadis itu sudah naik dengan sempurna kemudian yang berperan sebagai pengemudi belum menyalakan mesin motornya.
"Kalo belum bisa kasih kunci hati ke gue, gue tunggu tapi jangan terlalu lama, setiap manusia punya titik kejenuhan." Kata Vero dengan tiba-tiba dan berhasil membuat Vera diam seribu bahasa.
Vero menyalakan mesin motornya kemudian melajukan motornya dengan santai, jika yang diatasnya terasa motor itu berlaju santai berbeda dengan yanga melihatnya, karena suara kenalpotnya yang khas, motor itu terlihat tidak santai berlaju.
***
Semenjak kejadian yang terus berlangsung, ada yang di sengaja ada juga yang tidak di sengaja, ada beberapa hal yang ingin di ceritakan ada juga yang ingin di sembunyikan. Gadis berambut hitam legam yang sekarang rambutnya sedang diikat oleh karet berwarna putih, matanya menatap kearah jalanan melalui jendela kamar, pandangannya lurus seolah matanya tidak bisa lagi ia kendalikan.
Tidak ada apapun di luar sana , hanya saja beberapa pohon yang daunnya bergoyangan akibat hembusan angin malam yang begitu sejuk. Setiap kali posisi Vera seperti ini kejadian yang dulu terus berputar di dalam pikirannya. Setiap kali memori yang dulu terulang air matanya harus jatuh dengan sia-sia.
Ketukan pintu membuat Vera harus menghapus air matanya dengan segera.
"Ver, ini gue Sarah." Kata seseorang yang tubuhnya masih berada di balik pintu.
"Masuk." Jawab sang pemilik kamar.
Pintu kamar Vera terbuka, terdengar suara rengekan dari kayu yang bergesekan. Sarah menampilkan tubuhnya tegak berdiri ketika ia sudah sempurna menutup pintunya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vero & Vera
Teen Fiction- Hal yang paling bahagia adalah ketika saya menjadi seseorang yang bisa membuatmu tertawa lepas tanpa ada beban - Vero Fariz Pratama - aku akan menunggu saat itu dimana kamu dan aku menjadi kita tanpa ada kata dia - Vera Khanza Wijaya