a.k.a

274 60 11
                                    

The vow from the real - Part 4

Bagi Tiffany hanya sekali dalam seumur hidupnya, dia pernah berkhayal sebagai seorang puteri dari kerajaan, dan itu sudah terjadi sangat lama ketika dia berusia tujuh tahun. Namun sekarang, dia tidak pernah berfikir akan mengulang khayalanya dalam sebuah peran nyata. Seseorang yang ia kenal sebagai bosnya di cafe, ternyata adalah salah satu orang penting di Bluesky castle.

Dia tahu mengenai gedung megah yang terletak di tengah kota ini, dia juga tahu itu adalah tempat tinggal para bangsawan kerajaan. Tapi dirinya tak pernah menyangka jika dia diminta tinggal disana dan berperan sebagai puteri yang bangun dari koma.

"Hanya sampai tahta itu benar-benar turun pada puteri" Jelas Siwan serius.

Tiffany masih diam, merasa tidak percaya dengan pertemuan ini. Dia diminta untuk setuju menjadi sang puteri dari Bluesky hingga upacara pemberian tahta?

"Jadi  dia dan aku memiliki wajah yang sama? Makanya pada hari dimana kita bertemu kau salah mengenali kami?" Tanya Tiffany.

Siwan mengangguk membenarkan.

"Bagaimana jika orang-orang mengenaliku? Kuyakin wajah kami tidak sepersis itu"

"Ini buktinya"

Siwan menyodorkan ponselnya pada Tiffany, dan sontak saja tatapan Tiffany membulat sempurna. Sungguh, ini adalah keajaiban yang dia tidak duga. Wajahnya dan wajah sang puteri benar-benar terlihat sama, bahkan hampir sempurna jika saja  Tiffany juga memakai poni seperti Minyoung.

"Dia Hwang Minyoung?" Tanya Tiffany ragu.

"Aku tidak pernah tahu bagaimana bisa wajah kalian begitu sama, bahkan dalam silsilah Bluesky puteri tidak memiliki saudara kembar. Jadi mungkin, kau adalah wanita yang beruntung"

"Tapi terkadang aku tidak seberuntung itu" sela Tiffany lirih sembari menunduk untuk menatap kembali foto Minyoung.

Siwan yang juga menundukan kepalanya, lalu mendongak menatap Tiffany yang masih terlihat berfikir untuk hal ini. Tapi Siwan tidak memiliki banyak waktu lagi.

"Kumohon bantulah aku, atau setidaknya bantulah wanita yang tidak beruntung itu"

Tiffany mendongak dan berkata "Tidak adakah waktu untukku memikirkan keputusan ini?"

Dan dengan menyesal Siwan hanya menggeleng. Perjanjian ini, harus segera diselesaikan sekarang.

.
.

Sudah lewat dari seminggu setelah pertemuanya dengan Im Siwan, dan sekarang dia harus berkemas. Ayahnya memeperhatikanya yang tengah sibuk dengan beberapa baju dan koper yang akan dia bawa.

Ya, Tiffany memilih setuju untuk perjanjian itu, dia bahkan harus merelakan beberapa bulan ini tidak bertemu dengan ayahnya. Kebohongan tentang kepergianya pun harus dikatakan, dia meminta izin akan pergi ke Itaewon untuk bekerja.

Dengan berat hati, ayahnya merelakan Tiffany pergi.

Siwan menelfonya pagi-pagi sekali, dia meminta Tiffany untuk menaiki taxi yang memang sudah dipesan khusus untuk mengantar kepergian Tiffany. Siwan beralasan jika supir taxi itupun bukan supir taxi sesungguhnya melainkan orang suruhanya yang diminta untuk mengawal Tiffany.

Dengan mengehela nafasnya pelan, Tiffany duduk dengan tenang selama perjalanan menuju Bluesky. Padanganya hanya tertuju pada beberapa pohon-pohon dan beberapa objek yang dia lihat dari kaca jendela mobil.

Saat taxi berhenti di lampu merah, dia melihat sebuah papan iklan besar tentang upacara penurunan tahta pada puteri raja, yang akan terjadi tiga bulan lagi. Dia menarik pandanganya dan kembali menatap pengawal yang membawanya.

Princess Hwang Where stories live. Discover now