Identity

214 45 6
                                    

Almost - Part 13

Siwan berjalan mendekati kamar Tiffany, sore ini dia berencana untuk mengajak wanita itu pergi bersama. Kali ini, hanya akan ada dia dan Tiffany. Tidak ada supir,pengawal, dan terutama Pangeran Choi.

Dengan yakin Siwan memasuki kamar Tiffany, dia sudah terbiasa memasuki kamar ini. Bahkan sebelum Tiffany menempatinya, kamar Minyoung selalu menjadi tempat dimana Siwan menghabiskan waktu untuk sekedar berbincang dengan puteri.

"Ada apa?"

Dia tahu, Tiffany masih merasa kesal padanya.

"Aku ingin mengajakmu makan malam hari ini" Siwan tidak suka berbasa-basi, sebab itu banyak wanita yang suka dengan sikap tenang dan dinginnya.

Tiffany belum menjawab, dia bahkan terlalu asyik menata beberapa hadiah yang ia terima dari beberapa kolega Bluesky tadi pagi. Hadiah ini semua melambangkan ucapan selamat atas kembalinya puteri ke Bluesky Castle.

"Tiffany. .

"Aku sibuk" Siwan diam, bahkan masih berharap itu bukanlah jawaban milik Tiffany.

Di acuhkan, iya pria itu di acuhkan sedemikian jahatnya oleh Tiffany. Meski dengan tegasnya Siwan sudah berkata bahwa pria itu mencintainya,tetap saja Tiffany tidak bisa. Bukan tidak bisa mempercayainya, Tiffany tidak bisa bersama Siwan. Karena Tiffany yakin, Minyoung juga membutuhkan Siwan.

Jika sudah begitu, akan sulit bagi Siwan untuk berada disisinya. Dan juga Tiffany tidak bisa egois.

"Aku akan menjemputmu jam 7"  Siwan menolak jawaban Tiffany, dan untuk itu dia memaksa.

Saat Siwan akan keluar dari kamar Tiffany, tiba-tiba saja langkahnya berhenti dan melihat Tiffany sudah jatuh tersungkur ke lantai. Siwan panik, dia mendekati Tiffany bahkan menepuk pipi wanita itu untuk segera bangun.

"Fany-ah, sadarlah..Tiffany"

.
.

Minyoung membantu mempersiapkan makan siang hari ini, Hwang sik tidak bekerja di pagi hari. Tapi dia bekerja di malam hari sebagai penjual makanan ringan di kedai miliknya. Kedai itu hanya buka pada malam hari, dan Minyoung sebisa mungkin mencoba untuk membantu Hwang Sik.

"Ini, makanlah yang banyak. Kau terlihat kurus sekali setelah keluar dari rumah sakit"

Minyoung tersenyum, dan juga memberikan sepotong lauk untuk Hwang Sik juga. Menyenangkan itu fikirnya, karena bisa makan bersama dengan seorang ayah adalah harapan Minyoung sejak dulu. Setelah ayahnya dan ibunya tiada, hanya ada Siwan dan Paman Im yang ada disisinya.

Teringat dengan paman Im, dia belum pernah melihat pria paruh baya itu sampai saat ini.

"Apa makanannya tidak enak?" Tanya Hwang Sik yang melihat Minyoung melamun.

Minyoung tersadar dan berkata "Tidak ayah, ini enak. Aku bahkan juga merindukan kehangatan ini"

"Pulanglah dengan segera, jangan terlalu malam untuk bekerja" Nasihat Hwang Sik.

Minyoung mengangguk paham, dia hanya akan bekerja paruh waktu saat ini. Ya, Minyoung tidak mungkin selamanya bergantung pada Hwang Sik, dia juga butuh biaya untuk hidup. Dengan begitu maka dia harus bekerja, tidak peduli itu hanya paruh waktu asalkan pekerjaan itu bisa menghasilkan uang, kenapa tidak.

"Tenang saja ayah, diwaktu sore saat ayah pergi aku sudah berada di rumah"

.
.

Tiffany tersadar dari pingsanya. Matanya mengerjap perlahan memperhatikan kesekeliling ruangan, dan dia bernafas lega karena masih berada di kamarnya sendiri. Tapi tunggu, terakhir kali dia merasakan dinginya lantai marmer, dan mengapa sekarang dia di atas ranjang?.

Princess Hwang Where stories live. Discover now