Skinship

317 46 9
                                    

miss you - Part 6

Tiffany baru bangun dari tidurnya, dia merasa kelelahan setalah hampir seharian belajar untuk bersikap layaknya seorang puteri. Matanya mengerjap untuk mengatur pencahayaan yang masuk kedalam matanya, namun setelah dia benar-benar sadar. Dia melihat Im Siwan dengan sengaja membuka lebih lebar lagi tirai yang memang menutupi kaca bening besar yang memang langsung tertuju untuk melihat matahari terbit.

"Cepatlah mandi"

Tiffany memberengut mendengar perkataan datar milik Siwan, dia benar-benar bagaikan boneka hidup di Bluesky.

Tanpa ingin mendengar ocehan Siwan yang datar itu, Tiffany memilih bergegas menuju kamar mandi bersama jubah mandi yang memang sudah tersedia didekat ranjangnya. Masih teringat jelas di ingatan Tiffany, bagaimana mahalnya jubah mandi yang akan ia kenakan ini, bahkan proses pembuatanya memakan waktu hingga seminggu, karena ini ditenun sendiri oleh seorang designer terkenal.

Menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit untuk menyegarkan dirinya, kini Tiffany duduk diam seraya memakan sarapanya dihadapan Siwan. Dia.memandangi pria itu sesekali sambil mencibir kesal.

"Kau akan tersedak" Tiffany terkejut, melihat Siwan yang sudah memperhatikan tingkahnya.

Namun bukanya menjawab, Tiffany hanya diam sembari melanjutkan sarapanya. Jika dia membalas ucapan Siwan, maka obrolan mereka hanya akan membahas tentang peran Tiffany disini, dan dia merasa hidupnya begitu memuakan.

"Kita harus pergi setelah ini" Mendengar kata pergi, Tiffany menatap Siwan dengan binar.

"Kemana? Kerumah sakit?"

Siwan mengernyit, dan berkata "Untuk apa ke rumah sakit?"

"Kau bertemu dengan Minyoung, dan aku bertemu dengan ayahku"

"Jangan gila. Kau mau semua rencana ini berantakan?"

Tiffany mengubah raut wajahnya ketika melihat Siwan hampit meledak dengan emosinya. Dia terdiam, tapi tangannya menyudahi aktivitas sarapanya. Tiffany beranjak meninggalkan Siwan, sungguh saat ini dia sangat merindukan ayahnnya.

Hanya ada satu tempat yang bisa menenangkan kesedihan Tiffany, yaitu Balkon ruang tengah Bluesky yang menyuguhkan pemandangan orang-orang tengah berkebun. Pertama kalinya saat Tiffany menyadari tempat ini, dia begitu terpana pada hamparan bunga-bunga dan air mandur besar yang ada ditengah-tengah taman botani milik Bluesky.

Airmatanya lolos seketika, entah mengapa saat ini dia lebih memilih menyesal telah menyetujui perjanjian menakutkan itu. Tapi semua ini dia lakukan karena Siwan menjanjikan berbagai hal untuk dia dan ayahnya, dan semua itu terasa menggiurkan.

"Hanya tiga bulan, maka kau bisa bebas dari sangkar ini setelahnya" Siwan berkata dari balik tubuhnya. Namun Tiffany tidak bisa menyembunyikan isakannya, tidak. Dia tidak bisa berhenti menangis.

Siwan membalikan tubuh Tiffany dan mencoba mendekap tubuh wanita itu dengan lembut. Sungguh selama melihat Tiffany menangis dia ingin sekali melakukan ini, tapi Siwan terpakasa menjadi dingin padanya, hanya karena ingin Tiffany bisa mengatasi masalahnya sendiri di Bluesky.

"Aku merindukan ayahku"

.
.

Siwan menepati janjinya. Janji untuk mengantarkan Tiffany melihat ayahnya, meski hanya dari jauh tapi dia cukup bersyukur bahwa perjanjian itu memang benar-benar menguntungkan bagi ayahnya.

"Aku meminta beberapa orang untuk memberinya hadiah" Ucap Siwan.

Tiffany menoleh menanti Siwan kembali berkata "Aku tahu ayahmu sangat percaya pada keberuntungan undian, maka dari itu semua yang di inginkanya aku penuhi dengan cara seperti itu"

Princess Hwang Where stories live. Discover now