Two Weaks

232 46 7
                                    

Save Me – Part 15

Minyoung merasa panik dengan situasinya saat tiba-tiba pria yang dia kenal itu memanggilnya dengan lirih, hal yang dia fikirkan saat kesadarannya kembali adalah dia harus pergi dari hadapan Oh Sehun secepat mungkin, karena bukan situasi ini yang Minyoung mau saat bertemu dengan pria yang pernah ia cintai ini. Dia tidak ingin menemuinya disaat Minyoung sedang panik dengan penyamarannya.

Ketika sang manajer bertanya akan alasan Minyoung ingin segera pulang, pria itu terdiam melihat kepergian Minyoung dari pintu dapur. Sementara Sehun yang mencoba menemui Minyoung terpaksa dicegah oleh beberapa pelayan, karena jika bukan pekerja café tersebut dilarang untuk masuk ke area dapur.

"Sudah kukatakan, jika aku ingin menemui kekasihku. Menyingkirlah!" Teguran tegas Sehun tidak diindahkan, dan akhirnya pria itu hanya mendesah kesal karena ia tahu Minyoung kembali berhasil menghindarinya.

"Kalian" Kali ini kemarahan Sehun terarah pada dua pekerja pria yang berdiri dihadapannya.

Disaat ingin kembali memaki, Sehun melihat manajer yang membawa Minyoung menjauh dari hadapannya telah kembali, lalu pria itu menjelaskan jika Tiffany wanita yang Sehun maksud telah pergi, dia kembali berkata jika sepertinya wanita itu tidak ingin menemui Sehun.

Irene berjalan mendekati Sehun "Kemana dia pergi? Atau bisakah kau berikan alamatnya padaku?"

"Alamat siapa yang kau maksud?"

Sehun sadar jika Irene baru saja mendengar apa yang dikatakannya, tapi dia memilih diam dan meminta Irene untuk ikut pulang bersamannya.

"Apakah benar, Tiffany-Ssi  tidak ingin menemui pria itu, karena kecewa pada pacarnya yang selingkuh?" Salah seorang pegawai berkata, disaat dia melihat Sehun menggandeng tangan Irene seraya berjalan menuju pintu keluar café ini.


****

Sore Harinya. . . .

Tiffany dan Siwan memilih untuk kembali ke Seoul, mereka tiba di halaman depan Blue Castle dengan wajah semuringah. Setelah melalui perjalanan yang menyenangkan kali ini suasana hati Tiffany jauh lebih nyaman dan baik.

"Tuan Im Siwan, Ayah anda memanggil anda untuk keruangannya" Tiffany menatap balik Siwan yang berdiri disamping kanannya, wajahnya mempertanyakan sesuatu. Namun Siwan berkata "Kau istirahatlah, mungkin ayah ingin membahas tentang upacara pelantikanmu"

Tiffany tidak membantah ucapan pria itu, dia melanjutkan langkahnya menuju kamar utamanya. Sementara Siwan yang melihat Tiffany menjauh, hanya bisa menghela nafasnya lalu segera menuju keruangan milik Ayahnya.

Saat pertama kali memasuki ruangan yang berisikan banyak rak-rak buku sejarah ini, Siwan selalu hafal bau kertas lama yang dihasilkan dari buku-buku milik ayahnya. Aroma usang dari sebuah sejarah, namun tetap menenangkan.

"Apakah kau bersama Puteri lagi hari ini?"

Siwan mengangguk malas, lalu dengan sopan dia duduk dihadapan Ayahnya yang berdiri dibalik kursi bacanya.

"Siwan, sudah ayah katakan jika kau bukanlah orang yang tepat untuk bersamanya" Siwan tahu jika hal ini akan kembali dibahas."Ayah sudah memintamu untuk berhenti mengurusi urusan Puteri, lalu mengapa hari ini kau kembali mengajaknya keluar?"

"Ayah, itu adalah tugasku. Bukankah aku mendapatkan jabatan itu karena Ayah?"

"Tidak lagi, tidak disaat aku tahu jika kau menyukai seseorang yang tak seharusnya bersamamu. Ayah sudah katakan jika Puteri memiliki takdirnya bersama Pangeran Choi"

Princess Hwang Where stories live. Discover now