Hwang-Day

360 37 3
                                    


> Epilog <

Enam bulan kemudian. . . .

Tiffany bergegas pergi dari toko baju yang ia datangi, dengan membawa dua tas berisikan pesanan seseorang, dia terus berlari meski dia tahu jika saat ini dia tengah mengenakan sepatu yang tidak mendukung apa yang ia lakukan. Tapi sepertinya setelah terbiasa menjadi seorang puteri, sepatu higheel setinggi itu tidak membuatnya kerepotan.

Salah satu tangannya mencoba menyetop taksi yang sedang melintas dihadapannya, setelah mendapatkan tumpangannya Tiffany bergegas meminta pada supir untuk pergi ke salah satu hotel di daerah kota.

Dengan cepat ia merogoh saku tasnya dan mendapati jika masih ada beberapa puluh menit lagi, Tiffany yakin jika semuanya pasti akan berjalan dengan lancar.

"Ini, kembaliannya ambil saja" Setelah dua puluh menit berlalu, akhirnya Tiffany tiba ditempat tujuannya. Oishi Hotel.

"Dimana letak ballaroomnya?"

"Lantai delapan nona"

Dengan segera Tiffany berjalan masuk kedalam lift, dengan gelisah. Itu sangat terlihat dari dia yang mengigiti kuku jari-jarinya. Setelah bunyi pintu lift terbuka sederet orang telah menantinya. Bahkan beberapa orang itu sangat mengenalnya.

"Silahkan lewat sini"

Tiffany mengenalnya karena orang-orang itu telah banyak membantu Tiffany selama tinggal di Blue Castle. Dengan mengikuti langkah mereka Tiffany tiba disebuah ruangan dengan dekorasi bunga mawar putih dan juga merah muda.

"Akhirnya kau datang juga"

Hwang Minyoung tersenyum seraya mendekat ke arah Tiffany, keduanya bertemu dengan suasana penuh sukacita. Pernikahan Minyoung sudah didepan mata, dan Tiffany hadir sebagai salah satu pengiring pengantinnya.

"Kau membawa gaun yang telah kupesankan?"

Tiffany mengangguk dan mengeluarkan gaun selutut berwarna abu-abu itu. Minyoung kemudian mendorongnya untuk segera bergegas dan merapikan diri bersama beberapa stylist nya. Tiffany menurut dan mengikuti orang-orang yang diperintahkan Minyoung.

Sementara itu diruangan lain, terlihat jika Siwan tengah mempersiapkan dirinya. Dia mengancingkan kancing dipergelangan tangannya, tatapannya tertuju pada cermin besar yang menampilkan bayangan dirinya yang begitu memukau.

Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi dirinya, jadi dia harus berbusana sebaik mungkin.

"Waahhh sepertinya kau saingan yang berat?"

"Kau terlihat jauh lebih tampan, Pangeran Choi"

"Aku harap wanitaku tidak berpaling lagi padamu"

Siwan terdiam mendengar apa yang Siwon katakan "Aku hanya bercanda, mana mungkin wanitaku menjadi wanitamu, bukan?"

"Tentu saja, karena aku juga sudah menemukan pendamping yang tepat untukku'

Siwon mengangguk dan mengerti jika mereka memang benar-benar telah merelakan apa yang terjadi. Tidak mudah bagi Siwon untuk menaklukan wanitanya, butuh waktu, tenaga, lalu pengorbanan.

...

"Dimohon bersiap puteri, karena calon mempelai pria telah siap menuju altar pernikahan"

Minyoung menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghelanya perlahan, Tiffany juga berusaha meredakan kegugupan wanita itu. Untuk sesaat keduanya saling berpndangan dan memberikan dukungan satu sama lain.

"Aku harap kau lekas menyusul kebahagiaan yang sama sepertiku" Ucapan penuh ketulusan itu disambut hangat oleh Tiffany, meski keduanya pernah bertukar tempat. Tapi pada akhirnya takdir memang tidak bisa diingkari.

"Silahkan puteri, saatnya anda menuju altar"

Minyoung menghela nafasnya, lalu berjalan lebih dulu diikuti dengan Tiffany yang memegangi gaun pajang nan indah milik Minyoung. Semua tamu undangan juga sudah menunggu kehadiran sang mempelai wanita.

"Mempelai wanita datang"

Siwon dan Siwan berbalik melihat kearah pintu masuk aula pernikahan. Dia melihat Minyoung tersenyum dengan bahagia seraya berjalan dengan lamat menuju altar. Tiffany yang berada dibaliknya hanya mampu tersenyum ketika seseorang yang dikenalnya juga menatapnya.

Minyoung berjalan bersama kakak dari ayahnya, mereka berdua maju lebih jauh meninggalkan Tiffany yang turun dari ujung altar menuju tempat dimana seharusnya dia duduk. Dan dia memilih duduk disamping pria yang menawarkan kebahagiaan untuknya.

"Dia pasti akan bahagia bukan?" Tanya Tiffany pada pria disampingnya.

"Dia pasti bahagia, karena jika pria itu menyakitinya aku akan membunuhnya" Ucap pria itu dengan tegas.

Pendeta memberi arahan keduanya untuk membaca ucap janji suci pernikahan, Minyoung dan pria itu saling berhadapan. "Aku berjanji dihadapan tuhan sebagai mahluk ciptaannya, Aku Choi Siwon berjanji akan menjaga, mengasihi, dan mencintai Hwang Minyoung sebagai isteriku dan pendampingku seumur hidupku, hingga maut memisahkan"

Ya pria yang dinikahi Minyoung adalah Siwon dan yang duduk bersama Tiffan adalah Siwan. Enam bulan berlalu banyak hal yang terjadi, banyak takdir yang kembali pada tempatnya.

Disaat Minyoung mengucapkan janji suci pernikahannya untuk Siwon, dua orang yang mencintainya dan ia cintai saling menautkan tangan dan tersenyum bahagia melihat kebahagiaanya.

Irene dan Sehun . . .

Tidak ada yang tahu setelah kepergian Irene tiga bulan yang lalu. Pria itu merasa ada yang hilang setelahnya, terbiasa dengan adanya Irene melupakan kenyataan bahwa Sehun masih mencintai wanita itu.

Seluruh kota paris menjadi pembuktiannya, bahwa dimanapun satu hati bersembunyi maka hati yang lain akan menemukannya. Dimanapun Irene tinggal untuk menata hatinya, Sehun akan datang untuk menawarkan hati dan janji bahagia yang baru.

"Jadi, kau sudah siap menerima aku sebagai calon suamimu?" Tiffany melirik kearah Siwan yang tengah memandangnya dengan menunggu jawbannya.

Awalnya Tiffany sedikit ragu tentang sebuah pernikahan, namun setelah melihat betapa bahagianya hidup bersama seseorang yang kita cintai, Tiffany menjadi percaya bahwa kebahagiaan dan kesedihan adalah dua hal yang berjalan secara beriringan.

"Jika aku menolak, apakah kau akan menunggu?"

Siwan sedikit terkejut dengan jawaban Tiffany, dia merasa jika semuanya akan baik-baik saja dan Tiffany akan langsung menerima lamarannya.

"Kau tidak mungkin menolak"

Tiffany tersipu malu hingga merasa bahwa kedua pipinya bersemu merah saat ini, bagaimana bisa ia menolak jika yang ia inginkan adalah Siwan saat ini.

"I do" Bisik Tiffany.

Jika saja mereka sekarang sudah berada diluar, mungkin saat ini Siwan akan berteriak, memeluk dan menciumi wajah Tiffany yang terlihat sangat menggemaskan saat tersipu malu.

"Aku mencintaimu"

"Aku mencintaimu, hari ini, besok, dan seterusnya"

....

Princess Hwang Where stories live. Discover now