Berbeda dengan malam sebelumnya, di mana hujan turun dengan deras disertai kilatan dan gemuruh petir yang bersahutan, malam ini hanya keheningan dan dengungan hewan-hewan malam yang terdengar sayup. Angin malam pun bertiup tidak terlalu kencang. Bintang-bintang di langit tampak berkilauan menambah keindahan hamparan langit malam tanpa melenyapkan pesona rembulan.
Yuki menatap seluruh pemandangan itu dari balik jendela kamarnya. Ia melipat kedua lengannya di depan dada. Menarik napasnya pelan, ekor matanya kemudian melirik William yang sudah terbaring di atas ranjang seraya memejamkan matanya.
Untuk beberapa detik, Yuki memerhatikan semua itu dalam diam. Ia tahu lelaki itu belum tertidur dan hanya memejamkan matanya. Yuki lalu membuka mulutnya dan berniat untuk mengatakan sesuatu sebelum kembali menahan kata-katanya di ujung lidah.
Matanya kemudian kembali teralihkan pada hamparan langit malam. Meski demikian, mulutnya tetap terasa gatal, ia tidak bisa menahan sesuatu yang terus berputar di kepalanya.
“Putri Perdana Menteri itu....” kata Yuki pelan. Meski begitu, ia yakin William mampu mendengarnya. “Dia...cantik, ya?”
Hening beberapa saat.
Yuki kembali melirik lewat ekor matanya dan seketika mendapati William yang sudah duduk bersandar pada kepala ranjang.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Ti-tidak,” jawab Yuki. “Aku hanya berpikir, kalau sampai berniat menjodohkanmu dengan putrinya begitu, kurasa Perdana Menteri memang benar-benar menyukaimu.”
“Hhhh, itu hanya untuk kepentingan politik.”
Yuki mengernyit. Ia sontak memutar tubuhnya. “ Sir
William, bisakah kau berhenti berpikiran buruk seperti itu? Jelas-jelas Perdana Menteri bermaksud baik padamu.”William mengangkat sebelah alisnya. Ia kemudian turun dari ranjangnya lantas berjalan mendekati Yuki.
Tubuh gadis itu pun seketika berjengit waspada. “ S...Sir ?”
“Berbalik.”
“Apa?”
“Berbalik, kubilang.”
Yuki menelan ludahnya gugup. Ia kemudian mengikuti kata-kata William untuk berbalik dan sontak merasa terkejut ketika merasakan lengan-lengan besar William yang melingkari lehernya.
“ S...Sir ?”
“Stefan,” bisik William. “Panggil aku Stefan. Bukankah aku sudah pernah menyuruhmu?”
Yuki menggigit bibir bawahnya gelisah. Seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa panas dan kaku untuk digerakkan. Dirinya pun seolah lupa cara untuk bernapas. Jantungnya melompat-lompat mengerikan, seolah-olah bisa keluar kapan saja.
Padahal, ini bukan pertama kalinya William menyentuhnya atau memeluknya dengan cara seperti ini. Tapi entah kenapa, kali ini rasanya berbeda. Seperti ada sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya tiap kali William menyentuhnya atau bahkan hanya berbisik pelan di samping telinganya.
“Stefan....”
“Nah, itu terdengar lebih baik.”
William kemudian menempelkan ujung hidungnya pada leher jenjang milik Yuki. Menghirup sebanyak mungkin pasokan udara yang bisa didapatnya dari kulit lembut itu.
“Kau harum,” bisiknya. “Aku selalu suka harum tubuhmu.”
Yuki membeku. Darahnya benar-benar berdesir deras saat ini. Jantungnya seolah berperang dengan akal sehatnya yang terus-menerus mempertanyakan sikap William yang tiba-tiba memeluknya seperti sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/63416128-288-k212550.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain And The Darkness
Historical Fiction[ CERITA LENGKAP ] Rencana yang tadinya sudah ia susun rapi dan terencana, mulai buyar dan berantakan. Tak ada lagi kepingan yang berjalan sesuai dengan apa yang William rencanakan. Semuanya menjadi kacau dan tak terduga. Hanya karena gadis itu. Han...