Chapter 1

3.9K 219 12
                                    

Hiroshi Kato memeluk tubuh mungil adiknya semakin erat tatkala guncangan di kapal laut yang sedang mereka tumpangi lagi-lagi menghentak tubuh mereka. Di dalam dekapannya, ia bisa merasakan tubuh adiknya yang gemetar ketakutan.

Oniisan* ....”

“Tenanglah, Yuki. Aku di sini, aku bersamamu.” Hito mengelus-elus punggung sang adik. Berusaha memberinya ketenangan di tengah rasa gelisah yang menyelubungi keduanya.

“Ta...tapi aku takut, Niisan*.”

Hito lagi-lagi mempererat pelukannya pada Yuki. Situasi menegangkan seperti ini membuat kemampuan berpikirnya mendadak buntu. Ia tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan selain memeluk Yuki.

“Semua akan baik-baik saja. Percayalah. Semua akan baik-baik saja,” bisik Hito lirih tepat di samping telinga sang adik. Ia lagi-lagi bisa merasakan tangan-tangan mungil adiknya yang mencengkeram punggungnya semakin erat.

Semua akan baik-baik saja, Yuki. Aku janji.

Hiroshi Kato dan Yuki Kato. Kakak beradik yang dalam darahnya mengalir darah seorang panglima militer tertinggi Jepang asal Hiroshima, Takeshi Kato. Mereka berdua terpaut perbedaan usia sejauh dua tahun, di mana tahun ini, Hiroshi—yang biasa dipanggil Hito—berusia delapan belas tahun, sementara adiknya —Yuki—berusia enam belas tahun.

Hito dan Yuki adalah kakak beradik yang saling menyayangi. Mereka hidup dan dibesarkan dengan limpahan kasih sayang. Meskipun memiliki ayah seorang panglima militer yang berwatak keras dan disiplin, kelembutan dan rasa cinta yang besar dari sang ibunda berhasil membuat mereka tumbuh tanpa kekurangan kasih sayang sedikit pun.

Aihana Harumi. Ai yang berarti “cinta”, dan Hana yang berarti “bunga” . Bunga yang penuh cinta. Begitulah setidaknya ungkapan dari nama seorang wanita yang paling berpengaruh dalam kehidupan Hito dan Yuki. Nama yang ternyata telah menjadi sebuah doa dan terwujud dalam sosok ibu yang begitu berharga bagi mereka berdua.

Nama keluarga ibunya sendiri—Harumi— berarti Musim Semi. Bunga di musim semi yang penuh cinta. Bertambah indahlah nama malaikat yang Tuhan karuniakan itu.

Tumbuh dengan kasih sayang yang melimpah dari sang ibunda, membuat sepasang kakak beradik ini menuruni sifat lembut dan cinta damai yang dimiliki sang ibu.

Aihana selalu menitipkan pesan kepada kedua anaknya untuk selalu menyayangi sesama dan bersikap rendah hati. Berprasangka baik pada siapapun dan selalu memaafkan orang lain. Aihana tidak ingin sikap keras dan tegas suaminya menanamkan benih-benih sifat buruk pada kedua anaknya, itulah mengapa ia mencoba mengimbangi sifat suaminya itu dengan melimpahkan seluruh cinta dan kasih sayang yang dimilikinya untuk kedua buah hatinya.

Dan syukurlah, usaha Aihana tidak sia-sia. Hito dan Yuki tumbuh menjadi dua remaja yang penuh kelembutan dan kasih sayang.

Suara pintu yang bergeser membuyarkan lamunan Hito sekaligus elusan pemuda itu dari punggung adiknya yang sudah jatuh terlelap.

Otousan* ?” panggil Hito pelan ketika matanya menangkap figur seorang pria berperawakan tinggi tegap tengah menatapnya tajam di ambang pintu.

“Sebentar lagi kita akan tiba di pelabuhan. Persiapkan dirimu dan Yuki. Jangan sampai ada barang yang tertinggal.”

Hito tidak terkejut dengan nada dingin dan tegas yang tersirat dalam ucapan sang ayah. Ia sudah terbiasa dengan hal itu. Hanya saja, ada sesuatu yang benar-benar ingin ia katakan pada sang ayah saat ini juga.

“’Tousan!” Panggilannya yang cukup lantang itu berhasil menghentikan gerakan tangan Takeshi yang hendak menggeser pintu. Pria setengah baya itu terdiam. Hito mengerti. Ia melanjutkan kata-katanya. “Hentikan perang ini.”

Pain And The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang