Sudah lama rasanya aku tidak melewati lorong ini, sangat lama. Tidak banyak yang berubah. Tiang disetiap lorong hanya berubah cat warnanya saja. Pohon itu juga masih tetap disitu, hanya bertambah besar dan daunnya bertambah lebat. Kursi panjang itupun masih tetap disitu, kursi yang kami beri nama kursi galau. Aneh rasanya menjadi pusat perhatian seperti ini, sedikit canggung. Namun, bangga juga rasanya mngenakan seragam profesi ku sekarang dan berjalan menyusuri sekolah tempat ku menuntut ilmu dulu. Ohh, bukan. Bukan hanya menuntut ilmu, disekolah ini aku menemukan siapa diriku sebenarnya. Sekolah berjuta kenangan.
"Kak Hamzah.!! Kakak Hamzah Diaz kan?" teriak salah seorang siswi yang tidak ku kenal. Aku heran, bagaimana bisa dia tahu nama ku? Aku kan tamat dari sekolah sudah dari 5 tahun yang lalu.
"ya? Saya Hamzah, ada yang bisa dibantu?" tanyaku dengan wajah bingung kepada siswi tersebut.
"Kak, boleh foto bareng ngga? Mumpung kakak di sekolah ini dan mumpung kakak lagi pakai seragam Pilot." Ucap siswi itu menunjukkan wajah kegirangan dan mata memohonnya itu.
"ohh ya." Aneh rasanya ada orang yang meminta foto denganku.
"Terimakasih kak." ucap siswi tadi sembari pergi meninggalkan ku kemudian masuk kesalah satu ruang kelas.
Tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi aku segera berjalan menuju Ruang Majelis Guru. Tujuan awalku datang kembali kesekolah ini adalah untuk menemui Bu Erny, guru ku semasa sekolah dulu. Sebenarnya banyak guru lain di sekolah ini yang ingin ku temui juga, namun yang paling ingin ku kunjungi untuk ku ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya adalah Bu Erny. Karena berkat kata-kata dari beliaulah aku bisa menjadi Pilot dan menggunakn seragam semewah ini.
"Assalamualaikum" aku mnegucapkan salam sambil membuka pintu dan melangkah masuk ke ruangan ini.
"Waalaikum salam. Budak mane ni? Subhanallah ganteng betul" Ucap Bu Rosma menggodaku dengan logat khas melayunya itu. Bu Rosma berhasil membuat ku tersipu malu, pipiku rasa terbakar saat ini.
"Ibuk bisa aja. Ibu apa kabar? Baik kan buk? Subhanallah tambah cantik ibuk ya" aku datang menyalami Bu Rosma, mengecup punggung tangannya dan tak mau kalah aku juga berusaha menggodanya.
"Iiih budak ni, sikap e tak berobah robah. Senang betul menggoda. Ibuk tinggal yaa. Ibuk ada kelas." Bu Rosma pun berlalu pergi
Aku beralih kesalah seorang guru yang sepertinya tak menyadari kedatangan ku. Bu Lisma guru Sejarah yang membuatku menjadi sangat terkenal seantero sekolahan. Bagaimana tidak? Dia selalu memanggilku dengan sebutan PaTi : Pangeran Tidur. Di lapangan, di Kantin, di Ruang Bendahara, bahkan di manapun beliau menjumpai ku. Beliau selalu memanggilku dan mengolok-olokku dengan julukan PaTi itu. Ya, walupun sebenarnya julukan itu sangat pantas untuk ku, tetap saja aku malu.
"Assalamualaikum Ibu Lisma yang sudah lama tak saya dengar kabarnya?" Aku datang menghampiri Bu Lisma dan duduk di kursi yang ada dihadapannya.
"Waalaikum salam, ehhhh PaTi PaTi semakin ganteng saja yaaa, apakah PaTi telah bertemu dengan Putri cantik yang membawa ramuan utuk menyembuhkan sindrom tidur mu PaTi?" subhanallah ternyata Bu Lisma tidak lupa dengan ku, dan yang paling sebalnya dia tidak lupa dengan julukan yang dia berikan 5 tahun lalu untuk ku.
"Ibu Hamzah bukan PaTi ibuu, Hamzah sudah bukan tukang tidur lagi. Ahh ibu." aku merengek dan berpura-pura merajuk.
"Kan kamu memang PaTi, ohh iya kamu memiliki kembaran di kelas X.4. Di kelas itu ada PaTi seperti kamu juga lho.." goda Bu Lisma dengan nada menyindir
"Ahh ibu. Tetap aja gantengan Hamzah kan Bu?" rayuku sambil mengerlingkan mata.
"Terserah kamu." Bu Lisma menyerah
"Bu Erny kemana ya Bu? Kok dari tadi saya ngga liat Bu Erny? Apa Bu Erny lagi ada kelas ya?" aku bertanya sambil memandang ke sekeliling, memperhatikan setiap sudut ruangan kali saja aku bisa menemukan sosok Bu Erny.
Bu Lisma yang tadinya fokus bergelut dengan pena dan kertas-kertas berserak diatas meja tiba-tiba meletakkan penanya dan menatapku lekat-lekat .
"Kamu tidak ingat ya? Waktu kamu masih kelas sepuluh saja umur Bu Erny sudah 56 tahun. Nah, kamu tamat 5 tahun yang lalu. Bu Erny sudah pensiun Hamzah. Sebelum masa pensiunnya Bu Erny sering tidak masuk untuk mengajar dan harus digantikan dengan guru lain" terang Bu Rosma
"Ohh, Bu Erny sudah pensiun?" kecewa rasanya tak bisa menemui Bu Erny sekarang
Tiba tiba Bu Lisma berbicara
"Kamu benar-benar ingin menemui Bu Erny ya?"
Aku tersenyum.
ini Bu Lisma memberikan selembar kertas kecil yang berisi tulisan tegak bersambung khas tulisan Bu Lisma
Jln Indah Sari II no. 28
Kutebak itu adalah alamat Bu Erny.
"Sebelum pensiun Bu Erny sering ngga datang ke sekolah Hamzah. Bu Erny sering sakit-sakitan sebelum pensiun. Bu Erny juga sempat dirawat lama di Rumah Sakit. Ibu ngga tahu banyak tentang kabar Bu Erny sekarang. Setiap ibu mau berkunjung kerumah Bu Erny selalu saja ada penghalangnya. Ibu sering menelfon Bu Erny untuk sekedar nanyain kabar, setiap Ibu Tanya Bu Erny selalu bilang kalau dia baik-baik saja. Tapi Ibu ngga yakin, karna dari suara Bu Erny yang ibu dengar dari telfon sepertinya Bu Erny ngga baik-baik aja." Bu Lisma bercerita dengan nada sedih yamg ku yakin itu tidak dibuat-buat.
Aku yang mendengar cerita Bu Lisma menjadi sangat khawatir. Bagaimana mungkin selama ini aku tidak mengetahui bahwa Bu Erny sering sakit-sakitan. Seketika aku merasa menjadi muridd yang paling durhaka, disaat kejayaan ku seperti ini seharusnya aku bisa membalas jas yang telah Bu Erny berikan padaku, ya walaupun aku tahu sampai kapanpun aku tak kan pernah benar-benar bisa membalas jasa seorang guru. Tetapi, setidaknya aku berusaha membalasnya.
"Bu Lisma, Hamzah permisi dulu." Bentar lagi Hamzah ada penerbangan. Permisi ya Bu
Aku melangkah pergi dari ruangan dingin ini. Bukan karena AirConditioner yang ada di dalamnya yang membuat ruangan itu menjadi dingin. Cerita Bu Lisma tadi lebih sukses mendinginkan ruangan itu.
Bodoh Hamzah! Kamu bodoh. Kenapa baru sekarang kamu berusaha menemui Bu Erny. Aku tak mungkin mencari alamat Bu Erny sekarang. 2 jam lagi aku harus menerbangakan pesawat, memenuhi tanggung jawabku. Seperti yang pernah dikatakan Bu Erny kepadaku dulu aku harus tetap konsekuen dalam keadaan apapun
Hamzah Diaz. Walaupun kamu sering keluar masuk ruangan BK, guru-guru juga nganggap kalau kamu anak bandel. Ibu ngga akan bilang kalau kamu anak bandel. Karna setiap ucapan itu doa dan ngga mungkin Ibu mendoakan murid ibu sendiri menjadi anak bandel. Kamu pasti bisa menunjukkan kesemua orang bahwa Hamzah Diaz bukan sekedar nama. Kamu pasti bisa menunjukkan kalau kamu memiliki Hamzah Diaz dalam kepribadian kamu.
Teringat oleh ku salah satu kata kalimat Bu Erny.
Ya, aku harus bertanggung jawab dan menyelesaikan tugasku sebagai seorang pilot. Jika nanti aku mendapat waktu luang yang cukup banyak aku akan segera mencari rumah Bu Erny.
***
"Flight attendant, door closed, arm slide and report"
