percakapan sebelum tragedi

102 20 5
                                    

Mata
Mata untuk melihat
Mataku sangat indah
Keindahan itu adalah kehancuran.

2034
Pagi hari itu aku dikejutkan dengan bunyi ponselku. Ibuku menelpon sangat pagi sekali, sekitar pukul empat pagi. Aku senang mendapat telepon dari ibuku setelah berminggu-minggu tak bertemu dengannya.

"Halo bu, ibu dimana? Mengapa tak memberikan kabar setelah berhari-hari menghilang?" Aku melontarkan semua pertanyaanku langsung.

"Nak, tiga atau dua hari lagi, kau akan mendapat musibah. Segeralah bersembunyi, bawalah banyak makanan dan beberapa temanmu yang bisa dipercaya." Ibu terdengar tergesa-gesa.

"Apa? Apa yang terjadi?? Ibu dimana, aku membutuhkanmu."

"Sekarang ibu sedang ada di ruang yang sangat aman, jika hal itu terjadi, segera katakan pada ibu dimana kau bersembunyi, berjanjilah kepadaku kau harus tetap hidup, ok?" Suara ibu seperti dibuat-buat untuk tetap tenang.

"Aku gak ngerti, apaan sih?!" Aku mulai kesal, ibu mulai menakut-nakuti aku.

"Jika sudah mengirim alamat, ibu akan kesana untuk mengirim serum yang sedang ibu buat, mungkin saja kehidupan yang lain bergantung dengan percakapan kita hari ini."

"Ok, karena rumah sangat aman aku akan bersembunyi di kamar bersama pembantu kita, Jena."

"JANGAN DENGAN JENA, KAMARMU TERLALU TERBUKA, MEREKA BISA MELIHATMU KAPANPUN."

"Ada apa dengan Jena? Siapa mereka? Apakah Jena pembunuh?" Aku menjadi sangat penasaran.

"Sekarang Jena bukan pembunuh, nantinya ia bisa saja membunuhmu kapanpun. Segera pergi dari rumah." Ibuku menutup telepon tetapi aku masih memiliki banyak hal untuk ditanyakan kepadanya.

*****

Semenit kemudian, aku langsung bergegas menuruni tangga dan mengambil tas untuk kempingku. Aku mengisi tasku dengan beberapa roti dan makanan kaleng, dua botol air minum, pembuka kaleng, tisu basah dan tisu kering, power bank, charger, dompet dengan sejumlah uang, senter dan baterai, dan yang terakhir aku membawa cutter. Aku takut nantinya ada yang membunuhku, jadi aku membawa benda tajam untuk berjaga. Aku menelepon Kanya dan sarah karena mereka teman yang bisa aku percaya.

"Kanya! Halo?"

"Ada apa Alarie? Kenapa suaramu seperti ketakutan?" Kanya menjawab dengan khawatir

"Dengar, aku tidak tahu apa yang dimaksud ibuku, tetapi ia bilang kalau aku harus mengajak teman yang aku percaya untuk berlindung dari suatu hal. Datanglah ke rumahku dan bawa beberapa perlengkapan bertahan hidup, kita harus berlindung sekarang!" Aku meyakinkan Kanya dengan nada takutku.

"Apaan sih? Gak lucu! Berlindung dari apaan sih?"

"Aku juga gak tau, kata ibu, aku harus berlindung dengan teman. Karena dua atau tiga hari lagi akan ada musibah. Percayalah sekali ini saja Kanya, bahkan ibu berbicara mengenai serum yang aku juga tak mengerti."

"IBUMU?! bukankah ibumu sudah menghilang beberapa hari. Ini terdengar seram, Alarie."

"Intinya aku tunggu kau di rumahku dan bawa beberapa perlengkapan." Aku langsung menutup telepon.

******

Semenit kemudian aku mengetik nomor Sarah.

"Halo sarah?"

"Uh, halo Alarie ada apa? Hari ini aku pusing sekali, Aneh ya?"

"Sarah, cepat pergi ke rumah aku dan bawa beberapa barang untuk bertahan hidup. Karena dua atau tiga hari lagi ibuku bilang akan terjadi musibah. Ia menyuruhku untuk berlindung bersama teman yang aku percaya."

"Syukurlah kau mendapat kabar dari ibumu. Musibah apa memangnya yang akan terjadi?" Sarah terdengar tenang.

"Entahlah, aku tunggu kau di rumahku. Apapun yang terjadi kita harus berlindung bersama."

Aku menutup telepon dan bergegas mengganti bajuku dengan baju hangat dan celana olahraga. Aku tak tahu kenapa, tapi aku rasa ibu bersungguh-sungguh akan hal ini. Aku mencoba menelpon ibu berkali-kali, tetapi semuanya percuma.

*****

Lima belas menit kemudian teman-temanku sudah datang. Kami semua berdiskusi harus bersembunyi dimana. Akhirnya kami bersembunyi di toilet salah satu kolam berenang dekat rumahku.

"Ini ide yang bagus, ngomong-ngomong apa yang kalian bawa?" Aku bertanya.

"Kalau aku bawa beberapa roti dan makanan lainnya, senter, handuk, charger, power bank, botol minum, satu baju ganti, pisau dan plester." Kata Kanya.

"Kalau aku bawa tali, peluit, kotak make up, baju ganti, makanan, botol minum, charger, power bank, pemukul baseballku." Kata Sarah.

"Tapi aku masih bingung, musibah apa yang akan terjadi?" Kanya bertanya padaku.

"Mungkin ada kaitannya dengan masa lalu." Sarah tiba-tiba menyimpulkan.

Kita diam sejenak, memikirkan kata-kata Sarah sambil mengingat masa lalu. Rasanya memang ada yang aneh. Aku ingat sesuatu!

Beautiful eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang