get out

59 16 1
                                    

Aku melihat sekeliling kamar mandi dan tak percaya apa yang kulihat. Aku yakin yang kulihat adalah mimpi, tapi nyatanya bukan. Aku melihat beberapa orang mengerubuni orang lain. Aku melihat 2-3 orang pingsan tak sadarkan diri di lantai dan matanya tercongkel. Aku melihat beberapa orang memakan bola mata orang yang tak sadarkan diri. Aku melihat mereka dengan ngeri.

"HEI! LIHAT MATA DIA, MATA YANG NORMAL!" Sahut seorang remaja sambil menunjuk diriku.

Tak sampai sedetik, aku langsung mengunci pintu kamar mandi. Mereka, orang-orang diluar berusaha mendobrak pintu kamar mandi. Aku menatap Kanya dan Sarah. Mereka langsung mengerti bahwa mereka dalam keadaan bahaya. Sarah langsung mengeluarkan tongkat baseballnya. Kanya langsung mengemas barang-barangnya. Kami harus berpikir untuk keluar dari sini tanpa ketahuan mereka sebelum pintu ini berhasil di dobrak.

"HEI KALIAN YANG DI DALAM!! BERBAGILAH MATA KALIAN UNTUK KAMI." Sahut suara dari luar kamar mandi.

Aku mengelus kepalaku untuk berpikir. Kanya dan Sarah yang mulai panik terus menahan pintu. Aku melihat sekeliling untuk mencari jalan keluar, dan tatapanku fokus pada satu titik. Ya, disana ada ventilasi udara yang cukup besar dan bisa di buka. Aku langsung menunjuk ke arah ventilasi itu, teman-temanku tersenyum karenannya. Tanpa basa basi lagi, kami langsung menuju ke ventilasi tersebut. Pintu kamar mandi sudah semakin rusak, kami berusaha mempercepat gerakan kami. Aku duluan yang keluar dari ventilasi. Setelah semuanya memasuki ventilasi, kami menutupnya kembali agar tidak menimbulkan kecurigaan. Kami merangkak menyusuri lorong di dalam ventilasi, dan akhirnya bertemu tiga cabang.

"Salah satu dari tiga cabang ini akan membawa kita ke luar." Sahut Kanya.

Aku memilih berjalan ke arah kanan, karena menurutku kanan adalah arah yang selalu benar. Ternyata aku amat beruntung, kami sampai ke luar kolam berenang. Kami langsung berlari menuju arah rumahku. Ternyata di luar kolam berenang tak jauh beda dengan suasana yang tadi aku lihat. Mereka, para mata yang cacat menyerang mata yang normal, mata mereka dicongkel. Sarah menelan ludahnya, ia merasa memiliki kesamaan dengan mereka.

"Baiklah, supaya kita tidak ketahuan, Sarah kamu jalan duluan." Ucapku.

"Ke-kenapa aku?" Tanya Sarah.

"Karena matamu sama seperti mereka, dan kita bisa bersembunyi di belakangmu sambil menutup mata." Ucapku.

"Baiklah, terimakasih sudah percaya padaku, aku tidak akan mencongkel mata kalian sekalipun aku mirip mereka." Sarah tersenyum menatapku. Kami mulai melangkah bersama.

********

Akhirnya kami sampai di rumahku, aku melihat Aileen yang menunggu di depan pagar.

"Hai Aileen." Aku melambaikan tangan kepadanya.

"Syukurlah kalian segera datang, aku khawatir dengan apa yang terjadi sekarang. Aku tadi di serang beberapa orang." Aileen mengelus lukanya.

Tanpa basa-basi, aku langsung membukakan pagar untuk mereka, aku juga segera memasuki pintu rumah. Saat aku membelakangi pintu rumah, Aileen mendorongku dengan amat keras. Lalu tak lama kemudian, ada seseorang yang memukul kepala Aileen dengan kuat dari belakang.

"DUAKK" Aileenpun terjatuh pingsan

*****

Makasih yaa udh mau baca🙆🙆

Beautiful eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang