Telepon lagi

51 11 0
                                    

Pagi-pagi sekali aku bangun dari tempat tidur. Waktu menunjukan pukul 6 pagi, aku membangunkan teman-temanku. Ternyata mereka sudah bangun duluan. Aileen sedang mandi, Kanya sedang merapihkan kamar dan Sarah sedang memasak. Aku senang sekali karena sepertinya keadaan sudah normal.

"Selamat pagi Sarah." Aku memeluk Sarah.

"Hei."  Sahutnya singkat.

Aku membuat cokelat panas untuk semuanya. Tapi untuk Kanya, kubuatkan jus jambu saja karena ia sepertinya membutuhkan yang segar-segar. Kanya merapihkan kamar-kamar yang telah digunakan untuk tidur, ia juga mengecek keadaan Jena dan perempuan berambut pendek. Mereka masih dalam keadaan diam, sepertinya memang sudah mati. Aileen yang sudah selesai mandi memperlihatkan wajahnya yang berseri-seri. Ia merasa lebih sehat setelah kejadian kemarin.

******

"Hai semuanya. Sudah merasa lebih segar?" Tanya Sarah.

"Ah, aku masih sedikit pusing." Kata Kanya

"Sepertinya kamu deh yang paling kelihatan segar." Semuanya tertawa.

"Tidak juga kok." Kanya menunjukan mimik muka cemberut.

"Yaah, yang penting lebih baik daripada kemarin." Sahutku

"Iya, aku senang sekali semuanya baik-baik saja." Semuanya tersenyum mendengar ucapan Kanya.

Makanan sudah di siapkan di atas meja makan. Semuanya duduk sambil menyantap makanan mereka. Mereka makan roti dengan keju, tomat, dan daging asap. Mereka makan sangat banyak, untung saja Sarah membuat roti yang sangat banyak. Saat mereka sedang makan, tiba-tiba terdengar bunyi telepon berdering dari arah ruang tamu.

"Biar aku yang angkat." Sahutku.

Semuanya terdiam. Makanan mereka tak lagi disentuh. Mereka mengikuti Alarie ke ruang tamu.

"Halo?" Sahut Alarie.

"Ah, anaku. Syukurlah kamu baik-baik saja. ceritakan pada ibu tentang apa saja yang telah terjadi." Sahut suara disebrang telepon. Ternyata telepon itu dari ibu Alarie.

Alarie langsung saja menceritakan kisahnya di toilet, kisah Jena, dan keadaan sekarang.

"Nah, ada yang harus ibu ceritakan tentang semua orang-orang aneh itu. Pertama, kamu harus temui ibu dulu."

"Ibu dimana?"

"Ingat gedung penelitian ibu dibawah tanah? Nah, ibu berada di sana."

"Baiklah bu. Aku, Kanya, Sarah, dan Aileen akan ke sana."

"SARAH? kamu masih bersama dia? Hati-hati dengannya. Nanti akan ibu ceritakan. Pokoknya kamu harus hati-hati dengan Sarah karena dia itu-"

Telepon langsung terputus. Aku mencoba menghubungi ibu,  tapi tak ada jawaban. Sepertinya ibu memang ada dalam bahaya. Aku langsung menceritakan semuanya, tetapi tak kuceritakan tentang Sarah.

"Gedung penelitian ibumu dimana?" Tanya Sarah.

"Aku lupa jalannya. Yang kuingat hanyalah, jalan lurus ke barat mengikuti jalan bebatuan tanpa rumput. Lalu berhenti di satu-satunya tanah yang memiliki pohon yang tumbuh berliku." Kataku.

"Puitis sekali." Kanya tertawa.

"Baiklah, ayo kita siap-siap." Kataku.

"Apa kita butuh kompas?" Tanya Aileen.

"Bawa saja. Tapi aku tidak tahu cara menggunakannya." Kataku.

"Ah, itu urusan gampang. Aku mahir sekali menggunakan kompas. Aku juga bisa membaca arah lewat bintang." Kata Kanya. Kanya sering pergi menggunakan perahunya. Ia bercita-cita menjadi pelaut yang hebat dan bisa menemukan beberapa pulau yang akan ia jadikan pedesaan kecil dengan dirinya sendiri sebagai kepala desa. Diantara kami, dia yang paling jago mendayung. Staminanya sangat bagus, mungkin saja dia bisa pergi dari satu benua ke benua lainnya menggunakan perahu dayung. Maka itulah ia pandai membaca arah.

"Baiklah akanku bawa." Sahut Aileen.

Aku mengemas beberapa makanan ringan dan makanan kaleng. Sepertinya makanan akan menjadi hal langka di luar sana. Oleh karena itu, aku membawa satu tas besar yang berisi makanan dan minuman. Kanya dan Sarah membawa senjata-senjata yang bisa dipakai untuk berjaga-jaga.

Nah sekarang semuanya sudah siap~

********
Vomment yaa ☺
Btw yang jadi gambar tuh Bella yaa.
Itu pas dia udah operasi mata.

Beautiful eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang