ingatan Alarie (4)

54 18 1
                                    

Aku duduk di kantin bersama Kanya dan Sarah. Kanya tak henti-hentinya memandangi Sarah. Aku hanya diam melirik makananku yang belum aku sentuh sama sekali, padahal aku memesan makanan kesukaanku, kentang goreng dengan saus jamur yang didampingi dengan ayam goreng. Sarah hanya asyik dengan handphonenya. Ia sedang melihat-lihat foto orang yang sudah operasi mata. Ia melihatnya dengan senyum lebar.
"Tuh kan, sekarang banyak orang sepertiku yang operasi mata." Kata Sarah.

"Aku juga melihat teman sekelasku banyak sekali yang sudah operasi mata. Itu sangat mengerikan, cowok-cowok juga ada malahan." Kataku.

"Tapi itu kerenkan? Di kelasku, cowok-cowok malah kelihatan lebih ganteng. Tapi tetap saja aku ngeri membayangkan kata operasi." Kata kanya.

"Ah, kalian lebay sekali. Tapi kalian harusnya senangkan, disini jadi makin banyak cowok ganteng." Sarah cekikikan.

"Eh, Aileen operasi juga?" Tanya Kanya.

"Tentu saja tidak." Suara itu terdengar dari arah belakangku. Ternyata di sana ada Aileen yang sudah berdiri di belakangku. Matanya berkedip sebelah.

"Aduh, ngagetin aja!" Aku tersenyum.

"Sori-sori, btw aku pinjem Alarie bentar yaa." Aileen menarikku.

"Ga bisa gitu dong, kalian emang mau ngapain? Ga ngajak-ngajak." Kanya menyilangkan tangannya.

"Kita udah janjian, gabisa ditunda-tunda lagi, bye all." Aileen menarik tanganku menuju ke suatu tempat. Ternyata ia membawaku ke taman belakang sekolah.

"Ada apaan sih? Buru-buru amat!" Aku melepaskan tanganku darinya.

"Mmm, pulang sekolah ada acara?" Aileen menggaruk belakang kepalanya.

"Gak, emang kenapa?" 

"Mau ke rumahku gak" Aileen tampak malu-malu.

"Hah? ngapain?" Aku agak malu sekaligus kaget.

"Belajar bareng, bentar lagikan mau ujian. emang kamu kira apaan?" Aileen tersenyum melihat reaksiku.

"A-a-aku gak ngira apa-apa ko, gausah bikin aku maluh deh!" Aku memukul pundak belakang Aileen. Kami kejar-kejaran menyusuri taman belakang sekolah. Aku yang masih merasa malu, terus memukul pundak Aileen sambil berlari.

**********

Pulang sekolah, aku menunggu Aileen di depan kelasnya. Aku sudah bercerita kepada teman-temanku, tentu saja mereka histeris. Mereka tak bisa menemaniku karena ada urusan, jadi aku harus menghadapinya sendiri. Setelah 15 menit menunggu, akhirnya Aileen keluar dari kelasnya.

"Ngg..ayo." Aileen nampak gugup.

Kami menyusuri jalan yang dipenuhi pohon-pohon yang rindang. Aku tersenyum memandang langit yang biru bersinar. Tak sampai 15 menit, aku sampai di rumah Aileen. Di rumah itu hanya ada aku, Aileen, dan tante Rose. Tante Rose adalah teman lama ibuku. Tentu saja mereka teman karena sama-sama bersekolah di Ye academy. Mereka dulunya sekelas, tapi tidak terlalu dekat. Tapi tante Rose tetap menyambutku dengan hangat.

"Selamat siang tante." Aku memberi salam kepada tante Rose yang sudah menungguku di depan rumah Aileen.

"Wah, kau tambah cantik saja. Bagaimana kabar ibumu? Tante sudah lama sekali tidak bertemu ibumu."

" Baik tante." Aku tersenyum lebar.

"Baguslah, setiap aku telepon ibumu, ibumu selalu terdengar lelah. Ngomong-ngomong silahkan masuk Alarie." Tante Rose membukakan pintu untukku.

Aileen menaiki tangga menuju kamarnya, yang disusul olehku. Ia hanya diam dan tak banyak bicara, seolah-olah tugasnya hanyalah mengantarkanku ke kamarnya, seperti pelayan. Aileen membuka pintu coklat yang polos tanpa noda setitikpun. Ia mempersilahkan aku masuk kedalam kamarnya. Kamarnya sangat rapi, di jendelanya yang berwarna putih, terdapat beberapa tanaman hijau tanpa buah dan bunga. Di dekat meja belajarnya, terdapat banyak poster tentang penemu yang terkenal. Aileen memang bercita-cita menjadi seorang penemu, maka dari itu ia sangat pintar dibanding yang lainnya. Aku yakin dia mampu masuk universitas di kota. Di dekat kasurnya yang berwarna biru, terdapat karpet berwarna putih dan diatasnya terdapat meja bundar berwarna hijau.

Ia mempersilahkan aku duduk di atas karpet. Aku segera mengeluarkan buku matematika. Aku menegeluarkan beberapa buku catatan dan dua lembar kertas. Aileen duduk di seberang meja. Ia mengeluarkan kotak pensilnya dan buku catatan. Ia tak menatapku sama sekali, ia hanya membolak balik buku catatannya.

"Ke-kerjakan pr?" Aku menunjukan halaman yang dijadikan PR oleh guruku.

"Iya." Aileen menjawab dengan singkat. Ia membuka halaman yang sama dengan bukuku.

****

Mungkin sudah setengah jam berlalu, kami masih mengerjakan PR yang terdiri dari 50 essay dan 20 pilihan ganda. Guruku memang tak tanggung-tanggung jika memberi PR. Tapi aku suka guruku, ia mengajari kami dengan baik dan tulus. Bahkan saat ia sakit, ia tetap mengajar. Aku berdiskusi tentang beberapa soal yang tidak aku mengerti. Mengerjakan bersama-sama membuat soal yang dikerjakan lebih mudah. Setelah dua jam, PR kamipun selesai. Kue kering yang diberikan tante Rose sudah habis.

"Huft, capek sekali."  Aku memasukkan pensilku ke dalam tas.

"Pasti lebih berat lagi kalo sudah masuk universitas." Aileen menaruh alat tulisnya ke kotak pensil.

"Baiklah, karena sudah selesai aku pulang ya." Aku membereskan tasku.

Aileen menatapku sebentar. Ia berdiri dan duduk di sampingku. Kepalanya menyender di pundakku. Aku yang sudah membereskan tas merasa bingung. Jantungku berdegup amat kencang dan cepat seperti musik di karnaval kota.

"A..ailen, ada apa?" Aku mengelus kepala Aileen.

"Alarie, aku bersyukur memilikimu. Aku takut melihat mereka." Aileen menggenggam erat tanganku

"Mereka, siapa?"

"Sarah dan temanku yang lainnya!" Ia kemudian memelukku

"Maksudmu mereka yang operasi? Aku juga takut melihat kepalsuan mereka." Aku memeluknya balik. Aileen tersenyum ke arahku. Senyum termanis yang pernah aku lihat. Aku mengelus kepalanya, sedangkan tanganku yang satunya digenggam olehnya erat-erat.

Tiba-tiba teleponku berbunyi. Aku langsung melepaskan Aileen dan mengambil handphoneku di dalam tas. Aileen terkejut mendengar bunyi teleponku, ia langsung menjauhi aku. Kulihat kontak orang yang menelepon, ternyata yang menelepon adalah ibuku.

**

Di bagian sebelumnya ada yang aku perbaiki. Tentang umur Alarie dan lain-lain.
*2030= alarie umurnya 13
*2032= alarie umurnya 15 (chap ini)
*2034= alarie umurnya 17

Beautiful eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang