Ingatan Alarie (5)

64 17 4
                                    

"I-ibuku nelepon!" Aku segera mengangkat teleponnya. Jantungku berdebar-debar karena beberapa hari ini, aku sudah jarang bertemu ibu.

"Halo nak?" Sapa suara di seberang sana.

"Ada apa bu? Kenapa nelepon?" Aku berusaha mengatur napasku.

"Segeralah pulang ke rumah, Tante Teddy memberikan kabar bahwa ia akan bekunjung ke rumah kita 15 menit lagi."

"Ok." Aku langsung menutup telepon tanpa basa-basi lagi.

Aileen hanya menatapku dengan tatapan malu. Saat aku menatap balik dan kami saling bertatap mata, ia malah memalingkan mukanya. Kupikir dia malu karena sehabis memelukku, tiba-tiba ibuku menelepon. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Aileen. Ia malah membalas tawaku dengan senggolan, tentu saja aku senggol balik.

"Aileen, aku pamit dulu yaa, Tante Teddy katanya mau datang."

"Ok, salam buat ibumu yaa." Aileen membukakan pintu kamarnya untukku.

Aku segera mengambil tasku. Aku berada tepat di depan Aileen. Aku melangkah keluar dari pintu kamarnya. Aileen mengeluarkan blow kissnya, aku tertawa geli melihat tingkah lucunya. Aileen mengelus rambutku dengan lembut, tentu saja aku malu. Mukaku langsung memerah karena malu, Aileen sekarang malah tertawa melihat mukaku yang seperti kepiting rebus.

Aku yang masih berdebar-debar hanya lari menuruni tangga. Aku yang masih malu merasa gugup saat berpamitan dengan tante Rose. Sarah dan Kanya pasti akan terkejut kalo aku menceritakan hal ini. Aileen hanya melambaikan tangannya saat aku keluar dari rumah itu. Aku berlari riang di tepi jalan, perasaanku bercampur aduk saat ini.

*******
Saat aku sampai rumah, aku mengetuk pintu. Ibuku membuka pintu untukku. Ia langsung mempersilahkan aku bertemu Tante Teddy.

"Halo tante." Aku menyapa tante Teddy dengan ramah.

"Halo Alarie, sudah bertemu Bella? Aku kesini hanya untuk meminta pendapatmu tentang mata baru Bella." Tante Teddy mengelus rambut panjangku.

"Ma-mata baru?? Maksud tante beautiful eyes?" Aku kaget saat mendengarnya.

"Iya, benar sekali." Tante Teddy segera memanggil Bella. Aku dan ibu hanya saling berpandangan heran.

Bella menampakan dirinya, matanya berwarna ungu kristal. Sangat cantik dan anggun, tetapi terlihat amat palsu.

"Bagus sekali matamu Bella." Hanya itu yang bisa kukatakan agar terdengar sopan.

"Terimakasih kaka, waktu operasi aku sempat takut pada dokternya."

"Dokternya? Kenapa kamu takut?"

"Iyaa, Dr. Ain memiliki mata yang menyeramkan. bola matanya sangat kecil, sepertinya mata dia cacat. Tapi dia membuat mataku jadi indah."

"Mungkin saja Dr. Ain itu memang matanya cacat. Tendiruaqz(nama palsu tante Teddy) boleh aku melihat kartu nama Dr. Ain?" Ibuku tiba-tiba bergabung dengan obrolan kami. Tante Teddy mencari-cari kartu nama Dr. Ain ditasnya yang sangat besar dan terbuat dari kulit buaya.

"Ini." Tante Teddy menyodorkan kartu nama Dr. Ain. Saat melihat kartu nama tersebut, tangan ibu gemetaran dan menjatuhkan kartu nama tersebut.

"Di-dia." Ucap ibu sambil gemetaran. Wajahnya terlihat ketakutan.

**
Makasih yaa udah baca :3
Maaf ada 💕 dikit.
-salam manis.

Beautiful eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang