1. Lari dari Luka

151 6 0
                                    

Feli memasukkan koper terakhir ke dalam bagasi mobilnya sebelum akhirnya menutup bagasi yang penuh dengan barang tersebut.

"Sudah semuanya, sayang?" tanya ibunya yang baru muncul dari dalam rumah.

"Iya, ma. Sudah." jawabnya sambil tersenyum samar pada ibunya.

Tiba-tiba terdengar klakson motor dari luar pagar rumah mereka. Melihat siapa yang datang, Feli segera berlari ke arah pagar dan mendorong pagar itu hingga terbuka. Setelah terbuka sedikit, motor itu pun melesat masuk ke halaman rumah Feli.

Setelah memarkirkan motornya dengan benar, gadis pengendara motor itu pun turun dan membuka helmnya. Ia berjalan terburu-buru menghampiri Feli.

"Fel, seriusan nih lo mau pindah?" tanya gadis berambut pirang itu.

"Iya lah, Win. Lo kira gue bilang mau pindah itu cuma bercanda? Tuh, barang-barang gue udah dipak semua." jawab Feli.

Mata Winny pun jelalatan mencari barang-barang yang dimaksud Feli.

"Mana barang-barangnya?" tanya Winny.

"Udah dimasukin ke mobil, elah.." jawab Feli lagi.

"Oh iya, hampir lupa. Siang, tante.." sapa Winny sambil berjalan ke arah mama Feli.

"Eh, nak Winny. Ada apa main ke sini?" sapa mama Winny.

"Ini, tan. Pengen tau, Feli beneran mau pindah?" tanya Winny masih tak percaya.

"Iya, bener.. Ini makanya tante sama om udah siap-siap mau antar Feli ke Jakarta." jawab mama Feli meyakinkan.

"Tuh, kan? Udah gue bilangin dari tadi. Masih nggak percaya juga, lu?" ledek Feli.

"Ish, Feli ah, nyebelin. Kenapa harus pindah, sih?" tanya Winny sambil mengerucutkan bibirnya.

Feli tertawa pelan melihat ekspresi sahabatnya itu. "Udah, ih. Jangan digituin bibirnya. Udah jelek, tambah jelek lagi."

"Feli, ih!"

Mama Feli hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua gadis tersebut. "Ya udah, tante masuk dulu ya. Mau ngasih privasi buat kalian berdua, apalagi udah mau pisah aja dua sohib ini. Sekalian mau panggil papa Feli juga."

"Oh, iya. Makasih banyak, tante." kata Winny sambil menunduk sedikit.

"Iya, sama-sama." Mama Feli pun segera masuk ke dalam rumah.

Setelah yakin mama Feli sudah benar-benar masuk ke rumah, Winny segera bersiap memberondong Feli dengan beribu pertanyaan yang bermunculan di benaknya.

"Nah, sekarang jujur lo. Kenapa lo pake pindah-pindah segala?" todong Winny.

"Ih, apaan sih. Cuma mau nyari suasana baru doang. Lagian bosan gua, dari TK sampe SMA di Bogor terus." ujar Feli.

"Ya elah, nggak mungkin anak rumahan kayak lo mau nyari suasana baru. Sedangkan di Bogor aja nggak pernah keluar jalan-jalan, pake nyari suasana baru segala. Udahlah, lo pasti mau pindah karena.."

"Ssstt... Udah, udah. Nggak usah dibilang. Nggak mungkin lo nggak tau." ujar Feli sambil mengibaskan tangannya di depan bibir Winny.

Winny menatap sahabatnya prihatin. "Fel, serius? Saking patah hatinya lo mau pindah?"

"Ini tuh patah hati yang lain, Win. Gue bener-bener nggak bisa sekolah di sini lagi. Gimana mau sekolah coba? Kalo tiap kali dateng ke sekolah, gua ngeliat dia lagi main bola, buat rusuh, nyapa gua pagi-pagi, ngelawak di kelas, nemenin gue makan, nganter gue pulang, terus sekarang? Gue nggak bisa ngeliat pemandangan kayak gitu lagi." ujar Feli. Ia lalu mendudukkan dirinya di tangga teras.

Berdamai dengan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang