8. Sriwijaya dan Kalingga

50 4 0
                                    

Pritt!!

Bunyi peluit yang memekakkan telinga memburu langkah kaki para tamu ambalan* untuk terus berlari lebih cepat.

"Cepetan, dek! Dihitung sampe tiga loh ini!" seru Sara pada junior-junior Putri.

Dan benar saja, tak lama suara Kak Rizal—pembina Putra Ambalan Sriwijaya—menggema di mic, bentuk pembenaran tak langsung pada kata-kata Sara tadi.

"Satu..!"

Langkah kaki anak-anak itu semakin cepat diiringi suara panik dari mulut mereka.

"Dua..!" hitung Kak Lisa, pembina Putri Ambalan Kalingga.

Beberapa anak-anak sudah berdiri dengan rapi membentuk barisan. Mereka semua terlihat gagah dan rapi walaupun tali kur mereka masih berwarna merah.

"Tiga..!" seru Kak Rizal mengakhiri hitungan.

Dan para tamu ambalan itu pun boleh bernafas lega karena bisa sampai membentuk barisan tepat sebelum hitungan habis.

"Selamat sore!" sapa Kak Rizal setelah melihat kerapihan barisan mereka.

"Sore, sore, sore!" jawab para senior bertali kur kuning dengan mantap.

"Salam Pramuka!"

"Salam!" jawab seluruh praja muda di lapangan itu dengan lantang, disaksikan pepohonan di sekeliling mereka selaku saksi bisu dimulainya latihan perdana Tamu Ambalan Sriwijaya dan Kalingga.

"Sebelum kita memulai kegiatan kita sore ini, mari kita awali dengan berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing. Berdoa mulai!"

Sontak seluruh anggota Pramuka melepas topi dan menundukkan kepala untuk berdoa. Setelah berdoa, topi dikenakan kembali dan kegiatan pun dilaksanakan.

Meskipun hari ini belum bagiannya untuk mempresentasikan materi, Feli tetap hadir. Ia telah mengonfirmasi sebelumnya pada Juan, Kak Rizal, dan Kak Lisa. Hasilnya dia mendapatkan respon positif. Bahkan dihadiahi dukungan dan pujian atas partisipasinya berhubung Ia masih tergolong murid baru di sana.

"Eh, murid baru dateng juga nih." sapa sebuah suara yang cukup Ia kenal.

"Eh, Aldi. Lo dewan ambalan juga? Oh, kalo elo sih nggak perlu ditanya. Dari tampang aja udah keliatan anak-anak pramuka." canda Feli.

"Ah, lo bisa aja. Iya, gue dewan ambalan."

"Iya udah tau. Lagian kalo lo bukan dewan ambalan, ngapain juga lo di sini? Kecuali kalo lo masih tamu..." ujar Feli sambil memajukan dagunya ke arah adik-adik yang sedang mendengarkan pengumuman para pembina.

"Yah.. Gitulah. Nah, lo bukannya murid baru? Lo ngapain di sini?" tanya Aldi dengan lirikan setannya.

"Heh, gue udah konfir sama kak Juan dengan kakak-kakak pembina. Mereka berdua ijinin kok. Malahan mereka seneng banget gua mau join Dewan Ambalan Kalingga." ujar Feli dengan PDnya.

"Oh. Terus?" tanyanya lagi.

"Ck, Aldi nyebelin ih!"

"Haha.. Canda, neng." kekeh Aldi.

"Hm." gumam Feli singkat.

"Ya ampun, tuh jawaban. Nggak ada yang lebih pendek?" tanya Aldi dengan tatapan tak percaya.

"Ck. Apaan sih? Udah diem. Dengerin tuh info dari kak Rizal sama kak Lisa." ujar Feli.

"Denger info, denger info. Kayak info istimewa apa aja. Udah senior, nggak didengerin juga lo udah tau." ledek Aldi lagi.

Berdamai dengan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang