3. Serious Compliments

61 4 0
                                    

"Iya, anak-anaknya pada baik semua kok. Yah, nggak tau juga sih semuanya baik atau enggak. Soalnya gue belum terlalu kenal. Yang gue kenal baru berapa orang." ujar Feli pada wajah sahabatnya yang terpampang di layar ponsel pintar itu.

Ia sedang ber-vc ria bersama Winny di kamarnya.

"Oh gitu. Terus, ada nggak yang hmm, yah... You knowlah..." tanya Winny sambil menaik-turunkan alisnya.

"Hm, dasar. Kalo soal itu otak lu langsung lancar banget connectnya. Jaringan wifi Korea mah, kalah." ledek Feli.

"Hehe... Ih, apaan sih? Wajar lah. Gue kan cewe normal. Siapa tau kan entar gue mampir ke Jakarta, lo bisa kenalin gue sama cogan-cogan di sana mungkin." kata Winny berandai-andai.

"Heh, terus Reza mau lo kemanain? Setia dikit dong jadi orang." cibir Feli.

"Ish, iya iya. Tapi cuma nanya nih. Ada nggak yang mukanya lumayan gitu?" tanya Winny.

Tanpa lama-lama berpikirpun, wajah seorang lelaki langsung terlintas di pikirannya.

"Hmm, ada sih. Tapi nakalnya, naudzubillah... Bandel banget sama guru sumpah. Tapi anehnya, dia itu anak pramuka loh. Masuk dewan ambalan lagi. Bisa-bisanya orang kayak dia masuk kepengurusan." jelas Feli terheran-heran sendiri.

"Serius? Wah, bagus dong." ucap Winny dengan mata berbinar-binar.

"Lah, kok bagus?" tanya Feli heran.

"Yah baguslah. Bad boy, tapi punya skill. Jarang-jarang loh ada yang kayak gitu. Apalagi cowo-cowo jaman sekarang. Pada bandel tapi cek per cek? Otaknya nol besar. Cuma banyak gaya aja." ujar Winny.

"Iya juga sih. Tapi kelakuannya itu loh astaga... Nggak nyangka anak pramuka ada yang kayak gitu." ujar Feli.

"Udah, jangan negative thinking dulu sama dia. Mungkin aja dia kayak gitu ada alasan tersendiri. Lo belum tau, kan?" tanya Winny.

"Mungkin. Ya udah deh. Nggak usah dibahas."

"Emang kenapa kalo dibahas? Bakal kepikiran terus, hm?" goda Winny dengan cengiran jahil terpampang di wajahnya.

"Ih, apaan sih. Enggak, deng. Ngapain juga dipikirin." kilah Feli sambil mencebikkan bibirnya. "Luka lama aja belum sembuh, mau buka luka baru lagi?"

Winny terkekeh. "Udah, Fel... Gue tau kalo you're strong enough jadi nggak perlu gue suruh buat sabar-sabar mulu. Direlain aja lah. Kalo memang udah jalan Tuhan kek gitu, mau diapain lagi? Mau lo teriak-teriak supaya dia balik juga nggak akan bisa kalo emang udah rencana Tuhan." tutur Winny sambil tersenyum. "But, bukan berarti lo harus jadi sok kuat juga. Curhat-curhat lah sama undengmu ini kalo lagi down, say..." nasehat Winny.

Feli tersenyum simpul. "Sip... Makasih banyak undengcuu..."

***

Gian segera memarkirkan motor di depan kosnya. Lalu Ia masuk ke dalam. Ia baru saja pulang setelah selesai kerja sampingan. Setelah menyampirkan jaket dan meletakkan helmnya, Ia membuka sepatu, mengambil handuk dan bergegas mandi.

Selesai mandi, dia memasak makan malam sederhana untuk dirinya sendiri. Sementara menambahkan berbagai bahan penyedap, tiba-tiba Ia mendengar ketukan pada pintu kosnya. Segera Gian mematikan kompor lalu pergi membukakan pintu bagi sang tamu.

Cklek!

"Malam, Gi..." sapa anak berkacamata di depannya. Ia mengenakan kaos hitam yang disablon merah bertuliskan 'Hantu Rimba'.

"Eh, kak Juan. Ada apa, kak?" tanya Gian, cukup kaget melihat sosok seniornya berdiri di ambang pintu.

Belum sempat Juan menjawab, Gian kembali berkata, "Eh, masuk dulu, kak." ajak Gian sambil menggeser posisinya untuk membuka jalan bagi Juan.

Berdamai dengan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang