Naruto merasa ringan setelah menumpahkan segala perasaan yang ia tahan selama ini. Ia mengakui kebenaran dari penjelasan Hinata. Cinta kakek neneknya tetap hidup dalam dirinya. Ia masih melakukan banyak kegiatan yang diajarkan kakeknya dimasa lalu,berbagi bersama dan berdoa ke kuil.
Naruto menganggap itu adalah cintanya pada tuhan tapi bagi Hinata itu adalh bentuk ungkapan cinta dari sang kakek nenek yang merupakan bagian cinta sejati,cinta tuhan pada makhluknya. Hubungan cinta yang diikat janji pada tuhan adalah salah satu bentuk cinta tuhan itu yang dipikirkan Hinata.
"Suatu saat nanti aku atau kamu memang akan saling meninggalkan Naruto-kun!" ucap Hinata saat Naruto telah tenang dipelukanya. "Tapi cinta kita tak akan mati dan hilang..cinta kita akan tetap hidup pada...ehmm...itu..itu!ah..apa kamu lapar Naruto-kun?" ucap Hinata mengalihkan pembicaraan,malu mau bilang anak kita.
Naruto melepas pelukanya dan menatap Hinata dalam dengan pandangan yang tak dapat didefinisikan. Entah dapat keberanian dari mana Hinata mengelus rahang tegas CEO muda ini.
"Aku tau apa yang aku katakan memang seperti terdengar omong kosong..aku merasa nyaman denganmu,aku juga sangat ingin menamparmu seperti tadi ketika kau mengacuhkanku,aku sangat rindu dengan senyummu,aku juga sangat benci dengan wajah flatmu..aku sakit melihat tatapan matamu yang menyiratkan kesedihan..semua rasa itu ada dalam hatiku untukmu..seperti kotak permen penuh rasa dan warna..tak akan pernah berkurang meski rasa didalamnya berubah-ubah..itulah cintaku padamu!" ucap Hinata sambil mengecup pipi Naruto.
Naruto sedikit terkejut saat bibir peach lembut itu menempel di pipinya. Ada debaran aneh yang membuat jantungnya berpacu tak pelak membuat pipinya merona.
Oooh ya ampun pipinya merona..cute banget sih..!batin Hinata menjerit dan membuat tubuhnya memanas."Aku akan mengambilkan ramen lagi untukmu..biar aku bawa kesini!"sadar akan dirinya yang bisa hilang kendali saat Naruto malah memejamkan mata menikmati elusan dipipinya. Wanita tak boleh agresif dan frontal sebelum semua jelas...sabar!.
Hinata yang keluar dari kamar Naruto terkejut melihat Kushina dan Minato ternyata menguping pembicaraan nya dengan Naruto.
"Arigato sayang..arigato..!" ucap Kushina terisak dipelukan Hinata.
"Tak perlu kaasan..aku mencintainya jadi aku ingin jadi sandaranya dan tempatnya berpulang!" ucap Hinata tetsenyum saat melerai pelukan Kushina."Aku senang dan ikhlas melakukanya!".
"Aku bersyukur punya menantu sepertimu..Hiashi pasti bangga padamu nak!" ucap Minato.
"Uhm..aku mau mengambilkan ramen Naruto-kun.. Kaasan dan tousan harusnya memakanya sekarang nanti keburu dingin!" seru Hinata mengingatkan.
"Ya ampun ramenku...!" teriak Kushina berlari menuju meja makan sukses membuat Hinata dan Minato geleng kepala.
Hinata membawa nampan kekamar Naruto dan juga beberapa butir obat demam. Ia menyadari kalau Naruto kondisinya tidak baik saat ia mengelus rahang tegas calon suaminya itu,mungkin itu juga yang membuat Naruto mudah naik emosinya.
Hinata tersenyum lembut saat melihat sang calon suami lahap memakan ramenya. Meski Naruto sudah terbuka padanya,Naruto tetaplah Naruto yang pendiam. Hinata tak mempermasalahkan hal itu karena dia mencintai Naruto apa adanya. Bukan membiarkan tapi menerima dan sedikit demi sedikit merubah paling tidak ia ingin Naruto lebih sering tersenyum.
"Kau tidak makan?" tanya Naruto. Ia tau ini adalah ramen untuk Hinata.
"Buka mulutmu?"Hinata terkejut saat Naruto yang memang duduk saling berhadapan yang hanya dipisahkan meja nampan kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/97191232-288-k44627.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Perfect and Cute Girl
FanfictionPerjodohan antara Namikaze Naruto,sang CEO yang perfeksionis dengan gadis manis cenderung kekanak-kanakan,Hyuga Hinata.akankah cinta bersemi??