"eghhh"
"Ja..jangan..ampun...tolong...jangan!"
Pukul setengah dua pagi, Hyuga Hinata mengigau dalam tidurnya. Mungkin jika bukan karena efek anestesi gadis itu akan terbangun karena mimpi buruk yang ia alami.
"Aa..ampun.. Jangan!"
Dahi putih porselen itu berkeringat dingin, nafasnya tak teratur. Seperti ingin bangun tapi tak mampu membuka mata. Tubuh mungil itu bergerak gelisah dan bibirnya terus bergumam ketakutan.
"Hinata...tenanglah...aku disini...!"ucap Naruto yang terbangun mendengar igauan Hinata. Pria itu baru tertidur 2jam dikursi yang di posisikan disamping ranjang Hinata.
"Ja..jangaaan...tidak!"
Namun gadis itu tetap meracau semakin jelas. Keringat semakin membanjiri tubuhnya, meski tertidur wajah itu menunjukkan ekspresi ketakutan yang sangat kentara.
"Tenanglah Hinata..ini aku Naruto...!"
Naruto mengamit kedua tangan Hinata yang mencengkram sprei itu menyatukannya dengan miliknya. Ia merasakan tangan putih itu gemetar dan semakin kuat mencengkeram tanganya.
"Hinata... Tenanglah..aku disini melindungi mu...semua akan baik-baik saja!"
"Aku disini..bersamamu!"
Secara ajaib, cengkraman tangan itu mengendur. Nafas yang tadinya memburu menjadi memelan dan mulai seirama dan teratur.
"Aku disini...menjagamu!"
Naruto mengusap keringat di dahi Hinata lalu mengecupnya. Ia menatap sendu gadis ini, tidurpun ia harus menderita begini. Tak lama gadis itu pun tenang kembali. Sungguh Naruto sedih melihat kondisi Hinata.
.........
Pagi menjelang, sekitar 7.30 pasangan Hyuga dan Namikaze tiba di klinik Hinata dirawat, Hanabi tak ikut karena bersekolah.
"Naruto-kun...makanlah dan istirahat lah biar kami yang menjaga Hinata!"tawar Hikari yang melihat kantung mata yang menghitam di wajah pemuda itu.
"Tak apa Hikari-kaasan...aku belum lapar!"tolak Naruto.
"Naru... Makanlah nak.. Hinata tak akan senang jika kau memaksakan diri!"tegur Kushina.
"Haaa..baiklah!"ucap Naruto menerima bento dari Hikari.
Sebenarnya Ia tak lapar, tapi jika ia juga sakit akan malah menambah repot nantinya.Beberapa suap Naruto memakan bento buatan ibu Hinata, ia dikagetkan dengan jeritan Hinata.
"Jangan...jangan sentuh aku..ampun!"
Gadis itu berteriak keras dan meronta-ronta tak terkendali. Hikari dan Kushina tak mampu lagi menenagkan Hinata.
"Tenanglah nak..ini tousan..kau sudah aman!"
Hiashi mencoba menenangkan Hinata dibantu oleh Minato. Kedua orang itu memegangi tangan Hinata erat. Namun gadis itu tetap meronta-ronta tak karuan.
"Pergi..pergi jangan sentuh aku!"
"Ini tousan Hinata... Tenanglah!"
Hinata tetap tak mendengar ucapan Hiashi. Gadis itu masih menjerit-jerit dan meronta-ronta dengan pandangan kosong.
Naruto berdiri, ia menangkup wajah Hinata dengan kedua tangannya dan meminta Hiashi dan Minato melepas tangan Hinata. Ia tau pergelangan tangan gadis itu mengeluarkan darah dari luka lecet akibat terus meronta.
"Tenanglah Hinata...ini aku Naruto!"
"Pergi..pergi..ampun!"
Namun Hinata tetap histeris. Gadis itu benar-benar tak terkendali. Ia memukuli Naruto membabi buta. Lengan dan dada Naruto terkena pukulan Hinata. Naruto tetap menangkup wajah Hinata, memaksa gadis itu melihat kedua bola mata shapire miliknya.
"Ini aku Naruto..aku disini melindungi mu! Tenanglah...kau aman, kau bersamaku!"
Perlahan mata ametist itu terfokus, menunjukkan kilau cahayanya. Kedua tangan Hinata tak lagi memukul namun mencengkeram lengan Naruto.
"Pergi..pergi..pergi!"
Hinata masih tetap menggumam nyaris berbisik. Nafas gadis itu masih memburu tak teratur.
"Lihat aku Hinata..ini aku.. Naruto...tenanglah!"
Mata ametist itu terfokus sempurna, cengkraman tangannya pada lengan Naruto mengendur.
"Na.. Naruto.. Naruto-kun...aku..aku takut... Dia menyentuh ku..dia...!"
"Sssshhhht...sudah...tenanglah aku disini!"
Naruto menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Hinata menangis pilu dalam pelukan pemuda itu. Ia meluapkan segala rasa yang ada dihatinya dengan air mata.
Pasangan Hyuga dan Namikaze itu memandang kejadian itu takjub. Inilah yang ingin ditunjukkan oleh Kami-sama atas apa yang menimpa Hinata.
Hinata hadir untuk Naruto dan Naruto ada untuk Hinata. Dua pribadi yang bertolak belakang namun saling mengisi. Awalnya Hinata datang dengan keceriaan membawa Naruto keluar dari neraka kebencian dan rasa sepi, sekarang Naruto hadir dengan ketenangan untuk melindungi Hinata.
...........
Uzumaki karin, psikiater muda yang masih keponakan Naruto itu datang. Wanita yang 11 12 dengan Kuahina itu mengecek checklist kesehatan Hinata.
Karin meminta pasangan Hyuga dan Namikaze itu untuk berbicara diluar, sebenarnya ia lebih nyaman dengan mengatakan hasilnya pada Naruto. Namun pemuda itu terus dipegangi lenganya oleh Hinata.
"Hinata mengalami trauma yang akut!"ucap Karin kepada pasangan Hyuga dan Namikaze.
"Kemungkinan besar ia akan megidap phobia...atau depresi yang lama!"
"Phobia?"beo Hikari.
"Ya...bisa phobia gelap, bersentuhan atau yang lainya..dari apa yang kalian ceritakan..kurasa Hinata menunjukkan gejala ke arah itu!"jelas Karin. "Aku sudah bilang pada Naruto untuk membawa Hinata ke villa Namikaze di desa Fukuoka untuk pemulihan Hinata, suasana pedesaan dan hal baru baik ubtuk membantu pemulihannya!".
"Dan satu lagi..bilang pada Ayame-san untuk mengganti semua peralatan makan dengan bahan plastik untuk berjaga-jaga kalau Hinata lepas kendali!"ucap Karin pada Pamannya, Minato.
"Apa Hinata bisa pulih?"tanya Kushina.
"Tentu..itu tergantung pada Hinata..dan juga...!"
Karin menjeda kalimatnya, ia menoleh pada sepasang muda-mudi yang berpegangan tangan di dalam klinik.
"Bagaimana Naruto menguatkanya!"
Bersambung....
Naruhina fanfiction...
Disclaimer by Masashi KishimotoMaaf jika tak sesuai ekspektasi...juga pendek..WP di Hp ku sering eror jika nulis panjang dan gak ke save..jadi pendek yang terpenting cerita tersampaikan...maaf ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Perfect and Cute Girl
FanfictionPerjodohan antara Namikaze Naruto,sang CEO yang perfeksionis dengan gadis manis cenderung kekanak-kanakan,Hyuga Hinata.akankah cinta bersemi??