Prolog

11.6K 1.1K 70
                                    

Aku menggoyang-goyangkan kaki dengan kasar, hingga sepasang sepatu hak tinggi yang menyiksa seharian ini terlepas. Lalu dengan terhuyung-huyung merambat sepanjang tembok, mencari di mana pintu kamar berada.

Sial! Biasanya tiga sampai empat gelas bir saja tidak akan mampu membuatku goyang, apalagi mabuk sampai seperti ini. Namun kali ini pusingnya luar biasa. Berputar ... berputar.

Aku nyaris memekik girang, ketika telapak tangan akhirnya menyentuh benda yang kuyakini adalah kenop pintu. Dengan bersemangat kugerakan, berharap pintu segera terbuka. Memang tidak lama pintu terbuka, tapi karena keseimbangan yang buruk, aku terjerembab, jatuh ke lantai yang dingin.

Berengsek!

Suara erangan lolos dari mulut karena rasa yang lumayan sakit. Sembari mengumpat, kukumpulkan lagi kesadaran yang tersisa. Merangkak menuju tempat tidur, sambil setengah mati melepas stocking, rok, serta blus. Melemparnya secara asal ke segala penjuru, sampai akhirnya berhasil memanjat naik ke atas tempat tidur dengan keadaan nyaris telanjang.

Kasur ini memang luar biasa ... terasa hangat dan super nyaman ....

Ahh! Begini rasanya berada di antara kantuk dan pusing yang luar biasa, antara sadar dan tidak sadar.

Melayang.

***

Mataku berdenyut ketika merasakan cahaya yang menyempil masuk melalui celah-celah kelopak. Rasanya masih enggan membuka mata. Masih tidak terima jika benar pagi sudah menjelang.

Masih dengan mata terkatup, kucoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Kemudian merutuk dengan kesal.

Damn, Ryu! Dia sengaja membuatku mabuk! Aku yakin dia sengaja!

Kukatup kedua bibir erat, sembari menahan mual saat mengingat bagaimana semalam Ryu berhasil mencuri beberapa ciuman dari bibirku.

That bastard! Mengambil kesempatan dari seorang perempuan yang sedang mabuk. Awas nanti!

Mendadak mataku terbelalak, teringat kalau pagi ini akan ada meeting dengan salah satu investor untuk TReal, perusahaan property tempatku bekerja. Shit!

Dengan kesal aku menendang-nendang bed cover yang menutupi tubuh. Heran, seingatku semalam sama sekali tidak menarik apa pun untuk membalut tubuh, ini merepotkan disaat aku sedang terburu-buru.

Sedikit melompat, dalam satu gerakan aku sudah berdiri di atas kasur. Memandang jam di dinding yang menunjukkan pukul 6:30 pagi. Astaga! Aku harus berangkat jam tujuh kalau tidak mau terlambat.

"Jojo!" Nama itu terbersit begitu saja. Aku harus segera menelepon asistenku itu, agar   berangkat ke lokasi meeting dengan membawa berkas-berkas yang sudah disiapkan semalam di meja kantor. Tidak akan sempat kalau aku harus ke kantor terlebih dahulu.

Aku meraba-raba kasur, mencari ponsel. Tanganku menelusup ke balik bed cover. Ke kanan dan ke ki ... ri ....

Ada sesuatu yang hangat dan sepertinya bernapas teraba di balik bed cover. Cepat kutarik tangan. Siapa?

Perlahan, dengan hati-hati aku mengangkat bed cover berwarna ungu itu. Dengan sekali entak kubuat tersingkap.

Seorang anak perempuan kecil berpiama pink nampak tidur meringkuk. Matanya mengerjap-ngerjap, bisa jadi karena cahaya matahari yang tetiba masuk kedalam matanya. Kutatap dengan seksama. Mendekati wajah ke wajahnya. Tiba-tiba mata itu terbuka.

"Mom ...," gumamnya, setengah mengantuk menatapku. Kutajamkan telinga, tidak yakin dengan apa yang terdengar.

"Mommy ...," panggilnya lagi, kali ini matanya sudah membulat menatapku dengan senyum super manis.

Sesaat aku menolak untuk bernapas. Tunggu ... barusan dia memanggilku apa?

Mom??!!

My Beautiful Alessandria (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang