sembilan belas

4.6K 574 22
                                    

Kin POV

Aku mondar mandir sedari tadi di ruang depan. Alessandria menatapku sambil memakan snack coklat krim stroberi kesukaannya. Bola matanya bergerak mengikuti gerakkanku. Ke kanan...dan ke kiri.

"Mommy, apa Mommy mau snack?" tanyanya sambil menyodorkan plastik kecil berisi snack.

Aku berhenti sejenak dan menatap ke arahnya. Tersenyum sekilas dan kembali mondar mandir.

Aku sedang berpikir keras, apakah aku harus mengikuti keinginan Daniel untuk menikahinya? Apa aku merasa aman kalau menikah dengannya? Apa aku yakin kalau dia tidak akan menyakitiku?

Kembali aku menatap ke arah Alessandria. Apa aku yakin kalau suatu saat dia tidak akan memisahkan kami?

"Alessandria," panggilku sambil berlutut di depannya dan merentangkan kedua tangan. "Mommy butuh kekuatan."

Dia menatapku bingung sebentar. Aku menggoyangkan kedua tanganku, memintanya memelukku.

Alessandria langsung menghambur ke arahku. Memelukku kencang.

"Ini kekuatan untuk Mommy," katanya sambil terus memelukku, lalu mencium keningku. Aku balas mencium pucuk kepalanya dengan sayang.

"Ada apa Mommy?" tanyanya sambil masih bermanja di pelukkanku.

"Tidak ada apa-apa," kataku sambil mengajaknya kembali duduk di atas sofa.

"Apa Mommy masih tidak percaya kalau aku anak Mommy?" tanyanya lagi dengan wajah muram.

Aku menatap mata bulatnya. Jantungku berdebar melihat matanya. Mata yang sama dengan mata ibuku.

"Aku sudah tidak peduli," kataku sambil mengelus kepalanya, "Kamu anakku, apapun yang terjadi. Kita tidak akan pernah membahas hal yang kemarin lagi. Lupakan."

Mata bulat itu sekarang berbinar. Mengerjap dengan indah. Senyum manis mengembang di bibir tipisnya. Alessandria terlihat bahagia mendengar apa yang ku katakan.

"Maafkan Mommy. Okay?" kataku lagi. Dan dia mengangguk.

Aku meletakkan tengkukku ke sandaran sofa. Mataku sekarang melayang ke arah langit-langit. Pikiranku terbang ke alam penuh tanya. Apa aku akan menikah? Haruskah aku menikah? Mengapa aku harus menikah?

"Jadi," Alessandria menyandarkan kepalanya di lenganku, "kapan Mommy dan Daddy akan benar menikah?" tanyanya yang membuatku tersadar dari lamunanku.

Aku menatap Alessandria. "Apa kau yakin dia tepat menjadi Daddymu?" tanyaku.

"Dia memang Daddyku. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku ada?" dia malah balik bertanya. Aku mengangkat bahuku. Antara paham dan tidak paham dengan apa yang dikatakannya.

"Kalau begitu, aku harus menikah dengannya, ya?" Aku menanyakan pertanyaan yang seharusnya kutujukan ke diriku sendiri.

Alessandria memelukku lagi.

"Aku ingin Mommy bahagia," katanya dengan suara lembut yang tajam.

*******

Bel rumahku berdering tidak putus-putus. Tergesa aku berlari dari dalam kamar ke ruang depan. Sudah jam sebelas malam. Alessandria bahkan sudah tertidur sejak tadi.

"Siapa?" tanyaku dari dalam sebelum aku membuka pintu. Berharap orang yang menekan bel di luar sana menjawab pertanyaanku.

Hening. Tidak ada jawaban. Aku masih mematung menunggu jawaban ketika bel itu berdering lagi.

My Beautiful Alessandria (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang