"Aku pasti salah dengar, aku pasti salah lihat."
Pemuda usia belasan itu berlarian di bandara, melewati anak tangga eskalator dengan tergesa. Beberapa orang yang menghalangi larinya di tepis sehingga mau tidak mau menepi dengan wajah kesal.
Bandara cukup ramai hari itu. Ini menjelang tahun baru, jadi banyak keluarga yang akan melakukan perjalanan panjang.
Seperti ibunya. Dia akan berpergian hari ini, meninggalkan ayahnya dan dirinya. Parahnya, ibunya akan pergi bersama pria lain.
Dia tanpa sengaja mendengar percakapan rahasia itu. Antara ibunya dan seseorang. Tentang rencana melarikan diri bersama.
Dia bukan lagi bocah kecil yang tidak mengerti arti tiap kata yang dia dengar. Atau arti desahan yang dia dengar di balik pintu kamar utama setiap kali ayahnya pergi bekerja. Atau alasan ibunya yang mengatakan, "Dia hanya seorang teman." Padahal pria itu keluar dari kamar dengan wajah puas, dan ibunya muncul dengan wajah memerah.
Demi Tuhan! Dia sudah berusia lima belas tahun.
Pemuda itu celingak-celinguk, menatap jeli tiap antrian manusia yang mencoba masuk untuk check-in atau boarding.
Tidak lama matanya terhenti pada seorang perempuan berambut kecoklatan yang terlihat anggun, bahkan meski tampak belakang seperti ini dia dapat mengenalinya. Itu wanita yang melahirkannya, wanita kepercayaannya sejak saat lahir, wanita yang menjadi panutannya, yang menjadi patokkannya dalam menentukan tambatan hatinya. Itu ibunya.
Yang dilihatnya selanjutnya tidak menyenangkan. Seorang pria muda nampak melingkarkan tangan kekarnya di pinggang ibunya. Sesekali tangan itu bergerak menggelitik atau mengelus punggung ibunya. Lalu berbisik dengan bibir yang menyentuh telinga ibunya. Dan dengan tidak sopannya mencium telinganya, pipinya, lalu bibirnya.
"Pengkhianat!" geramnya. Lalu dengan marah dia mempercepat langkahnya, semakin dekat dengan pasangan yang membuatnya muak itu. Menepis puluhan orang yang menghalangi langkahnya dan ketika dia sudah dekat, dia menarik tangan yang menyentuh dan memeluk ibunya tanpa ijin. Dan tanpa ampun menghantamkan kepalan kencangnya ke bibir yang dengan lancang berani mencium ibunya itu.
Ibunya tercengang dan berteriak histeris demi melihat pria itu ambruk.
"Itu karena kau jatuh dalam perangkap ibuku, pria bodoh!"
Lalu dia menatap ibunya, dan meludahi wajahnya kasar...
"Itu karena kau begitu murah, pengkhianat!"
*******
Daniel POV
Aku menatap Kin, perempuan yang saat ini tertidur dalam pelukkanku. Dan aku bersyukur karena aku berhasil menjaga martabatku sebagai lelaki, dan kepercayaannya sebagai perempuan.
Aku sudah menganggap perempuan ini sebagai wanitaku. Milikku. Sejak aku melihatnya pertama kali. Sejak dia terlihat kikuk dengan roknya, dan ketika begitu pecaya diri menggenggam tanganku saat berjabat tangan. Saat wajahnya merasa canggung karena kata-kata dan tatapanku yang menggoda, saat dengan beraninya berteriak dan menolakku. Dan semakin semakin menyukainya saat dia mengatakan kalau dia, tidak suka terikat. Kami sama!
Aku sudah tau, kalau perempuan ini adalah seorang yang tepat untuk kujadikan pedampingku. Tidak, bukan untuk menikah. Tapi untuk berbagi ketidakwarasan kami. Berbagi kesepian, berbagi kesakitan dan berbagi rasa ketidakpercayaan. Aku bahagia, menemukannya. Seseorang yang tidak waras, sama sepertiku.
Kin tiba-tiba menggeliat dalam dekapanku. Matanya mengerjap-ngerjap, dia sungguh cantik. Sebagai perempuan, visualnya sungguh sempurna.
Matanya terbuka dan menyipit berusaha menatapku. Aku bisa mencium bau rambutnya yang beraroma mint menyegarkan. Aku menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Alessandria (completed)
General FictionRepublished. Bakal tayang tiap Rabu. #46 in GenFic (8 ags 2017) #82 in GenFic (5 ags 2017) #84 in GenFic (6 apr 2017) #81 in GenFic (14 apr 2017) Bagi Kin, kebebasan adalah yang utama. Dia ingin hidup yang bebas sebebas-bebasnya. Bahkan kata menikah...