Aku harap aku salah dengar. Yang benar saja? Menikah? Bahkan berhubungan serius dengannya pun tidak pernah ada di pikiranku. Memangnya dia siapa memintaku menikahinya hanya kerena ibunya menginginkannya demikian.
"Aku tidak akan menikah!" ketusku.
"Aku tau," katanya. "Kau pikir aku mau? Aku juga sedang memikirkan bagaimana caranya supaya aku tidak menikah denganmu." Dia sepertinya tidak kalah kesalnya denganku.
Aku mendengus. Seharusnya dia langsung mengatakan tidak pada saat ibunya memintanya melakukan itu. Pernikahan is not my thing.
"Jadi kita akan kemana sekarang? Kau mau mendiskusikan apa denganku?" tanyaku.
Daniel melirik ke kursi belakang lewat spion tengah. Alessandria terlihat sedang menikmati pemandangan di luar jendela.
"Nanti saja." Lalu dia kembali berkonsentrasi dengan jalan di depannya. Okay, aku paham. Mungkin tidak baik bagi Alessandria mendengarkan kami berdebat seperti ini. Jadi aku harus menahan diri.
"Jadi ke taman hiburan?" tanya Daniel.
Aku berbalik melihat Alessandria yang saat ini matanya berbinar. Moodku sebenarnya sudah hilang untuk pergi ke taman hiburan. Tapi mata bulat itu terlihat sangat berharap. Mana tega?
"Jadi?" tanyaku bertanya menggoda ke arahnya.
"Jadi dong, Mommy! Jadi ya...jadi ya, Daddy." Dia terdengar bersemangat.
"Okay!" seruku tak kalah bersemangat, "let's go, Daddy!" Aku menatap ke arah Daniel, menunggu reaksinya. Tapi dia tidak mengatakan apapun, dia hanya tersenyum.
Oh my God, aku menepis bayangan yang melintas di kepalaku. Kau tau, bayangan itu. Bayangan mengenai sebuah keluarga kecil. Itu membuatku bergidik. Itu menakutkan.
*******
Daniel menyerahkan tiga buah tiket ke arah petugas penjaga wahana bianglala. Alessandria melompat-lompat kegirangan tidak sabar. Sejak awal dia langsung menunjuk kincir raksasa dengan sangkar-sangkar berisi manusia yang bergelantungan di sekelilingnya itu.
Si petugas menerima tiket kami, tapi kemudian mengembalikan satu kepada Daniel.
"Kelebihan satu Pak," katanya sambil tersenyum ramah dan menyerahkan tiket yang di sebut kelebihan itu ke tangan Daniel.
"Apa anak lima tahun tidak di hitung?" tanya Daniel bingung.
"Kami bertiga, Pak. Apa anak kami tidak di hitung?" tanyaku menambahkan.
"Anak?" tanyanya sambil celingukan seperti mencari-cari sesuatu. Apa penglihatan bapak petugas ini bermasalah? Atau dia ada kesulitan berhitung? Masa dia tidak bisa melihat kami bertiga? Aneh.
"Ya sudah...yuk!" Aku menarik Daniel yang sepertinya hendak mengucapkan sesuatu lagi kepada si petugas, karena Alessandria sudah berkali-kali menarik tanganku untuk segera naik. "Anggap saja bonus." bisikku ke telinganya.
Daniel mendelik tidak setuju. Tapi akhirnya dia mengikuti juga setelah melempar pandangan aneh bercampur kesal ke arah petugas.
Petugas itu tidak berkomentar apa-apa lagi. Dia membantu kami mengunci sangkar kami. Dan mendorongnya perlahan sehingga kami mulai berputar.
"Kau menyukainya?" tanyaku pada Alessandria. Dia mengangguk kencang.
"Aku suka, Mom!" jeritnya senang.
"Kalau begitu," Daniel mengacak rambut Alessandria pelan, "kita akan sering-sering datang ke sini. Setuju?".
"Yeaaaa!!!" Alessandria bersorak girang dan menghambur ke arah Daniel. Dia memeluk pria yang di panggilnya ayah itu kencang-kencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Alessandria (completed)
General FictionRepublished. Bakal tayang tiap Rabu. #46 in GenFic (8 ags 2017) #82 in GenFic (5 ags 2017) #84 in GenFic (6 apr 2017) #81 in GenFic (14 apr 2017) Bagi Kin, kebebasan adalah yang utama. Dia ingin hidup yang bebas sebebas-bebasnya. Bahkan kata menikah...