Tempat tidurku yang berukuran queen size nampak penuh. Alessandria memaksa Daniel untuk tidur bersamanya. Dia memeluk sayang Daniel sambil terlelap. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Mereka terlihat mesra layaknya ayah dan anak yang sebenarnya.
Daniel sendiri sepertinya juga sudah pulas karena mabuknya. Aku tidak yakin dia menyadari kalau Alessandria memanggilnya, daddy. Yah! aku tidak mengerti mengapa belakangan ini banyak hal-hal aneh yang terjadi.
Aku merapihkan bedcover yang menutupi tubuh mereka dengan hati-hati. Aku tidak ingin mereka terbangun. Dan setelahnya, berencana untuk tidur di sofa saja.
Kucium pipi Alessandria, dan dengan sangat perlahan bergeser hendak turun. Namun seseorang mencoba menahan. Menggenggam tanganku yang masih tergeletak di atas bedcover. Terkejut, aku memutar kepala. Daniel, dia menggenggamku dengan kuat. Matanya masih terpejam.
Aku mencoba menarik tangan, tapi genggamannya lebih kuat. Aku hampir putus asa ketika dia perlahan membuka mata.
"Tidurlah bersama kami," ucapnya perlahan di sela kantuknya.
"Apa kau bangun?" tanyaku tidak kalah pelan.
"Disini masih luas, kau tidur di sini juga ya," pintanya sambil menutup matanya kembali. Sepertinya dia benar-benar tidak mampu lagi menahan kantuknya.
Aku menghela napasku panjang, menatap Alessandria dan Daniel bergantian. Perlahan aku bergeser, mencoba berbaring dengan tangan yang masih belum bebas. Menyejajarkan tubuhku dengan tubuh mereka. Alessandria tidur memunggungiku.
Aku tidak mau membayangkan apapun. Tidur bertiga seperti ini -demi Tuhan- aku tidak mau membayangkan tentang apapun.
***
Pagi ini aku terbangun dengan terkejut. Alessandria masih terlelap, kali ini dia memelukku. Aku menatap wajahnya, senyuman masih membekas di bibirnya. Sebahagia itukah dia?
Aku menatap ke belakang punggungnya, Daniel sudah tidak ada. Oh, mungkin saja dia sudah pulang pagi-pagi sekali dan menyesal karena tertidur di kamarku, bersama seorang anak kecil yang memanggilnya, daddy. Hmmm typical.
Aku menggeser tubuh Alessandria, melepas pelukkannya. Dia menggeliat dan mengubah letak tidurnya. Dia benar-benar terlihat seperti malaikat kecil.
Aku beranjak dari kamar dan langsung ke kamar mandi. Hal pertama yang kulakukan adalah mandi. Aku membiarkan pancuran air dingin membasahi wajahku, menyegarkan tubuhku. Setelah selesai, dengan santai aku melilitkan handuk putih ke tubuhku, dan selembar handuk yang ukurannya lebih kecil ke kepalaku yang basah.
Hal pertama yang kurasakan setelah mandi adalah haus. Jadi aku langsung menuju dapur.
Hampir saja aku melompat saking terkejutnya, melihat Daniel sedang duduk di kursi makan sambil menyesap kopi di dalam cangkir dan mengutak-atik handphone nya.
Dia melirik ku sebentar dan berdecak ketika melihat penampilanku. Refleks aku merengut handukku lebih rapat. Aku khawatir handuk itu akan jatuh dan pria itu akan mendapatkan pemandangan bagus di pagi hari. Maksudku, itu bagus untuknya, sial bagiku.
"Apa kamu selalu seseksi ini setiap pagi?" tanyanya sambil meletakkan handphonenya di meja dan berjalan ke meja dapur.
Dia menuangkan air putih di gelas dan menyerahkannya padaku.
"Begitu bangun, air putih dulu. Itu baik untukmu," katanya sambil tersenyum.
Aku meringis mengambil gelas dari tangannya dan meminumnya sampai habis. Kerongkonganku terasa lega sekarang. Daniel mengambil gelas kosong dari tanganku dan meletakkannya di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Alessandria (completed)
General FictionRepublished. Bakal tayang tiap Rabu. #46 in GenFic (8 ags 2017) #82 in GenFic (5 ags 2017) #84 in GenFic (6 apr 2017) #81 in GenFic (14 apr 2017) Bagi Kin, kebebasan adalah yang utama. Dia ingin hidup yang bebas sebebas-bebasnya. Bahkan kata menikah...