Sudah 3 tahun, lebih tepatnya.
Tiga tahun lelaki itu menunggu kedatangan seorang perempuan mungil yang selalu mengisi hari-harinya dengan senyuman manis, tertawa lepasnya, dan ekspresi-ekspresi unik lainnya yang hanya dimiliki-nya seorang.
Sudah tiga tahun, perempuan mungil itu hilang. Hilang entah kemana.
Masih terbayang-bayang di otak Zayn saat 3 tahun yang lalu, saat Zayn menelfon perempuan itu dan suara serak-serak basah miliknya berkata; Gue janji. Gue janji bakal balik.
Tapi, dia tidak pernah pulang.
No calls, No mails, Just gone.
Iya, lelaki berparas arab itu sudah mencoba menghubungi semuanya. Ia bahkan dengan nekatnya sudah beberapa kali datang ke Orlando dengan uang yang cukup sedikit untuk mencari seseorang yang dari dulu bisa merebut hatinya itu. Tetapi hasilnya nihil, Bianca Ships dan keluarganya menghilang tanpa jejak.
Zayn dan teman-teman lainnya sudah menamatkan kuliahnya kurang lebih dua bulan yang lalu. Iya, waktu 3 tahun adalah waktu yang lama. Tetapi tetap saja, Bianca Ships tidak pernah kembali.
Boro-boro kembali, menghubungi saja tidak pernah.
"Zayn," Suara wanita paruh baya dari belakang pintu kamar Zayn membuat lelaki itu menoleh.
"Ya, ma?"
Trisha Malik memeluk putranya dan berbisik, "Udah sebulanan kamu nganggur, dan mama gapernah tau kenapa kamu bisa nganggur selama itu padahal banyak yang nawarin kamu job." Trisha-pun melepaskan pelukannya, "Kamu masih mikirin dia, kan?"
Zayn menatap Ibunya dalam-dalam, feeling seorang ibu terhadap anaknya biasanya selalu benar memang.
"Kalo kamu masih belum mau ngomongin itu juga nggak apa-apa. Goodluck, sweetheart. Jangan gugup saat di interview nanti, stay focus."
Lelaki itu tersenyum lebar dan kembali memeluk ibunya. "Doain ya ma, semoga nanti lancar."
-
"Anda Zayn Malik?" Tanya seorang perempuan yang ber-nametag khas perusahaan labeur. Dia pasti pekerja tetap di perusahaan ini.
"Iya."
Perempuan itu menunjuk ke-arah barat. "Interview-nya di ruangan sebelah sana, yang pintunya bertuliskan 30D."
Zayn bangkit dari kursinya, "Thanks!" Katanya sembari berjalan masuk ke dalam ruangan yang tadi ditunjukan oleh perempuan tadi.
"Silahkan." Sapa seorang lelaki dengan ramah. Di jas-nya terdapat nametag khas perusahaan labeur, dengan bertuliskan; Cole Sprouse - President.
Gua di interview langsung sama yang punya perusahaan? Wow. Batin Zayn dengan gugup.
"Anda Zayn malik? Maaf ya sebelumnya, jujur, saya kagum banget setelah liat portofolio yang anda ajukan ke perusahaan ini."
Zayn tersenyum tipis sambil menahan betapa bahagianya dia saat ini. Kalau tidak ditahan, bisa-bisa ia memeluk calon bos-nya ini dan hilanglah kesempatan untuk bekerja di perusahaan labeur.

KAMU SEDANG MEMBACA
space between us ☁️ zjm
Fanfiction"the space between us doesn't matter, z." sequel of heartless✖️ z.m copyright © 2016 by acheel & calista.