sembilan belas

2.5K 314 94
                                    

"But If you loved me, why did you leave me?"

song for this chapter: kodaline - all i want.


Arloji yang melingkar di pergelangan tangan Zayn menunjukan pukul setengah tujuh malam. Lelaki itu-pun langsung menghela nafasnya dalam-dalam.

"Lu mau sampe kapan diem? Gua udah duduk di restoran ini dua setengah jam," Tegur Zayn dengan menggunakan nada tinggi. "Wasting time banget gua disini."

Yang diajak bicara itu menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap wajah Zayn. Bukannya perempuan itu takut atau apa— tetapi ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di tiga tahun terakhir ini.

Karena tidak sabar dengan kelakuan sahabatnya itu, Zayn langsung berdiri dari tempat ia duduk. "Gua kecewa berat sama lu, Bi." Katanya sambil berjalan menuju pintu keluar restoran dan meninggalkan Bianca Ships sendirian di dalam restoran.

"Z, tunggu!" Bianca mengejar Zayn yang tengah berjalan itu. "Gue minta maaf, Zayn, please." Lanjutnya.

Zayn berhenti dan menghampiri Bianca yang berada tepat di belakangnya. "Buat apa, tuh? Buat ngilang tanpa jejak dari pas SMA dulu sampe sekarang? Apa lu minta maaf karena tiga tahun yang lalu lu tiba-tiba ngilang lagi? Atau karena lu mau kawin sama bos gua? Atau apa lu mau minta maaf karena lu selama ini udah nyia-nyiain perasaan gua? Apa, Bi?"

"Buat—hiks— buat semuanya, Zayn." Tangisan Bianca yang sedari tadi ia tahan itu-pun akhirnya pecah juga. Tetapi gadis itu tetap bersikeras untuk kembali menahan tangisannya. "Gue—gue mau jelasin semuanya. Tapi tolong kasih gue waktu."

Mendengar jawaban Bianca itu-pun membuat perasaan marah Zayn menjadi semakin berapi-api. Tanpa lelaki itu sadari, tangannya sudah berada di posisi mengepal— yang artinya, siap untuk menonjok.

"Waktu? Asal lu tau aja gua selalu kasih lu waktu—, dari zaman lulus SMA lu udah lama ngilang tanpa kabar dan akhirnya gua berhasil nemuin lu di universitas, dan nggak lama setelah itu— lu ngilang, lagi. Tiga tahun lu ngilang lagi, dan gua—" Zayn akhirnya memilih untuk berhenti melanjutkan karena perasaan amarah-lah yang sudah mengendalikan dirinya.

"Please, Z, this is not the real you." Bisik Bianca sambil menangis tersedu-sedu karena melihat sahabatnya yang terlihat benar-benar fucked up.

Lelaki berparas arab itu menghela nafas dan akhirnya mulai bisa mengatur amarahnya, lalu ia melanjutkan, "Gua hancur, Bi. Gua hancur."

"Tapi sekarang gue disini, please, kasih gue waktu buat jelasin." Gadis itu mengelap air matanya yang terus berjatuhan dari matanya. "Kita daritadi diliatin orang, kita cari tempat lain aja. Jangan di tengah jalan gini."

Zayn tidak tahu apa yang dikatakan Bianca adalah hal yang benar untuk lelaki itu lakukan atau tidak, tetapi kepala lelaki itu mengangguk.

••

"Ini kantor kecil-kecilan gue. Jangan diberantakin karena besok gue ada rapat jam sembilan pagi." Jelas Bianca sambil membuka pintu kantornya. "Sini, masuk!"

Zayn masuk ke dalam kantor yang bernama Ships Co. itu. Sebenarnya bangunan ini tidak terlalu pantas disebut kantor karena letaknya yang kecil dan lebih mirip seperti rumah biasa. Tetapi memang furniture disini sangatlah artistic dan benar-benar mendeskripsikan keadaan kantor yang sebenarnya.

"Hebat amat lu udah bisa punya kantor." Canda Zayn sambil melihat-lihat sekitar dan betapa remuk hati lelaki itu setelah melihat beberapa foto yang digantung di dinding kantor Bianca.

Foto liburan Bianca dan Cole.

"Sini duduk." Bianca mempersilahkan Zayn duduk di sebuah kursi ruangan tengah kantornya. Gadis itu juga memberi Zayn secangkir kopi yang telah dibuatnya dengan ekstra gula karena ia tahu kalau Zayn sangat menyukai manis.

space between us ☁️ zjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang