#7 The First Meeting

5.6K 699 26
                                    

Gue gak ngerti gimana caranya Audy bisa ngerayu bos-nya sampai-sampai jam 6 ini dia udah duduk manis di dalam mobil sama gue, on the way ke Bunga Rampai buat ketemu Mama. Padahal seingat gue dia baru benar-benar bangkit dari kasurnya jam 7, pas gue mau berangkat, and I've lived with her long enough to know how much time she spends on doing her make-up and other... stuffs.

"Beneran nih Si Bos bolehin kamu pergi gitu aja?" tanya gue sekali lagi berusaha meyakinkan dia, dan mostly diri gue sendiri.

Audy mengangguk. "Mm-hm. I have my way, you know. Aku kan anak kesayangannya dia" jawabnya sambil terus serius memperhatikan jalanan yang macet dari balik kaca mobil.

Oiya, Audy itu punya 3 hobi yang bisa disingkat jadi 3M: mabok, make up, dan melihat jalanan. Yang pertama itu gak usah dijelasin lagi lah ya, udah jelas banget kan seberapa suka dia minum-minum. Kalau make up setau gue dia suka karena katanya dia suka mainan warna, I lost count how many lipsticks and eyeshadows (bener kan namanya eyeshadow yang buat warnain mata itu?) she has. Nah, yang terakhir ini rada unik.

Audy suka ngeliatin hiruk pikuk jalanan. Katanya, the hustle and bustle on the street of this city is what keeps her sane.

"Coba deh kalau kamu anaknya gak perhatian sama apa yang terjadi di jalanan. Balik kantor, abis diomelin Pak Bos, macet pula, bawaannya pengen marahin semua orang aja kan. Tapi terus kamu lihat bapak-bapak paruh baya jualan lap di lampu merah, terus kamu liat anak-anak kecil ngejar metromini buat ngamen, kamu liat orang yang kamu gak tau siapa tidur di gerobaknya di trotoar. Then you'll feel like your life is actually not as bad as it seems"

Gue jujur terkesima banget pas pertama kali dia menjelaskan hobinya yang satu itu.

"Ngeliatin jalanan itu cara aku to keep my feet on the ground. To stay grateful for whatever it is I have in my life right now. Kalau nggak gitu, kita nggak akan pernah bersyukur dan ujung-ujungnya jadi rakus"

Well explained. Gak salah gue milih dia buat jadi partner hidup gue.

"So, how's your day?" Audy menoleh kearah gue yang masih serius menyetir membelah rimba kendaraan sore ini.

"It's alright. Busy day at the office, but I have it all under control" gue mengangguk.

"Mama gimana?"

Gue mengangkat alis gue dan menoleh sejenak kearahnya sebelum kembali fokus menyetir, lampu ijonya dikit lagi habis soalnya. "Dia udah nelfonin aku dari jam 4, too excited to meet you it seems"

Gue menyukai ini. Gue menyukai Audy yang sudah mulai bisa membicarakan soal Mama dan pertemuan ini dengan nyaman bersama gue. Tapi gue gak bisa gak penasaran, ada apa kok tiba-tiba dia bisa berubah gini?

Kemudian handphone gue bunyi.

"Mama nelfon tuh, angkat gih" Audy mengangsurkan iPhone tersebut kepada gue.

Gue menerima ponsel tersebut dan menempelkannya di kuping gue sementara satu tangan sibuk memegang kendali setir.

"Halo, Ma? Oh udah disana? Iya ini Jevin sama Audy lagi di jalan. Macet banget tadi depan kantor, Ma. Iya sebentar lagi Jevin sampe kok. Bye, Ma. Love you" gue mematikan ponsel dan mengangsurkannya kembali pada Audy.

"Mama udah sampe katanya, Dy"

Audy mengangkat alisnya. "Oh? Gapapa kan tapi kalo Mama nunggu sebentar? Kita udah mau nyampe kan"

Gue membawa mobil gue memasuki pelataran parkir Bunga Rampai. "Actually... we're here"

Audy menurunkan visor dan mengecek refleksi dirinya di cermin, dia keluarkan sisir dan lipstick dari tasnya lalu membereskan keseluruhan dandanannya sore ini sambil gue parkir. Gue memperhatikannya sambil senyum-senyum sendiri.

After Six: JevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang