#3 The Habits

6.3K 815 30
                                        

Audy suka mabuk, itu satu. Tapi bukan berarti dia tiap hari mabuk, itu namanya alkoholik. She just likes to get drunk every now and then. Biasanya sih di malam Sabtu atau malam Minggu, nggak kuat kalau harus hangover pagi-pagi sebelum ngantor katanya.

Audy juga suka apartemen gue. Katanya apartemen gue tampak nyaman dan hangat kalau dibandingin sama apartemen dia. Mungkin ini ya yang bikin Audy hobi banget nginep di tempat gue—kayanya bahkan sejak pacaran sama gue, dia lebih sering tinggal di tempat gue daripada tempatnya sendiri. Ya, gue gak akan komplain sih. Masa rejeki gue tolak? I like having her around, bikin apartemen gue yang tadinya sepi ngalahin Jakarta pas lebaran jadi sedikit lebih hidup dengan tawa dan celotehan dia yang kadang suka diluar nalar.

Apa lagi ya? Hm... Audy suka kucing, suka susu, suka nyolong kaos gue (hoodie juga), suka ngomel kalau dia harus membawa pulang pekerjaan di kantornya, dan suka ngusel.

Yang terakhir mungkin harus gue tambahin pake kata banget.

Dia punya kebiasaan khusus setiap habis mabuk. Setelah gue berhasil dengan susah payah membawa dia pulang dan mengganti pakaiannya ke kaus bersih apapun itu yang gue punya, gue biasanya akan membiarkan dia tidur di kasur gue sementara gue sendiri memilih untuk tidur di sofa ruang tengah sambil nonton TV. Paginya baru, setelah dia selesai mengurusi hangover-nya, dia akan membangunkan gue dengan bisikan pelan di telinga gue and sleepy morning kisses that tastes faintly like alcohol and strawberry.

"Wake up, sleepybutt"

Begitu biasanya isi bisikannya.

"Just 5 more minutes"

Dan begitu biasanya gue merespon sebelum menarik dia ke pelukan gue untuk menjadikannya guling gue selama 5 menit kedepan

Audy gak akan komplain, justru dia akan menikmati kesempatan ini dengan melakukan kegiatan favoritnya; ngusel. Awalnya cuma minta 5 menit, ujung-ujungnya kita gak akan ada yang bangkit dari sofa itu sampai jam makan siang tiba.

"Jev, ayo sarapan" ujarnya setelah puas nguselin gue.

"Ayo" jawab gue singkat, tapi masih nggak bergerak dari posisi gue diatas sofa.

Audy kemudian bangun dan duduk diatas perut gue. "Ayo ayo doang kamu mah, gerak dong. Laper nih aku" ia menarik-narik lengan gue pelan.

"Ya ayo, sarapan. Sarapan aku kan kamu" gue nyengir lebar.

Audy melempar muka gue dengan bantal sofa sambil tertawa lepas, kemudian ngacir ke dapur.

"Aku itung sampe 3 kalo kamu gak kesini, you won't get any breakfast or 'breakfast'" ia mengedipkan matanya dengan jenaka sebelum mengenakan apron diatas kaus Metallica gue yang dia pakai hari itu.

"Damn you, woman"

Dan begitulah cara Audy membangunkan sleepybutt-nya ini setiap weekend.

Kalau weekdays, ceritanya beda lagi. Jika kebetulan Audy lagi nginep di tempat gue, biasanya gue yang akan bangun duluan dari dia. Karena gue anaknya nggak tegaan, maka gue akan membiarkan Audy tidur dulu sambil gue mandi, baru abis itu gue bangunin dia.

"Audy, ayo bangun"

Yang dia balas dengan,

"Mmm..." terus ngulet. Tapi nggak bangun.

"Audy, bangun. Telat kamu nanti"

"Mm" terus ngulet lagi. Tapi masih nggak bangun.

"Audya"

Kali ini Audy pasti minimal akan membuka sebelah matanya dan menatap gue dengan alis berkerut. "Ngantuk, Jev"

"I'll make you coffee. Come on, up up!" gue menarik lengannya dia sampai dia terduduk diatas ranjang, masih dengan mata terpejam.

Audy kemudian menguap lalu ngulet sekali lagi. Habis itu dia pasti akan menyandarkan kepalanya di bahu gue selama beberapa detik sebelum mencium leher gue ringan. "I'm up, I'm up"

Gue terkekeh dan mengacak rambutnya dengan gemas. "Yaudah sana mandi, aku tunggu di dapur"

"Mandiin"

Kali ini gue nggak bisa nggak tertawa melihat tingkahnya yang udah kaya bayi gede. Gue tangkup wajahnya yang masih digelayuti kantuk, kemudian gue cium bibirnya berkali-kali. Audy tersenyum lebar dan ikut tertawa bareng gue. Akhirnya, gue pun terpaksa mandi lagi.

After Six: JevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang