Gue dan Audy resmi 'berpacaran' cuma 3 bulan setelah pertemuan kita di rapat tegang waktu itu. Gue dan dia bertukar kontak dan beberapa kali jalan bareng atau sekedar makan siang bareng karena kebetulan kantornya gak jauh dari kantor gue.
Audy ternyata masih that girl who throws up on my shoes and thinks the party has just started when it actually just ended. Dia masih suka jackpot sembarangan kalau kita habis clubbing atau sekedar bar-hopping (toleransi alkoholnya rendah, tapi anaknya suka maksa gue bisa apa?), dan kali ini korbannya bukan cuma sepatu tapi jaket gue, jok mobil, bahkan karpet apartemen gue pernah dia 'tandain' selama tenggang waktu kita berpacaran itu.
Pertama kali dia jackpot lagi setelah kita berpacaran, adalah malam minggu ke-3 kita sebagai couple. Dia bilang dia cuma mau nge-bir dikit di Beer Garden, ngilangin stress karena kemarinnya dia abis evaluation meeting di kantor sampe (ini mengutip kata dia) mampus. Ya udah, gue temenin lah dia ke Beer Garden. Nge-birnya sih emang cuma sedikit, tapi abis itu dia malah ngajakin gue ke Empirica.
"Dy, yakin kamu mau lanjut Empirica?" tanya gue sesaat setelah kita keluar Beer Garden.
"Kenapa nggak?" jawab dia santai.
Gue membukakan pintu mobil untuk dia dan menunggu dia duduk sebelum menjawab. "Karena, Audya Prameswari Wirangga, terakhir kali kamu party, I ended up with a barf-smelled shoes. And it was the brand new ones I must add"
Audy tersenyum—jenis senyum yang sama yang dia tampilkan kepada gue saat pertemuan pertama kita di house party dulu itu. "But you're not wearing any brand new shoes right now, aren't you Jev?"
Gue menghela nafas kemudian menggeleng pelan. "Fine. One shot. And no grinding on random guys on the dance floor"
"Aye, Capt'n!"
Damn, that cute little mischievous creature.
Long story short, Audy melanggar peraturan gue malam itu. Bukan, bukan bagian grinding to random guys on the dance floor tenang, tenang. Tapi bagian one shot-nya. One shot, my ass. She drank 3 while I'm still on my first pint of beer.
Dan gue, sebagai designated drunk driver yang budiman, kembali harus mengemban tugas beresiko. Mengantar si pemabuk cantik ini pulang.
"Mau aku anter ke tempat kamu atau kamu mau nginep di tempat aku?" tanya gue setelah gue berhasil memasukkan dia ke mobil dan memastikan bahwa dia aman dengan seatbelt terpasang.
"I'll go wherever you will goooooo... Hik!"
Dia malah nyanyi lagunya The Calling.
"My place it is" gue bergumam kemudian menutup pintu penumpang.
Belum lama setelah mobil kami berhasil keluar dari pelataran parkir Empirica, dia tiba-tiba terduduk tegak dan membuka seatbelt-nya. Ini anak lagi mabok tetep aja batu ya.
"Audy, seatbelt kamu pasang lagi cepet"
Dia menggeleng. "Nuh-uh. Don't wanna"
"Audy"
"I wanna be- Hik! freeeeeee..."
"Audya."
Dia terdiam kemudian meletakkan dagunya di bahu gue. "Jev, why haven't you kissed me?"
Gue terkekeh kemudian mengacak poninya. "Cause you reeked of alcohol"
Audy tertawa keras. Gue meminggirkan mobil sejenak di pertigaan depan demi bisa memasangkan kembali seatbelt Audy yang dengan careless-nya dia buka tadi. Buat para pemilik perusahaan otomotif, kayaknya berguna nih bikin inovasi seatbelt yang gak bisa dibuka sama orang mabuk—for safety measures.
"Lho, ngapain- hik... kamu berent- hik! disini...?"
Satu yang selalu membuat kegiatan mengurusi Audy kalau dia lagi mabuk itu menyenangkan adalah drunk slurs-nya dia yang selalu kepotong-potong sama suara cegukan. Lucu banget pengen gue simpen ini anak di rumah.
"Masangin seatbelt kamu yang tadi kamu copot, Sayang" ujar gue sembari beringsut kearahnya.
Sebelum gue sempat bergerak lebih lanjut untuk meraih seatbelt, Audy sudah keburu mencondongkan tubuhnya dan menempelkan bibirnya di bibir gue. Gue diam. Dia juga diam. Gue lupa siapa duluan yang melanjutkan ciuman itu, yang jelas malam itu gue berakhir dengan bekas lipstick Audy di sekitar wajah dan rahang gue. Sementara Audy berakhir dengan bekas keunguan di lehernya yang gak hilang sampai keesokan harinya.
And that, everyone, was our first kiss.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Six: Jevin
Chick-LitThe minute we shake hands, I have already decided. I like this girl. "Nice to finally meet you, again, Audy" "Nice to meet you too, again, Jevin"