#9 The Day

4.8K 636 19
                                    

Proses pernikahan gue dan Audy berjalan lancar hingga hari H. Gue dan dia sepakat untuk memilih venue di salahsatu hotel di Jakarta, biar kawan-kawan kita yang mau dateng gak ribet kalau harus ke luar kota. Mama sebenarnya awalnya nggak mau karena katanya bosen anaknya dua, nikahnya dua-duanya di hotel. Kakak gue dulu juga nikahnya di hotel soalnya, tapi dia mah kan suaminya tajir melintir jadi dapet lah tuh di Ritz. Kalo gue yang hanya lelaki biasa ini mah mana mampu.

"Adek gue ganteng banget pagi-pagi"

Gue melirik Kakak gue yang lagi mengintip dari balik pintu dengan baby-nya di gendongan. Gue tersenyum dan bangkit dari tempat gue untuk menyapa dia beserta keponakan gue yang yang gembil dengan senyum setengah.

"Makasih lho pujiannya, I'm actually dying in here"

Dia tertawa. Arnetta Adhikara-Pradana, adalah kakak gue satu-satunya yang sekarang tinggal di London bareng suaminya yang pengusaha properti itu. Dia menikah waktu gue masih pusing ngurusin skripsi, tapi baru dikaruniai momongan belakangan ini setelah usaha dan kerja keras yang nggak mudah dan murah. Anaknya, Aquila Dinda Pradana, baru akan menginjak satu tahun dan sangat sangat sangat mengundang untuk dicubit banyak orang karena pipinya yang ngalah-ngalahin bakpao.

"You'll be fine, santai aja kali. Lagian Audy juga keliatannya santai banget tuh tadi pas gue samperin, masa lo kalah sama cewe lo?" dia terkikik. "Iya nggak Qilla? Uncle Jev cemen ya?"

Sialan, masa anak kecil udah diajarin ngecengin gue.

"Mas Daniel mana? Gue mau minta tips biar gak belibet pas akad nih, lo gak membantu sama sekali" gue merengut.

Kak Netta tertawa dan mengacak rambut gue dengan gemas. "Udah gue bilang, santai aja. It's not like there'll be a sudden zombie apocalypse or anything, dude. Chill. Yang penting lo yakin sama diri lo dan pilihan lo ini, udah"

Gue mencolek-colek pipi Baby Qilla sebagai pengalih kecemasan gue. Anak bayi itu malah berusaha menangkap telunjuk gue seolah-olah jari gue ini cangcorang yang nempel-nempel di pipinya. "Qilla kamu sama Uncle Jev aja yuk sini gak usah sama Mama kamu, ya? Mau ya?"

"Yeee! Anak gue jangan lo sabotase, bentar lagi udah mau punya sendiri juga" Kak Netta menyerocos lalu mengelap dagu Qilla dengan saputangannya.

Gue menghela nafas panjang. "Kak, seriously, do you think I'll do well on this?"

Kak Netta tersenyum dan menepuk bahu gue dua kali. "You're an Adhikara, of course you will"

***

Kalau ada yang bilang hari pernikahan lo itu salahsatu hari paling unforgettable dalam hidup lo, mereka gak salah—that's because it is. Audy cantik banget dalam balutan kebaya putih yang dikenakannya hari ini. Rambutnya disanggul sederhana, dan senyumnya—ya Tuhan senyumnya, jantung gue rasanya kayak mau copot liatnya. Hampir aja gue melupakan semua hafalan gue untuk ijab kabul cuma gara-gara bengong ngeliatin Audy yang sebentar lagi akan menyandang nama Adhikara di belakang namanya sendiri.

Turut datang juga hari ini Pakdhe-nya Audy bersama Budhe-nya. Keduanya terbang langsung dari Yogyakarta semalam, demi melihat keponakan mereka satu-satunya ini akhirnya menikah. Mereka berdua kayaknya terharu banget, apalagi sang budhe yang nggak lepas mengusap matanya melihat Audy bersanding dengan gue di depan penghulu. Mungkin dia teringat gimana dulu dia juga pernah menghadiri akad dimana Bunda Audy adalah mempelai dalam balutan kebaya putih itu, dan sekarang janin yang dulu dikandungnya lah yang mengenakannya.

Budhe, jangan khawatir ya saya nggak bakal ninggalin Audy kayak yang dilakukan iparnya Budhe kok. Janji.

Dan ketika akhirnya si penghulu mengucapkan kata-kata pamungkasnya: "Jadi gimana hadirin? Sah? SAH!" gue rasanya kayak anggota Timnas yang abis ngegolin gawang lawan di menit-menit terakhir.

Kalau boleh muter musik gue mau muter We Are The Champion saat itu juga.

Tamu-tamu datang silih berganti mengucapkan ucapan standar 'Selamat Menempuh Hidup Baru' ke gue dan Audy. Temen-temen dan keluarga gue, temen-temen dia, temen-temen Mama. It's not much really, karena emang kita gak ngundang banyak-banyak. Kita mau prosesi nikahan ini se-intimate dan se-akrab mungkin.

Enam Hari gue request khusus buat jadi wedding singer hari ini, cuma karena guenya yang jadi klien maka yang nyanyi jadi cuma Brian, Sandhi, sama Irwan. Ya lumayan lah buat motong budget keseluruhan nikahan. Hehe.

"Lagu ini khusus di-request sama mempelai pria, yang kebetulan juga sohib kita dari jaman kita masih jadi perjaka paling diminati satu kampus sampe sekarang udah jadi bapak-bapak. Tapi belom pada buncit kok tenang" Brian membuka mulut yang disambut dengan tawa seluruh hadirin. "Bro, selamat ye akhirnya lengkap squad kita. Audy, tahan-tahanin ya sama Jevin. Kita tau lo pasti bisa. Kalo gak kuat lambaikan tangan ke kamera aja"

Hadirin tertawa lagi. Audy pun begitu sambil memberikan dua jempol kepada si bangke satu itu.

"Jadi langsung aja nih lagu kali ini judulnya Better Man, yang dipopulerkan oleh... beliau sendiri" Brian menunjuk kearah gue. "Jevin Adhikara, waktu dan tempat dipersilahkan"

Kampret. Gak briefing dulu nih anak-anak, sengaja pada mau ngerjain gue ya?

"Cie vokalis manggung lagi" Audy berbisik dengan senyum jahil di wajahnya.

"Kayaknya temen kita masih malu-malu nih, ayo semangatin dong hadirin" gantian Irwan yang manas-manasin.

"Jevin! Jevin! Jevin! Jevin! Jevin!"

"Ayo Jevin, penonton menunggu nih" sekarang Sandhi.

Terus aja terus.

Audy menyenggol gue dan menggestur kearah panggung mini dekat kolam renang, tempat kampret-kampret itu menanti gue dengan senyuman lebar. "Udah maju aja, aku mau denger kamu nyanyi. Udah lama" kekehnya pelan.

Gue pun menyerah dan bangkit dari tempat gue untuk melangkah keatas panggung. Penonton bersorak dan bertepuk tangan, Audy memberikan dua jempol lagi kali ini untuk gue, sementara Kak Netta membisikkan sesuatu di telinganya yang membuat dia ketawa-ketawa sendiri setelahnya.

"Ladies and Gentlemen, our guitarist, Jevin Adhikara" Brian bersorak heboh di microphone saat gue mengambil gitar akustik milik Sandhi.

Gue berdehem lalu mulai memetik gitar dengan kunci yang sudah gue hafal diluar kepala.

I'm the kind of guy
That'll love to love you baby
You're the kind of girl
I would give up everything for
Baby all I need is your loving all around me
Oooo don't that sound kind of nice

Hey yeah, there is just one thing
That I need to ask you baby
Can we take this kind of slow?
Cause I don't want to mess up
Never felt like this before
And I feel I'm going crazy
But I know I just can't live without you

Gue melirik kearah Audy sebelum melanjutkan ke chorus. Wajahnya yang emang udah dasarnya cantik jadi makin cantik dengan sebuah senyum yang terlengkung di bibirnya. Mau gak mau gue ikut tersenyum.

You make me wanna stand up tall
Clean up my act
Do what is right and be a better man

Change how I walk
Change how I talk
Even though this isn't really me

But just as I am
Do all I can with these two hands for you
But I know I just can't make it alone
Please be my lady...

After Six: JevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang