satu

75 6 2
                                    

Rani melangkah kan kakinya dengan sangat pelan. Matanya hanya menerawang ke depan. Tatapannya kosong.
Sekolah masih sepi, mungkin karena ia datang terlalu pagi.
Matanya sembab,akibat dia menangis semalaman.
rani mencoba mencari mading, untuk melihat dimana kelasnya.
Mata nya berhenti pada kelas x ipa c.
Ya,itu adalah kelas barunya.

Rani menaiki anak tangga,satu demi satu. Masih dengan langkah yang pelan, dan terkesan seperti terseret-seret.

Ceklek

Ia perlahan membuka pintu, ruangan kelas ini masih sangat sepi.
Dia berjalan menuju ke meja paling belakang. Dia benci dengan meja paling depan. Karena duduk di depan membuatnya harus memerhatikan guru terus-menerus.
Rani duduk,tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Kelas ini tetap sepi dan sunyi.
Rani hanya menatap lurus kedepan, entah apa yang sedang ia pikirkan. Kejadian tadi malam terus berputar di pikirannya.
Kejadian yang mungkin sulit ia lupakan, melihat orang yang ia cintai telah memiliki orang lain.

*
Kelas sudah ramai , sudah dipenuhi oleh siswa siswi baru penghuni kelas ini.
Rani telah mendapatkan satu teman. Namanya vinka. Itu sudah cukup baginya,untuk menemaninya berbicara .
Vinka cukup menyenangkan,dan sepertinya tidak bisa diam. cocok untuk dirinya yang pendiam .

Seperti biasa guru meminta muridnya untuk perkenalan sebagai siswa dan siswi baru.
Satu persatu murid memperkenalkan diri. Rani yang sejak tadi masih dengan pikirannya hanya berdiri dengan malas dan mengucapkan kalimat seadanya.
Ia kembali melangkah ke meja nya.
Menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya.

Kringggg

suara itu menandakan waktunya istirahat, dengan cepat vinka menarik tangan rani yang dari tadi hanya diam. Vinka membawa rani kedalam kantin. Sangat ramai. Rani benci keramaian.
Rani mencoba berjalan dengan hati-hati. Takut ia menginjak atau jatuh karena kaki orang lain.
Banyak murid baru dan kaka kelas yang sedang mengisi kekosongan perut mereka atau hanya sekedar untuk tebar pesona dengan murid baru(?).
"Vinka, pelan dong jalannya. Lo mau beli apasih. Gua capek,ditarik-tarik kayak gini sama lo"

"Gue mau beli es teh, takut engga ke bagian gue" rani tidak habis pikir dengan vinka. Dia takut tidak dapat es teh? Astaga..

Bruk

rani memejamkan matanya, saat ini ia yakin, kalau dia telah menabrak sesuatu.
"Rani, lo gimana sih nabrak orang . Yang bener jalannya"
Ingin sekali rani menarik rambut vinka, dia yang membuatnya menabrak seseorang . Dia juga yang memarahi dirinya.
"Maaf ,maaf, gue engga liat"
Rani melihat seorang lelaki di hadapanya .laki-laki itu Hanya menatap dirinya dengan datar.
Dan kembali melangkah kan kakinya keluar dari tempat ini.

"Sumpah tuh cowo, lo udah minta maaf tapi dia cuma diem aja? Gila ". Vinka tidak berhenti memaki lelaki tadi,sampai di kelas .
Kejadian yang membuat dirinya malu, dihari pertama sekolah.
"Udahlah vin, lupain aja". Rani bangun dari tempat tempat duduk dan berjalan ke luar kelas.
"Lo mau kemana ran?"
"Kamar kecil" rani melangkah kan kakinya keluar kelas. Koridor terlihat sepi,mungkin karena masih jam pelajaran. Kamar mandi ada di dekat kelas ips c. Rani hanya menundukan kepalanya, matanya menatap lantai-lantai di koridor kelas ini.

Bruk

untuk kedua kalinya rani menabrak sesuatu. Hari yang cukup sial untuknya.
"Maaf maaf gue engga sengaja" perlahan mata rani terbuka dan melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini.
Dia lelaki yang tadi.
Lelaki yang hanya diam,saat ia meminta maaf.
Lelaki yang menambah rasa malunya saat di kantin.
"Engga apa-apa" lelaki itu hanya memandangnya sekilas,lalu berjalan menuju kelas ips b.kelas itu dengan kamar mandi hanya di pisahkan dengan satu ruangan kelas.
Rani hanya terdiam, dan tanpa ia sadari matanya mengikuti ke arah lelaki itu.

Apa ada lelaki sendingin itu?.

*
Rani baru saja sampai dirumah, menjatuhkan tubuhnya secara asal ke tempat tidur. Ia merasakan hari ini sangat melelahkan.
Matanya menatap langit-langit kamar ini.

Hari ini cukup sulit untuknya, hari pertama sekolah tidak begitu baik . Terlebih lagi ketika mengingat kejadian tadi, saat ia menabrak lelaki itu. Lelaki yang memasang wajah datarnya dan rani tidak sengaja bertemu pandang dengannya, teduh. Namun rani melihat ada sedikit kekecewaan disana.

Entahlah, siapa dia. Rani tidak peduli.
rani mencoba memejamkan matanya, beratnya hari ini seakan menghapus semua luka yang ia dapat tadi malam.

Merdu untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang