enam belas

44 0 0
                                    


Hari libur ini hanya rani habiskan didalam kamar. Ia tidak menghiraukan ajakan makan dari mama dan ayahnya. Perutnya tidak merasakan lapar hari ini, ia hanya butuh sedikit ketenangan.

Rani memang bukan perempuan lemah yang harus butuh pertolongan orang lain jika ia mendapat kesulitan. Dan menceritakan semua kesedihannya kepada orang lain.

Tetapi jika menyangkut perasaan, hatinya tidak bisa menolak, menolak untuk menyembunyikan semua perasaan yang ia miliki. Karena perasaan itu juga ia menjadi terlihat lemah.

Rani rasa ia tidak memiliki penyakit khusus, tapi..hatinya selalu menjadi bagian paling sensitif, dan menjadi bagian yang paling tersakiti.

Sudah pukul dua siang, rani akhirnya merasakan perutnya berbunyi. Mungkin ini efek dia sempat menangis lagi semalam.

"Non Rani.."

Rani yang berada di depan televisi sedang asik menguyah makanan  yang ada di pangkuan kakinya. Harus menoleh ke arah wanita paruh baya yang sedang berjalan ke arahnya.

"Non, rani..itu ada temennya nunggu di depan." Ujarnya sambil melirik kearah pintu .

"Siapa bi?"

"Namanya Arka non, kalau gitu..bibi permisi ke dapur ya non." Bi ima sedikit membungkuk sopan dan berlalu ke arah dapur.

Rani bergegas menuju pintu rumahnya dan melihat arka yang duduk di kursi yang berada di teras rumah.

"Arka? Ada apa?" Pertanyaan itu membuat arka menoleh kearahnya seraya tersenyum  "nggak apa-apa ran, lo ada acara nggak hari ini?"
Rani menggeleng "kenapa emang?"

"Temenin gue ke mall mau?" Tanyanya sambil menatap rani intens.

Sejenak rani berfikir, tapi tidak ada salahnya menerima tawaran arka, apalagi dia seharian ini hanya berada di kamar "Boleh,tapi gue ganti baju dulu ya" arka mengacungkan ibu jarinya dan rani segera masuk kedalam kamar, mengganti pakaian rumah nya dengan sweater abu-abu polos dan celana jeans hitam yang melekat 'pas' di kakinya.

"Ayo"

                           ********

"Kita nonton aja gimana?"  Tanya arka saat mereka berdua sudah memasuki mall pada rani .sedangkan perempuan yang ada disampingnya masih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.

"Hmm..boleh, nonton apa?"

"Lo suka film horror kan?" Rani menggangguk "yaudah kalu gitu, kita nonton film kuchisake-onna , lo udah tau film itu?"

Rani sedikit menunduk, mengingat judul film itu. Sepertinya itu film urban lagend jepang .

"Setuju, kayaknya pernah tau cerita itu, itu..urban lagend jepang kan?"

"Iya,oke lo tunggu di sana ya. Gue beli tiket dulu."

Arka berjalan menuju antrian tiket yang sudah dipenuhi banyak pasangan remaja, hingga ada satu keluarga yang juga sedang membeli tiket nonton.

Rani tersenyum memperhatikan arka yang berada di barisan itu, lelaki itu masih sama. Lelaki yang memiliki kehangatan dan keceriaan.

Line

Ponsel yang berada di genggamannya bergetar. Rani membuka satu pesan dari vinka. ya. Saat baru menginjakkan kaki di mall, vinka terus mengirimkannya pesan membuat rani harus terus memandangi layar ponselnya.

Bagaimana tidak, vinka memberitahu bahwa kiara--kelas 12-- yang kemarin rani lihat sekarang berada di mall ini juga dan bersama dito.
Vinka bilang, ia tau karena melihat story kiara di aplikasi snapchatnya.

Merdu untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang