delapan

17 1 0
                                    

"Cuma diliatin doang, bukannya diambil" dito hanya menatap rani sekilas,lalu berjalan menjauh dari hadapan rani.

"Makasih"
"Sama-sama"

Hening,hanya suara rintikan hujan yang sudah mulai reda yang terdengar. Keduanya membisu, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Rani mengeratkan tangannya pada jaket yang ada di tubuhnya. Mencoba sesekali mempertemukan dua telapak tangannya untuk menghasilkan sebuah ke hangatan bagi dirinya. Namun hasilnya nihil, dirinya tetap saja merasakan dingin.

"Hujannya udah reda, lo engga mau pulang?"
Dito bisa merasakan gadis yang berada disampingnya sedari tadi gelisah dan kedinginan, tapi sebisa mungkin dito menahan dirinya untuk berbicara pada gadis itu.

"Hmm, gue mau pulang kok."
"Yaudah pulang sama gue aja,"
"Eh, nggak usah. Gue bisa naik taksi"
"Udah malem, nggak baik lo pulang sendiri,"

Rani menggigit bibirnya, rasanya jantungnya berdetak tidak teratur. Sebisa mungkin rani meng 'iya' kan , ajakan dito.

*
Pagi ini, rani merasa matanya sangat berat sekali untuk di buka. seluruh tubuhnya terasa sakit, telapak tangan rani ia taruh di keningnya. Panas.
Huh, apa karena kehujanan kemarin ia jadi seperti ini.

Dengan langkah yang terkesan terseret-seret , rani melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mandi. Ia akan memaksakan dirinya masuk sekolah hari ini. Karena ada ulangan biologi di jam pelajaran pertama.
Jika tidak ada ulangan itu, rasanya rani ingin sekali tetap berada di tempat tidur.

*
Ulangan biologi telah berakhir. Rani mencoba menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya. Wajah dan penampilannya hari ini sangat kacau. Rambutnya hanya di ikat asal, membuat wajahnya yang pucat terlihat lebih jelas.

"Ran, lo engga mau ke uks?" Vinka yang melihat rani seperti ini merasa tidak tega. Saat ulangan biologi pun, vinka harus membantu rani mengisi jawaban nya. Tangan rani terasa lemas, sulit sekali untuk memegang pulpen.

"Nggak usah," suara rani sangat pelan,bahkan nyaris tidak terdengar. Ia hanya mengibaskan tangannya di hadapan vinka. Membuat vinka dapat mengerti kalau rani tidak ingin ke uks.
" tapi lo harus ke uks ran, istirahat disana. Ayo ran , gue anter."

Vinka berhasil membawa rani kedalam uks. Ruangan ini sepi, tidak ada murid lain yang sakit.
Rani sudah tertidur pulas di atas tempat tidur yang ada di sudut uks ini.
Panas di tubuhnya masih dapat ia rasakan.

Ceklek

Pintu uks terbuka, memperlihatkan seseorang yang tidak asing lagi. Dito berjalan ke arah tempat tidur yang berada di sisi kiri uks ini.
Mata dito mulai terpejam, ia memutuskan untuk pergi ke tempat ini , agar ia tidak usah mengikuti ulangan matematika.

Dito membalikan tubuhnya mengarah ke kanan, matanya melihat gadis itu. Wajahnya pucat, dan bibirnya memerah. Dito melangkahkan kakinya mendekati gadis itu. Dito pernah mendengar nama gadis ini, rani? dito sepertinya pernah mendengarnya saat gadis ini dipanggil oleh temannya saat di kantin.

Entah setan apa yang merasuki dirinya, dito mengulurkan tangannya dan menaruhnya di kening gadis itu. Panas.
Panasnya sudah parah , kenapa dia tetap masuk sekolah?

Sshhh

Rani mencoba membuka matanya, ia merasakan kehadiran seseorang disini.
Orang yang pertama kali muncul di penglihatannya adalah lelaki itu.

"Lo, kenapa ada disini?" Rani mencoba bangun, sekarang matanya menatap dito minta suatu penjelasan.
"Gue males dikelas." dito menjauh dari pandangan rani, dan mulai naik keatas tempat tidur nya lagi. Memperhatikan langit-langin uks ini. Pikiranya kacau. Kenapa perasaannya jadi seperti ini, saat melihat gadis itu.

"Oh, gitu." Rani mulai menjatuhkan tubuhnya perlahan. Mencoba menetralkan detak jantungnya lagi. Mereka hanya berdua disini, dan tadi, dia tidak salah lihat kan?saat ia terbangun dari tidur, ada dito yang sedang memperhatikannya?

"Lo kenapa masuk sekolah?"
"Kayaknya sakit lo udah parah," rani hanya melirik ke arah laki-laki itu sesaat.
Mata dito terpejam, tangannya ia gunakan sebagai batal di kepalanya.

"Ada ulangan tadi,"
"Rajin banget masuk,gua sih males" rani hanya tersenyum mendengar perkataan dito. rani rasa dito sudah tidak sedingin saat mereka bertemu.

Merdu untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang